2008
DOI: 10.24156/jikk.2008.1.1.1
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Dampak Subsidi Langsung Tunai (Blt)- BBM Pada Kesejahteraan Keluarga Miskin Di Bogor, Jawa Barat

Abstract: ABSTRACT. The aim of this study was to analyze the conditions of the family who received the SLT-BBM

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
1
1

Citation Types

0
4
0
13

Year Published

2016
2016
2023
2023

Publication Types

Select...
6

Relationship

0
6

Authors

Journals

citations
Cited by 9 publications
(17 citation statements)
references
References 0 publications
0
4
0
13
Order By: Relevance
“…Pemerintah Indonesia lebih sering menggunakan istilah subsidi, bantuan hari tua (untuk para veteran), bantuan sosial, atau bantuan pemerintah daripada menggunakan istilah jaring pengaman sosial (Noerkaisar, 2021;Sumodiningrat, 1999). Misalnya, subsidi BBM atau Bantuan Langsung Tunai (BLT) di masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (Puspitawati et al, 2008), disebut sebagai bantuan langsung tunai meskipun secara prinsip adalah stimulus ekonomi yang diberikan oleh pemerintah yang serupa dengan jaring pengaman sosial (Iping, 2020). Penggunaan istilah jaring pengaman sosial (JSP) ini baru mulai dikenal luas oleh masyarakat pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo periode kedua ketika baik presiden Joko Widodo maupun para menterinya berulang kali menyebutkan peluncuran program jaring pengaman sosial beserta manfaat dan kelebihan program ini di media massa (Iping, 2020;Ulya, 2020).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Pemerintah Indonesia lebih sering menggunakan istilah subsidi, bantuan hari tua (untuk para veteran), bantuan sosial, atau bantuan pemerintah daripada menggunakan istilah jaring pengaman sosial (Noerkaisar, 2021;Sumodiningrat, 1999). Misalnya, subsidi BBM atau Bantuan Langsung Tunai (BLT) di masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (Puspitawati et al, 2008), disebut sebagai bantuan langsung tunai meskipun secara prinsip adalah stimulus ekonomi yang diberikan oleh pemerintah yang serupa dengan jaring pengaman sosial (Iping, 2020). Penggunaan istilah jaring pengaman sosial (JSP) ini baru mulai dikenal luas oleh masyarakat pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo periode kedua ketika baik presiden Joko Widodo maupun para menterinya berulang kali menyebutkan peluncuran program jaring pengaman sosial beserta manfaat dan kelebihan program ini di media massa (Iping, 2020;Ulya, 2020).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…The statement from Soetjipto in Liana (2016) states that family well-being is when the loving situation with the fulfillment of physical and social needs for family members, without experiencing serious obstacles in the family, and facing family problems will be easy to overcome jointly with family members, so that the standard of family life can be realized. Ferguson, Horwood and Beutrais in Sumarwan & Tahira quoted by Puspitawati (2013) state that family well-being can be differentiated into economic well-being, measured in terms of the fulfillment of family inputs (income, wages, assets and expenses) and material well-being is measured from the various forms of goods and services accessed by the family. Family well-being in this study is a loving condition between family members caused by the fulfillment of their physical, social, economic and material needs as a defense in facing family problems.…”
Section: Review Of Literature Family Income and Well-beingmentioning
confidence: 99%
“…Penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak dan sering strategi rekayasa sumber nafkah akan meningkatkan peluang tidak pernah miskin dibandingkan peluang selalu miskin dan jatuh miskin. Puspitawati et al (2008) menemukan bahwa keluarga miskin bekerja lembur (penambahan sumber waktu) untuk meningkatkan pendapatan. Terdapat perbedaan yang nyata pada strategi rekayasa sumber nafkah yang dilakukan keluarga miskin dan keluarga tidak miskin di wilayah hulu (p<0,01).…”
Section: Pembahasanunclassified
“…Bank Dunia menganalisis ketidakefektifan program pengentasan kemiskinan di Indonesia akibat ketidaktepatan sasaran penerima bantuan. Hal ini didukung oleh penelitian Puspitawati(2008), yakni sekitar setengah dari jumlah rumah tangga miskin dinyatakan salah sasaran pada program SLT-BBM.…”
unclassified