Abstract:The fish auction site at Ocean Fishing Port of Cilacap is one of the major fish landings sites in Indonesia. Fishes landed in this port mainly of large pelagic fish, bycatch, crustaceans including kemprit fish (Ilisha megaloptera Swainson,1839). Kemprit fish is a member of the family Pristigasteridae, which has an elongated body shape-sprawl. Fishers use this fish as the main ingredient to produce fish crackers and dried salted fish. Overfishing is the greatest threat to kemprit fish, and without conservation … Show more
“…Morfometrik dapat dilakukan dengan metode morfometrik standar dan truss morfometrik. Metode truss morfometrik menggambarkan bentuk tubuh ikan dengan menghitung jarak titik di bagian luar tubuhnya untuk menentukan perbedaan bentuknya (Wijayanti et al 2017).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Pengukuran morfometrik standar dengan menggunakan jangka sorong meliputi 23 parameter diantaranya seperti jarak antar mata, lebar badan, panjang badan, tinggi batang ekor, dan beberapa karakter lain yang dapat dilihat pada Gambar 1. Data truss didapatkan dengan melihat titik pengukuran, antara lain (1) ujung depan moncong atas, (2) batas kepala dengan badan ventral, (3) batas kepala dengan bagian dorsal, (4) pangkal depan sirip ventral, (5) pangkal depan sirip dorsal, (6) pangkal depan sirip anal, (7) pangkal belakang sirip dorsal, (8) pangkal belakang sirip anal, (9) pelipatan ekor bagian dorsal, dan (10) pelipatan ekor bagian ventral (Wijayanti et al 2017).…”
Hampala macrolepidota is a native fish in Indonesia that has potential as an ornamental fish and a consumption fish. The research aims were to determine the geographical classifying of fish and to analyze morphometric characteristics of H.macrolepidota morphology. The research was conducted at Fish Biosystematics Laboratory, Biosystematics and Evolution Research Center-BRIN Cibinong. Sample measured were 371 wet-preserved specimens of H. macrolepidota from various water lotic and lentic habitats in Indonesia using standard morphometric and truss morphometric methods. The collected data was analyzed using significance test with Wilk’s Lambda. Research result showed there is a tendency standard morphometrics is more accurate than truss morphometrics for classified H.macrolepidota according to their distribution area in Indonesia. This shows that H. macrolepidota on the islands of Sumatera, Jawa, and Kalimantan have a high similarity is due to the fact that the three islands are part of the Sunda Shelf.
“…Morfometrik dapat dilakukan dengan metode morfometrik standar dan truss morfometrik. Metode truss morfometrik menggambarkan bentuk tubuh ikan dengan menghitung jarak titik di bagian luar tubuhnya untuk menentukan perbedaan bentuknya (Wijayanti et al 2017).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Pengukuran morfometrik standar dengan menggunakan jangka sorong meliputi 23 parameter diantaranya seperti jarak antar mata, lebar badan, panjang badan, tinggi batang ekor, dan beberapa karakter lain yang dapat dilihat pada Gambar 1. Data truss didapatkan dengan melihat titik pengukuran, antara lain (1) ujung depan moncong atas, (2) batas kepala dengan badan ventral, (3) batas kepala dengan bagian dorsal, (4) pangkal depan sirip ventral, (5) pangkal depan sirip dorsal, (6) pangkal depan sirip anal, (7) pangkal belakang sirip dorsal, (8) pangkal belakang sirip anal, (9) pelipatan ekor bagian dorsal, dan (10) pelipatan ekor bagian ventral (Wijayanti et al 2017).…”
Hampala macrolepidota is a native fish in Indonesia that has potential as an ornamental fish and a consumption fish. The research aims were to determine the geographical classifying of fish and to analyze morphometric characteristics of H.macrolepidota morphology. The research was conducted at Fish Biosystematics Laboratory, Biosystematics and Evolution Research Center-BRIN Cibinong. Sample measured were 371 wet-preserved specimens of H. macrolepidota from various water lotic and lentic habitats in Indonesia using standard morphometric and truss morphometric methods. The collected data was analyzed using significance test with Wilk’s Lambda. Research result showed there is a tendency standard morphometrics is more accurate than truss morphometrics for classified H.macrolepidota according to their distribution area in Indonesia. This shows that H. macrolepidota on the islands of Sumatera, Jawa, and Kalimantan have a high similarity is due to the fact that the three islands are part of the Sunda Shelf.
