2014
DOI: 10.7454/ai.v0i52.3315
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Kaomu, Papara dan Walaka : Satu Kajian mengenai Struktur Sosial dan Ideologi Kekuasaan di Kesultanan Wolio

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
3
1

Citation Types

0
1
0
5

Year Published

2014
2014
2019
2019

Publication Types

Select...
4

Relationship

0
4

Authors

Journals

citations
Cited by 4 publications
(6 citation statements)
references
References 0 publications
0
1
0
5
Order By: Relevance
“…Sistem ini dibangun sebagai ideologi kekuasaan dalam sistem politik masyarakat Buton pada masa pemerintahan, Schoorl (2003) menyebut sistem sosial tersebut dengan rank. Menurut Rudyansjah (1997), kaomu dan walaka di satu sisi merupakan kelompok masyarakat yang menggunakan Bahasa Wolio dan asal usulnya jelas, dan papara merupakan kelompok masyarakat yang tidak menggunakan Bahasa Wolio dan asal usulnya tidak jelas. Pada masa kesultanan, idealnya tidak ada perbedaan kelas atau stratifikasi sosial di kalangan ketiga kelompok tersebut, dan kelompok kaomu dan walaka merupakan kelompok masyarakat yang memiliki asal usul yang sama.…”
Section: A Buton Dalam Bentangan Sejarahunclassified
“…Sistem ini dibangun sebagai ideologi kekuasaan dalam sistem politik masyarakat Buton pada masa pemerintahan, Schoorl (2003) menyebut sistem sosial tersebut dengan rank. Menurut Rudyansjah (1997), kaomu dan walaka di satu sisi merupakan kelompok masyarakat yang menggunakan Bahasa Wolio dan asal usulnya jelas, dan papara merupakan kelompok masyarakat yang tidak menggunakan Bahasa Wolio dan asal usulnya tidak jelas. Pada masa kesultanan, idealnya tidak ada perbedaan kelas atau stratifikasi sosial di kalangan ketiga kelompok tersebut, dan kelompok kaomu dan walaka merupakan kelompok masyarakat yang memiliki asal usul yang sama.…”
Section: A Buton Dalam Bentangan Sejarahunclassified
“…Sebagai contoh adalah penghapusan beberapa jabatan adat yang dianggap tidak dibutuhkan oleh Belanda yang saat itu menjalin kerjasama dengan Kesultanan Buton, dengan menghentikan aliran dana dari rakyat yang menjadi sumber penghasilan bagi para pembesar kerajaan beserta para menteri/bonto dan bobato-nya (Rudyansjah, 2008). Tekanan terhadap kelembagaan adat semakin besar pada tahun 1950 ketika Indonesia mulai mengembangkan perangkat-perangkat pemerintahan dengan semangat demokrasi.…”
Section: Runtuhnya Peran Kelembagaan Adat Dan Degradasi Sumber Daya Punclassified
“…Tekanan terhadap kelembagaan adat semakin besar pada tahun 1950 ketika Indonesia mulai mengembangkan perangkat-perangkat pemerintahan dengan semangat demokrasi. Hasil wawancara yang dilakukan Rudyansjah (2008) dengan sejarawan lokal bahkan menyebut pergolakan politik yang ada saat itu telah membawa pengaruh "melupakan dan meninggalkan keaslian serta kemurnian kebudayaan peninggalan leluhur", dan budaya adat dilabeli dengan kata-kata "faham kolot, feodal, penjajah, rem kemajuan" dan lain sebagainya.…”
Section: Runtuhnya Peran Kelembagaan Adat Dan Degradasi Sumber Daya Punclassified
See 1 more Smart Citation
“…The most common belief for the origin of the name Buton is from the Arabic "butuuni", meaning "pregnant stomach"(Rudyansyah 1997), or stomach(Yunus 1995). Buton used to be called Butung, or Boetoeng in the pre-1969 Indonesian spelling.3 There are numerous problems with this data; the real figure may be closer to half of that figure.…”
mentioning
confidence: 99%