“…For example, there are questions about the role of technology in facilitating group-based violence -an issue that has been explored already in the case of CVE (e.g. Conway, 2010;von Behr et al, 2013;Conway, 2016). In turn, this kind of knowledge may provide gang research with valuable lessons in the future.…”
“…For example, there are questions about the role of technology in facilitating group-based violence -an issue that has been explored already in the case of CVE (e.g. Conway, 2010;von Behr et al, 2013;Conway, 2016). In turn, this kind of knowledge may provide gang research with valuable lessons in the future.…”
“…Tuduhan ini didukung oleh bukti kuat bahwa ada proses swa-radikalisasi sebelum pelaku melakukan tindakan mereka. Pelaku terkena pesan radikal melalui internet dan media sosial dan kemudian menjalankan misi tanpa perintah dari siapa pun (Chan, 2016 (Conway, 2017;Danzell & Maisonet Montañez, 2016). Sebaliknya, munculnya teknologi baru berpotensi berfungsi sebagai kekuatan pengganda teroris.…”
AbstrakRevolusi teknologi komunikasi dan informasi selalu melahirkan format komunikasi yang berbeda dari yang pernah ada. Interaksi antar manusia yang sebelumnya dibatasi oleh ruang dan pertemuan secara fisik kini dapat dilakukan tanpa batas, menembus batasbatas kota dan negara. Kehadiran beragam aplikasi media sosial berbasis online memberi ruang dan peluang tak terbatas bagi pengguna internet di Indonesia untuk bertukar informasi. Hal ini kemudian dimanfaatkan oleh politisi untuk melakukan kampanye, propaganda bahkan agitasi. Tidak hanya politisi, kelompok Islam garis keras juga memanfaatkan sosial media sebagai wahana penyebarluasan pesan-pesan yang mengandung kekerasan. Swa-radikalisasi adalah fenomena yang menyusul penggunaan media sosial untuk tujuan kekerasan. Berbeda dengan radikalisasi, swa-radikalisasi timbul karena ada unsur kesengajaan pelaku dalam aktifitasnya di dunia maya. Ia mencari sendiri sumber-sumber informasi yang memuat pesan-pesan yang menguatkan potensi radikal dalam dirinya. Pesan-pesan yang kemudian dikonsumsi tidak hanya sebatas pada ide dan tetapi juga hal yang bersifat praktis seperti cara membuat bahan peledak rakitan. Ujung dari proses swa-radikalisasi melalui media sosial ini sendiri tidak lebih baik, ia akan menciptakan lone-wolf terrorist, teroris yang bergerak sendiri tanpa perintah, tanpa organisasi, dan sulit dideteksi yang akan merusak kehidupan masyarakat secara mental dan fisik.
“…Studies have often had a singular focus on Twitter due to its particular affordances (e.g., ease of data collection due to its publicness, the nature of its application programming interface), which is problematic. 37 For example, Europol's Internet Referral Unit reported that, as far back as mid-2016, they had identified "70 platforms used by terrorist groups to spread their propaganda materials." 38 This section of the article is therefore concerned with the wider online ecology where IS supporters and other non-IS jihadist users operate, with a particular focus on out-links from Twitter.…”
Section: Beyond Twitter: the Wider Jihadi Online Ecologymentioning
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.