2020
DOI: 10.31602/ann.v7i1.3111
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Computer Vision Syndrome (Cvs) Pada Pegawai Pt. Media Kita Sejahtera Kendari

Abstract: Computer Vision Syndrome (CVS) adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menjelaskan kumpulan gejala berupa rasa tegang pada mata, rasa tidak nyaman pada mata, sakit kepala, mata kering, penglihatan buram pada jarak dekat, dan penglihatan ganda yang terjadi pada pengguna komputer.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan kejadian CVS pada pegawai PT. Media Kita Sejahtera. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif analitik dengan rancangan pe… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
1
1

Citation Types

0
6
0
5

Year Published

2020
2020
2023
2023

Publication Types

Select...
7

Relationship

0
7

Authors

Journals

citations
Cited by 19 publications
(29 citation statements)
references
References 2 publications
0
6
0
5
Order By: Relevance
“…The ideal distance between the user's eyes and the monitor can be adjusted based on the diameter and the depth of the screen. Inadequate eye-monitor distance forces the eyes to see from a reasonably close distance for a long time, while the human sense of sight is not created to see from a close distance specifically (Pratiwi, Safitri and Lisnawaty, 2020) . Therefore, companies and workers must ensure that the work position is not <50 cm apart when workers are working using a computer to prevent eye health hazards.…”
Section: Discussionmentioning
confidence: 99%
See 2 more Smart Citations
“…The ideal distance between the user's eyes and the monitor can be adjusted based on the diameter and the depth of the screen. Inadequate eye-monitor distance forces the eyes to see from a reasonably close distance for a long time, while the human sense of sight is not created to see from a close distance specifically (Pratiwi, Safitri and Lisnawaty, 2020) . Therefore, companies and workers must ensure that the work position is not <50 cm apart when workers are working using a computer to prevent eye health hazards.…”
Section: Discussionmentioning
confidence: 99%
“…Taking small breaks of 5-10 minutes is more effective than taking breaks every 2-3 hours from looking at computer screen. The rule most widely used today is the 20/20/20 rule, where after working for 20 minutes, people are advised to look at a distant object at about 20 feet (6 meters) away from computer screen for 20 seconds (Sari et al, 2018;Zulaiha, Rachman and Marisdayana, 2018;Pratiwi, Safitri and Lisnawaty, 2020).…”
Section: Discussionmentioning
confidence: 99%
See 1 more Smart Citation
“…Adapun nilai RP yang didapatkan sebesar 0,583 dengan interval kepercayaan 95% antara 0,416 sampai 0,818, menunjukkan bahwa responden dengan lama istirahat setelah pemakaian komputer lebih dari atau sama dengan 10 menit memiliki risiko 0,583 kali lebih besar untuk mengalami keluhan computer vision syndrome dibandingkan responden dengan lama istirahat setelah pemakaian komputer kurang dari 10 menit. Hasil serupa juga ditunjukkan pada penelitian Pratiwi et al (2020) menunjukkan bahwa ada hubungan antara lama istirahat dengan kejadian CVS dengan nilai p-value = 0,004 (p<0,05). Studi oleh Lemma et al (2020) istirahat teratur di antara pekerjaan secara signifikan berhubungan dengan CVS (p = 0,049).…”
Section: Hasil Dan Pembahasanunclassified
“…Menurut American Optometric Association (AOA) sebagai kelompok masalah terkait mata dan penglihatan akibat penggunaan komputer, tablet, E-Reader dan ponsel dalam waktu lama (Munshi et al, 2017). Seiring dengan meningkatnya pengguna komputer maka jumlah penderita dengan keluhan penglihatan semakin meningkat, beberapa gejala yang ditimbulkan oleh CVS ini antara lain seperti rasa terbakar pada mata, iritasi mata, kemerahan, pandangan kabur, mata kering dan ada sebagian kasus yang menjelaskan terdapat sakit pada kepala, leher, pundak serta punggung belakang (Pratiwi & Safitri, 2020). World Health Organization (WHO)…”
unclassified