Abstract:<p><strong>Background: </strong>The main feature of COVID-19 is symptoms of respiratory system disorder, however, there has been an increase in reports of neurological symptoms that appear in COVID-19 patients. Several previous studies have linked SARS-CoV-2 with nervous system damage. Research studying neurological complaints in confirmed COVID-19 patients in Indonesia is still lacking</p><p><strong>Aim: </strong>To identify neurological, laboratory, and imaging find… Show more
“…[1] Manifestasi neurologis pada COVID-19 dapat mencakup gejala-gejala ringan seperti anosmia, sakit kepala, baal dan kesemutan, serta rasa lelah (fatigue), sampai gejala-gejala yang berat seperti kejang, kelemahan anggota gerak, dan penurunan kesadaran. [2] Dalam laporan kasus ini, kami menyajikan pasien dengan ensefalopati pada COVID-19 dengan manifestasi gangguan perilaku dan kognitif, disertai kejang dan penurunan kesadaran.…”
Manifestasi neurologis pada COVID-19 luas dan bervariasi. Kami melaporkan kasus ensefalopati pada COVID-19 dengan manifestasi gangguan perilaku dan kognitif, kejang, dan penurunan kesadaran, pada seorang laki-laki usia 47 tahun yang terdiagnosis positif COVID-19 dua minggu sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik, pasien tampak gelisah dan disorientasi. Pada pemeriksaan neurologis tidak ditemukan defisit fokal. Hasil pemeriksaan laboratorium dan CT scan kepala nonkontras ditemukan dalam batas normal, dan hasil polymerase chain reaction (PCR) swab nasofaring positif. Hasil lumbal pungsi signifikan untuk peningkatan protein (0,54g/L) dengan jumlah sel dan gula normal, dan hasil PCR pada CSS tidak menemukan adanya SARS-CoV-2. Pasien mendapatkan terapi dengan remdesivir, dexamethasone, heparin, antibiotik, dan fenitoin, dan dirawat selama 8 hari dengan perbaikan. Dilakukan evaluasi fungsi luhur tiga minggu pasca awitan gejala, dan ditemukan penurunan fungsi atensi dan memori jangka pendek ringan. Manifestasi neurologis pada COVID-19 berupa penurunan kesadaran, kejang, gangguan perilaku, serta gangguan fungsi kognitif dapat muncul pada pasien tanpa faktor risiko jelas, dan timbul pada periode setelah fase akut dari infeksi SARS-CoV-2, yang mungkin disebabkan oleh respons imun yang belum sepenuhnya berhenti akibat masih terdapatnya sejumlah kecil virus di dalam tubuh.
“…[1] Manifestasi neurologis pada COVID-19 dapat mencakup gejala-gejala ringan seperti anosmia, sakit kepala, baal dan kesemutan, serta rasa lelah (fatigue), sampai gejala-gejala yang berat seperti kejang, kelemahan anggota gerak, dan penurunan kesadaran. [2] Dalam laporan kasus ini, kami menyajikan pasien dengan ensefalopati pada COVID-19 dengan manifestasi gangguan perilaku dan kognitif, disertai kejang dan penurunan kesadaran.…”
Manifestasi neurologis pada COVID-19 luas dan bervariasi. Kami melaporkan kasus ensefalopati pada COVID-19 dengan manifestasi gangguan perilaku dan kognitif, kejang, dan penurunan kesadaran, pada seorang laki-laki usia 47 tahun yang terdiagnosis positif COVID-19 dua minggu sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik, pasien tampak gelisah dan disorientasi. Pada pemeriksaan neurologis tidak ditemukan defisit fokal. Hasil pemeriksaan laboratorium dan CT scan kepala nonkontras ditemukan dalam batas normal, dan hasil polymerase chain reaction (PCR) swab nasofaring positif. Hasil lumbal pungsi signifikan untuk peningkatan protein (0,54g/L) dengan jumlah sel dan gula normal, dan hasil PCR pada CSS tidak menemukan adanya SARS-CoV-2. Pasien mendapatkan terapi dengan remdesivir, dexamethasone, heparin, antibiotik, dan fenitoin, dan dirawat selama 8 hari dengan perbaikan. Dilakukan evaluasi fungsi luhur tiga minggu pasca awitan gejala, dan ditemukan penurunan fungsi atensi dan memori jangka pendek ringan. Manifestasi neurologis pada COVID-19 berupa penurunan kesadaran, kejang, gangguan perilaku, serta gangguan fungsi kognitif dapat muncul pada pasien tanpa faktor risiko jelas, dan timbul pada periode setelah fase akut dari infeksi SARS-CoV-2, yang mungkin disebabkan oleh respons imun yang belum sepenuhnya berhenti akibat masih terdapatnya sejumlah kecil virus di dalam tubuh.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.