2012
DOI: 10.22302/jpk.v30i1.118
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Evaluasi Tingkat Adopsi Klon Unggul Di Tingkat Petani Karet Propinsi Sumatera Selatan

Abstract: Sekalipun total ekspor karet alam Sumatera Selatan meningkat pesat, permasalahan klasik yang masih sering terdengar bahwa produktivitas di perkebunan rakyat masih rendah. Rendahnya produktivitas perkebunan karet di Indonesia dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya adalah tingkat penggunaan bibit karet klonal di tingkat petani karet yang masih rendah (±40%). Berbagai manfaat strategis telah diperoleh dari adanya proyek-proyek pengembangan karet rakyat terdahulu, karena itu perlu dianalisis mengenai seberapa be… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
3
1
1

Citation Types

0
1
0
14

Year Published

2016
2016
2020
2020

Publication Types

Select...
8

Relationship

3
5

Authors

Journals

citations
Cited by 12 publications
(15 citation statements)
references
References 0 publications
0
1
0
14
Order By: Relevance
“…Hal ini menunjukkan bahwa klon karet seri IRR telah beredar lebih dari 15 tahun di perkebunan karet Indonesia. Syarifa et al, (2012) melaporkan bahwa tingkat adopsi klon karet oleh petani karet di Sumatera Selatan mencapai 59,2%. Klon terpopuler berdasarkan hasil penelitian tersebut yaitu PB 260 dengan tingkat popularitas 83% diikuti klon lama Indonesia yaitu GT 1 (48%) dan BPM 24 (39%).…”
Section: Sejak Tahun 2012 Mulai Diluncurkan Gerakanunclassified
“…Hal ini menunjukkan bahwa klon karet seri IRR telah beredar lebih dari 15 tahun di perkebunan karet Indonesia. Syarifa et al, (2012) melaporkan bahwa tingkat adopsi klon karet oleh petani karet di Sumatera Selatan mencapai 59,2%. Klon terpopuler berdasarkan hasil penelitian tersebut yaitu PB 260 dengan tingkat popularitas 83% diikuti klon lama Indonesia yaitu GT 1 (48%) dan BPM 24 (39%).…”
Section: Sejak Tahun 2012 Mulai Diluncurkan Gerakanunclassified
“…Produktivitas perkebunan karet Indonesia sebesar 1.100 Kg/Ha karet kering (Badan Pusat Statistik Sumatera Selatan, 2016). S a l a h s a t u p e n y e b a b r e n d a h n y a produktivitas perkebunan karet adalah 85% perkebunan karet Indonesia yang dimiliki oleh perkebunan karet rakyat masih minim t i n g k a t a d o p s i t e k n o l o g i k a r e t n y a (Boerhendhy, 2011;Syarifa, et al, 2012;Ditjenbun, 2015). Rendahnya produktivitas menyebabkan penghasilan petani tidak optimal ( Stiawan, et al, 2014;Mepriyanto, et al, 2015;Pasaribu, 2017).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Setiap tahun terdapat 25-30 petani yang melakukan peremajaan karet dengan total luasan rata-rata 47 Ha di setiap desa (Syarifa, Nancy, Agustina, & Supriadi, 2012). Di Sumatera Selatan terdapat sekitar 2500 desa yang mata pencaharian utama penduduknya adalah bertani karet; 2) Meningkatnya adopsi bibit karet unggul.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Di Sumatera Selatan terdapat sekitar 2500 desa yang mata pencaharian utama penduduknya adalah bertani karet; 2) Meningkatnya adopsi bibit karet unggul. Pada tahun 1980-an terdapat 40% petani yang menanam bahan tanam klon unggul (Hendratno & Supriadi, 2011), sedangkan pada tahun 2010 jumlah petani yang mengadopsi klon unggul sudah mencapai 60-70% (Syarifa et al, 2012); serta 3) B a n y a k n y a p e m b a n g u n a n p a b r i k pengolahan karet yang dapat menampung karet yang dihasilkan petani. Hingga tahun 2012 jumlah pabrik pengolahan karet yang berdiri dan beroperasi di Sumatera Selatan mencapai sebanyak 27 pabrik (Gabungan Pengusaha Karet Indonesia Penurunan harga karet tersebut diduga telah memberikan berbagai dampak terhadap kondisi sosial ekonomi petani karet khususnya di Sumatera Selatan dikarenakan hampir 800 ribu KK atau 46% p e n d u d u k S u m a t e r a S e l a t a n menggantungkan hidupnya dari komoditas karet (Direktorat Jenderal Perkebunan [Dirjenbun], 2013;BPS Sumsel, 2012).…”
Section: Pendahuluanunclassified