Gizi merupakan komponen penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah. Seiring tumbuh dan kembang anak, anak mulai mengalami perkembangan selera makan sehingga anak bisa memilih dan menentukan makanan sendiri. Pemenuhan gizi yang kurang tepat akan berakibat masalah kesehatan pada anak yaitu status gizi lebih (overweight dan obesitas). Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi lebih pada anak sekolah dasar. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif desain deskripsi korelational pendekatan crosssectional. Penelitian ini juga menggunakan teknik purposive sampling dengan melibatkan 80 responden anak dan orangtua di SDS RW 006 Kelurahan Sunter Agung, Jakarta Utara. Hasil penelitian diperoleh responden anak dengan status gizi lebih 40 % berusia 12 tahun, 57,5 % berjenis kelamin laki-laki, memiliki konsumsi sarapan baik (87,5 %), memiliki pola konsumsi pangan (56,3 % konsumsi makanan pokok rendah, 50 % konsumsi protein hewani, 67,5 konsumsi protein nabati rendah, 50 % konsumsi sayuran, 53 % konsumsi buah serta susu dan olahannya rendah), memiliki konsumsi fast food jarang (53,8 %), memiliki aktivitas fisik kurang (62,5 %) dan memiliki perilaku makan anak pendekatan makan (52,5 %) serta penghindaran makan (53,8 %). Hasil uji Kendall’s Tau B menunjukan faktor yang memiliki hubungan signifikan dengan status gizi lebih adalah aktivitas fisik (p value = 0,024), namun tidak ditemukan hubungan yang signifikan dengan status gizi lebih adalah faktor konsumsi sarapan (p value = 0,406), pola konsumsi pangan (p value = >0,05), konsumsi fast food (p value = 0,684) dan perilaku makan anak (p value = >0,05). Saran dalam penelitian ini diharapkan sekolah dapat memberikan edukasi mengenai pentingnya gizi bagi anak sekolah dasar.