2013
DOI: 10.14710/jnc.v2i4.3830
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

FAKTOR RISIKO KEJADIAN STUNTING PADA ANAK USIA 12-24 BULAN (Studi di Kecamatan Semarang Timur)

Abstract: Latar Belakang : Stunting merupakan gangguan pertumbuhan karena malnutrisi kronis, yang ditunjukkan dengan nilai z-score panjang badan menurut umur (PB/U) kurang dari -2 SD. Anak 12–24 bulan sangat rentan terjadi masalah gizi stunting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko kejadian stunting.Metode : Penelitian observasional dengan desain case-control dan subjek adalah anak usia 12-24 bulan di Kecamatan Semarang Timur. Pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling, 36 subjek untuk tiap k… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
1
1
1

Citation Types

1
2
0
12

Year Published

2017
2017
2024
2024

Publication Types

Select...
8

Relationship

1
7

Authors

Journals

citations
Cited by 21 publications
(22 citation statements)
references
References 0 publications
1
2
0
12
Order By: Relevance
“…Status Sosial Ekonomi Keluarga, hasil pendapatan keluarga merupakan salah satu indikator sosial ekonomi keluarga lebih baik sehingga keluarga dapat mencukupi dan memenuhi kebutuhan konsumsi gizi dalam keluarga, didukung hasil penelitian yang menyatakan bahwa pekerjaan dan pendapatan orang tua sebagai petani berisiko anak mengalami stunting 26 pendapatan keluarga yang rendah berisiko terhadap stunting 27 penelitian yang dilakukan di 3 propinsi di Indonesia yaitu Bali, Jawa Barat dan NTT faktor risiko stunting salah satunya adalah pendapatan ayah yang rendah 28 Hasil riset yang dilakukan di Kota Semarang menunjukkan bahwa tingkat social ekonomi keluarga yang rendah berisiko 11 kali mengalami stunting 29 , Hasil riset di Propinsi Maluku menunjukkan variabel pendapatan keluarga yang rendah menjadi faktor risiko stunting 30 penelitian yang dilakukan di India, Nepal, Ethiopia, dan Madagascar menyatakan bahwa faktor social ekonomi yang terkait dengan pendapatan dan kemiskinan berhubungan dengan stunting [31][32][33][34][35] ibu tidak bekerja juga berisiko 3,11 kali mengalami stunting .…”
Section: Diskusiunclassified
“…Status Sosial Ekonomi Keluarga, hasil pendapatan keluarga merupakan salah satu indikator sosial ekonomi keluarga lebih baik sehingga keluarga dapat mencukupi dan memenuhi kebutuhan konsumsi gizi dalam keluarga, didukung hasil penelitian yang menyatakan bahwa pekerjaan dan pendapatan orang tua sebagai petani berisiko anak mengalami stunting 26 pendapatan keluarga yang rendah berisiko terhadap stunting 27 penelitian yang dilakukan di 3 propinsi di Indonesia yaitu Bali, Jawa Barat dan NTT faktor risiko stunting salah satunya adalah pendapatan ayah yang rendah 28 Hasil riset yang dilakukan di Kota Semarang menunjukkan bahwa tingkat social ekonomi keluarga yang rendah berisiko 11 kali mengalami stunting 29 , Hasil riset di Propinsi Maluku menunjukkan variabel pendapatan keluarga yang rendah menjadi faktor risiko stunting 30 penelitian yang dilakukan di India, Nepal, Ethiopia, dan Madagascar menyatakan bahwa faktor social ekonomi yang terkait dengan pendapatan dan kemiskinan berhubungan dengan stunting [31][32][33][34][35] ibu tidak bekerja juga berisiko 3,11 kali mengalami stunting .…”
Section: Diskusiunclassified
“…Stunting adalah gangguan pertumbuhan yang terjadi akibat kondisi kekurangan gizi kronis atau penyakit infeksi kronis (1). Berdasarkan peringkat dunia mengenai anak balita yang stunting, Indonesia menduduki peringkat ke-5 dengan prevalensi stunting sebesar 37% (2).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Adanya pembatasan makan ikan laut ini dapat mengurangi asupan protein balita. Penelitian yang dilakukan Anshori (2013) di Kecamatan Semarang Timur menunjukkan bahwa asupan protein kurang merupakan faktor risiko kejadian stunting balita.…”
Section: Sosio Budaya Gizi Masa Balitaunclassified