2017
DOI: 10.17977/um001v2i22017p058
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Karakter Ideal Konselor Multibudaya Berdasarkan Nilai Luhur Semar

Abstract: Penelitian ini berawal dari pengamatan dan wawancara terhadap kurang lebih 10 mahasiswa kelas transfer di salah satu universitas swasta Kota Kediri yang mayoritas telah menjadi Guru Bimbingan dan Konseling (BK)/Konselor sekolah. Berdasarkan studi pendahuluan tersebut, diketahui bahwa dewasa ini guru BK marak melakukan pelabelan. Pelabelan yang terjadi misalnya konselor menganggap bahwa konseli yang mempunyai tato di tubuhnya bukanlah orang yang suci sehingga Abstract: Nowadays a lot of counselor labeling their… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
1
1
1
1

Citation Types

0
6
0
7

Year Published

2017
2017
2021
2021

Publication Types

Select...
6

Relationship

1
5

Authors

Journals

citations
Cited by 14 publications
(15 citation statements)
references
References 3 publications
(3 reference statements)
0
6
0
7
Order By: Relevance
“…Maka, karakter adil yang hendak ditingkatkan dengan media BADRANAYA ini terlebih dahulu harus dapat diketahui seberapa tinggi ataupun rendah tingkatannya dengan menggunakan alat ukur berupa Skala Pengukuran Karakter Adil. Proses penyusunan skala ini berdasarkan indikator dari karakter adil yang telah dikemukakan oleh Setyaputri (2017).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Maka, karakter adil yang hendak ditingkatkan dengan media BADRANAYA ini terlebih dahulu harus dapat diketahui seberapa tinggi ataupun rendah tingkatannya dengan menggunakan alat ukur berupa Skala Pengukuran Karakter Adil. Proses penyusunan skala ini berdasarkan indikator dari karakter adil yang telah dikemukakan oleh Setyaputri (2017).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Since hundreds of years ago, that success has led Indonesia to be a religious nation through the struggles of 'arif billâh figures. One of those figures is Semar, a puppet character, who is spiritual, tolerant, socially care, and so forth (Setyaputri, 2017). Therefore, this neo-sufism approach aims to strengthen the counselor competencies following the KIPAS (Counselling Intensive, Progressive, Adaptive, and Structured) counseling model from Mappiare-AT (2018), placing the guidance and counseling profession as worship and preaching activity.…”
Section: The Meeting Point For the Design Of Wisely Professional Counmentioning
confidence: 99%
“…Upaya yang dapat dilakukan konselor adalah menambah wawasan dengan mengikuti seminar, workshop dan pelatihan yang berkaitan dengan konseling multibudaya. Hal ini karena pemahaman dalam ranah multibudaya memengaruhi cara berpikir seseorang (Setyaputri, 2017). Harapannya, kompetensi baik personal maupun profesional pada konselor dapat berkembang.…”
Section: Pembahasanunclassified