Belajar demokrasi di sekolah: Re-orientasi pendidikan dan pengembangan kultur sekolah yang humanis

Abstract

This essay explores the factors that cause a lack of effective preparation of citizens supporting the democratic political system carried by educational institutions, especially schools. After describing the global context, in particular the tendency (trend) practices of Citizenship Education that has shifted to the sheer mission preparation productive workforce as it promoted the ideology of neoliberal role strategies educational institutions (schools), not in the setting up of citizens supporting democratic values , further description focuses on the development of the humanist school culture, which the authors believe to be an absolute prerequisite for learning effective democracy. Recently described of learning about democracy effectically, next, it describes theorization of by a description of the importance of critical pedagogy and ended by a description of the change of learning democracy into learning democracy democratically. PENDAHULUANDalam rentang waktu dekade terakhir perhatian dan sekaligus keprihatinan terhadap pendidikan demokrasi semakin intens baik dari kalangan akademis, pendidik, maupun para politisi. Terkait dengan lembaga pendidikan, perhatian lebih tertuju pada efektivitas peran lembaga pendidikan di dalam upaya penyiapan warga negara melalui proses pendidikan di sekolah. Dengan kata lain kegelisahan berbagai pihak dapat disarikan dalam pertanyaan "Mengapa kita belum menjadi warga negara yang demokratis meskipun upaya untuk itu telah lama dilakukan?".Tulisan ini mencoba membahas faktor-faktor penyebab kurang efektifnya penyiapan warga negara pendukung sistem politik demokratis yang disandang oleh lembaga pendidikan, khususnya sekolah. Setelah mendeskripsikan konteks global, khususnya kecenderungan (trend) praktik Pendidikan Kewarganegaraan yang telah bergeser ke semata-mata misi penyiapan tenaga kerja yang produktif sebagaimana yang diusung paham neoliberal tentang peran strategi lembaga pendidikan (sekolah), bukan dalam menyiapkan warga negara pendukung nilainilai demokrasi. Uraian selanjutnya memfokuskan pada pengembangan kultur

Freedom with Responsibility: Building Student’s Integrity Through a Democratic School Culture

“…There are five prerequisites for the development of democratic attitudes, namely: 1) the elaboration of understanding of democracy and diversity, which includes reflection on the values adopted, positioning (personal placement), and personal diversity and sensitivity to issues of social justice; 2) a person's capacity to participate democratically in an enlightened manner, which includes a feeling that the person concerned has self-efficacy, both internally and externally; 3) establish active relationships, which include connections and commitments; 4) willingness to carry out transformation; 5) willingness to engage in dialogue, which includes empathy and dialogical ability [28].…”

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Sebagai Upaya Penguatan Karakter Demokratis Mahasiswa

“…Mahasiswa menyarankan agar pemerintah melakukan sosialisasi yang lebih intensif terhadap masyarakat karena partisipasi berkaitan dengan informasi yang diterima. Partisipasi masyarakat dibagi menjadi dua yaitu partisipasi bergantung pada akses, kemampuan, dan kemauan untuk menggunakan informasi, serta insentif mendorong individu untuk berpartisipasi dan terlibat (Suyoto, 2016). Pemerintah harus tegas dalam menghadapi banyaknya isu hoax tentang vaksin, meyakinkan masyarakat bahwa vaksin aman dilakukan, serta menghimbau bersedia divaksin untuk kepentingan bersama.…”

Peran kepala sekolah sebagai pimpinan tentunya memiliki pengaruh yang besar dalam menumbuhkan sikap demokrasi di sekolah. Dampaknya adalah terhadap sikap guru pada peserta didik dan lingkungan sekitar dan tentunya sangat dibutuhkan sebagai tenaga profesi kependidikan. Oleh karena itu, studi ini dilakukan untuk tujuan mengetahui peranan kepala sekolah dalam menumbuhkan sikap demokrasi guru. Penelitian ini dilakukan di SDN Mekarjaya Depok dengan metode deskriptif. Data diperoleh melalui wawancara, pengamatan

“…Belajar berdemokrasi dapat tergantung pada sosial kultur, dalam hal ini lingkungan sekolah dan masyarakat sekitar. Berdasarkan hasil penelitian Suyato (2016) diketahui bahwa untuk menciptakan sekolah yang demokrasi perlu diperhatikan kultur yang ada di sekolah tersebut. Karena kultur akan mempengaruhi efektifitas kerja guru dalam menghasilkan sekolah yang demokrasi.…”