2020
DOI: 10.31506/ijd.v1i1.4
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Diskriminasi Terhadap Kelompok Minoritas Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) di Tangerang Selatan

Abstract: Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) yang berada di Kota Tangerang Selatan merupakan kelompok minoritas yang  sering mengalami praktek diskriminasi. Praktek diskriminasi yang dialami komunitas ini  bersifat verbal melalui penyebutan ‘sesat’ dan ‘diluar Islam’. Serta non-verbal yang berujung pada pelarangan pembangunan tempat ibadah, dan penolakan keberadaan Ahmadiyah. Perilaku diskriminasi ini timbul dari perilaku sosial yang tercipta oleh aktor dan budaya yang ada. Sehingga muncul rumusan masalah bagaimana relasi… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
1
1
1
1

Citation Types

0
9
0
7

Year Published

2020
2020
2023
2023

Publication Types

Select...
10

Relationship

0
10

Authors

Journals

citations
Cited by 14 publications
(16 citation statements)
references
References 4 publications
0
9
0
7
Order By: Relevance
“…The Ahmadiyya presence after independence had a close relationship with the then president, Sukarno. According to Abdul Hamid (Simamora, Hamid, and Hikmawan 2020), this is because Sukarno has the characteristic of being open to any understanding so that the existence of Ahmadiyya in Indonesia is well received by the government. Then in the new order era at that time, led by president Soeharto prioritized national stability with a traditional strategy of using military force to condition things that could hinder government programs.…”
Section: Legal Recognition (Legal)mentioning
confidence: 99%
“…The Ahmadiyya presence after independence had a close relationship with the then president, Sukarno. According to Abdul Hamid (Simamora, Hamid, and Hikmawan 2020), this is because Sukarno has the characteristic of being open to any understanding so that the existence of Ahmadiyya in Indonesia is well received by the government. Then in the new order era at that time, led by president Soeharto prioritized national stability with a traditional strategy of using military force to condition things that could hinder government programs.…”
Section: Legal Recognition (Legal)mentioning
confidence: 99%
“…Dan kami juga ingin membedah bagaimana kaum minoritas umat Kristen di Kota Cilegon ini dalam memperjuangkan hak-hak kaum minoritas nya terutama dalam hak beribadah yang mana beribadah ini merupakan hal yang harus dilakukan oleh setiap umat beragama. Disini kami juga akan membedah konflik ini dengan menggunakan teori politik identitas tepatnya teori Hak Minoritas dalam masyarakat multicultural yang dikemukakan oleh Will Kymlicka (Simamora et al, 2019). Dengan teori ini kami akan jadikan sebagai pisau atau alat untuk melakukan analisa yang dapat membantu dalam penelitian literatur review ini dengan hanya mengandalkan artikel berita jurnal.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Dalam konteks Indonesia sendiri, sangat sudah tidak asing lagi mendengar terjadinya konflik antar etnis. Sebenarnya akar dari konflik ini adalah adanya keterbelakangan dari masyarakat di wilayah konflik tersebut (Simamora, Hamid, & Hikmawan, 2019). Karena Indonesia mempunyai beragam suku, agama, ras, dan golongan membuat Indonesia sebagai bangsa yang rawan konflik.…”
Section: Konflik Etnisunclassified