2010
DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v12i2.5449
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Dasar-Dasar Konflik Dan Model Resolusi Konflik Pada Masyarakat Desa Pantura Jabar

Abstract: Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui apa prasyarat kondisi konflik dan dasar-dasar konflik; Bagaimana keterkaitan nilai sosial budaya atau tradisi dengan terjadinya konflik antar warga dan resolusi konflik. Metode penelitian adalah studi kasus pendekatan kualitatif; Informan diambil secara purposive. Hasil penelitian : Prasyarat kondisi yang mencukupi (sufficiency condition) konflik yaitu: Pertama tradisi minuman keras sebagai simbol hiburan hajatan, yang terlembagakan melalui kesenian tradisional. Ked… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
1

Citation Types

0
0
0
3

Year Published

2018
2018
2022
2022

Publication Types

Select...
3

Relationship

0
3

Authors

Journals

citations
Cited by 3 publications
(3 citation statements)
references
References 0 publications
0
0
0
3
Order By: Relevance
“…Proses manajemen konflik dengan menggunakan pendekatan top down atau stuktural hanya berorientasi pada kebijakan dari pemerintah maupun dari aparat keamanan (Azra, 1999;Mufid, 2010) atau cenderung bersifat formal (hitam di atas putih) (Suharno & Samsuri, 2013) dan seringkali menggunakan mekanisme kekuasaan serta cenderung mengabaikan pola -pola kultural (Azra, 1999;Mufid, 2010). Sulaeman (2010) juga menjelaskan bahwa konflik seringkali dikelola dengan menggunakan cara yang represif dan kurang memperhatikan potensi lokal (Sulaeman, 2010).…”
unclassified
“…Proses manajemen konflik dengan menggunakan pendekatan top down atau stuktural hanya berorientasi pada kebijakan dari pemerintah maupun dari aparat keamanan (Azra, 1999;Mufid, 2010) atau cenderung bersifat formal (hitam di atas putih) (Suharno & Samsuri, 2013) dan seringkali menggunakan mekanisme kekuasaan serta cenderung mengabaikan pola -pola kultural (Azra, 1999;Mufid, 2010). Sulaeman (2010) juga menjelaskan bahwa konflik seringkali dikelola dengan menggunakan cara yang represif dan kurang memperhatikan potensi lokal (Sulaeman, 2010).…”
unclassified
“…Menurut Weber subtanis terdapat dalam kerangka hubungan sosial yang bersifat intensional dan adanya perbedaan orientasi, yaitu untuk tidak saling memberi makna yang sama sebagai pertarungan 'laten' memperoleh kedudukan dan status sosial. Menurut Aron dalam (Sulaeman, 2010). Pandangan Weber menganggap konflik sebagai proses intraksi sosial atas keinginannya partisipan yang saling menjatuhkan egonya masing-masing.…”
Section: Salah Seorang Sosiologi Bernama Lewisunclassified
“…Berbagai aspek harus dilihat untuk meninjau konflik baik secara teoritis maupun faktual. Aspek teoritis konflik banyak pandangan sehingga mengkaji konflik dapat dilihat dari berbagai sisi atau mengkaji berdasarkan pandangan, sehingga hasilnya akan lebih luas (Sulaeman, 2010). Kasus konflik antarentik Madura dan Melayu di Sambas, sebenarnya dapat dilihat melalui strotipe yang telah tertanam pada masing-masing etnik yakni, masyarakat Melayu dikenal dengan karakternya yang pengalah, pemalu, patuh pada adat dan taat beragama sedangkan masyarakat Madura karakternya dikenal kasar, keras, mudah terseinggung, arogan dan mau menang sendiri (Setiadi, 2005).…”
unclassified