“…Salah satu analisis fenotipe yang dapat dilakukan adalah dengan pengukuran truss morfometrik. Pengukuran karakter truss morfometrik sebelumnya pernah dilakukkan pada ikan kemprit (Ilisha megalopteran Swainson, 1839) (Wijayanti et al, 2017), ikan gabus (Kusmini et al, 2015), ikan gurame (Arifin et al, 2017), ikan nila (Ariyanto et al, 2011), ikan mas (Cahyanti et al, 2014), dan ikan kelabau (Asiah et al, 2018).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Perbedaan karakter antar populasi yang masih satu spesies terjadi akibat pola adaptasi ikan terhadap lingkungan. Salah satu bentuk adaptasi ikan adalah perubahan bentuk tubuh dan ukuran beberapa bagian tubuh (Wijayanti et al, 2017).…”
Betta rubra merupakan salah satu spesies ikan cupang alam endemik dari Aceh. Keberadaannya yang hampir dinyatakan punah sebelum ditemukan kembali pada tahun 2007. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji keragaman genetik dan potensi genetik dari ikan Betta rubra dari tiga generasi yang sudah dibudidayakan untuk perbaikan genetik di Balai Riset Budidaya Ikan Hias (BRBIH), Depok, Jawa Barat, Indonesia. Jumlah sampel yang digunakan pada populasi G-0 adalah enam ekor, sedangkan pada populasi G-1 dan G-2 masing-masing 10 ekor. Ikan uji yang digunakan diambil sirip ekornya untuk analisis secara genotipe dengan randomly amplified polymorphic DNA (RAPD) menggunakan primer yaitu OPZ-9, OPB-6, dan OPZ-13. Sebelum diambil sirip ekornya ikan terlebih dahulu difoto di atas millimeter block untuk data truss morfometrik (fenotipe). Hasil menunjukkan ikan Betta rubra populasi alam (G-0) memiliki nilai heterozigositas 0,1872 dan derajat polimorfisme 47,06% yang lebih rendah dibandingkan generasi G-1 dengan heterozigositas 2,421 dan derajat polimorfisme 64,71%. Populasi G-2 memiliki nilai heterozigositas 0,1577 dan derajat polimorfisme 44,12%. Koefisien keragaman secara fenotipe populasi G-1 memiliki variasi lebih tinggi dibanding populasi G-0 dan G-2. Hubungan kekerabatan antara G-1 dengan G-0 dan G-2 berbeda nyata (P<0,05), sedangkan hubungan antara G-1 dengan G-2 tidak berbeda nyata (P>0,05), sehingga antara populasi G-0 dan G-2 membentuk cluster terpisah dengan G-1. Keragaman genetik pada tiga generasi Betta rubra memiliki pola yang sama baik secara fenotipe maupun genotipe.Betta rubra is one of the endemic species of Betta fish from Aceh. The fish was almost declared extinct before it was rediscovered in 2007. The purpose of this study was to examine the genetic diversity and genetic potential of Betta rubra from three generations which have been reared for genetic improvement at the Research Institute for Ornamental Fish Culture, Depok, West Java, Indonesia. The number of fish for G-0 population used in the study was six fish whilst G-1 and G-2 populations were 10 fish. Tail fins from each fish were sampled for genotype analysis using randomly amplified polymorphic DNA (RAPD) using primers OPZ-9, OPB-6, and OPZ-13. Before tail fin collection, the fish was photographed on a millimeter block for truss morphometric data measurement (phenotype). The results showed that the Betta rubra wild population (G-0) had heterozygosity of 0.1872 and polymorphism of 47.06% which were lower than the G-1 population with heterozygosity of 2.421 and polymorphism of 64.71%. The G-2 population had heterozygosity of 0.1577 and polymorphism of 44.12%. The phenotype coefficient of variation in the G-1 population higher than the G-0 and G-2 populations. The kinship relationship between G-1 with G-0 and G-2 was significantly different (P<0.05), while the relationship between G-1 and G-2 was not significantly different (P>0.05). This research concludes that the populations of G-0 and G-2 have formed a separate cluster to G-1. The genetic diversities in the three Betta rubra populations have similar phenotype and genotype patterns.
“…Menurut Bagherian dan Rahmani (2009), metode truss morphometric didasarkan pada pengukuran yang dihitung dari titik-titik yang membentuk pola secara teratur dan terhubung pada seluruh bentuk tubuh. Wijayanti et al (2017) menyatakan bahwa metode tersebut merupakan suatu teknik yang menggambarkan suatu bentuk tubuh ikan dengan menghitung jarak titik-titik pada bagian luar tubuh yang dijadikan patokan (titik truss morphometric). Titik tersebut saling terhubung secara vertikal, horizontal, dan diagonal oleh jarak truss morphometrc, sehingga didapatkan bentuk tubuh ikan yang dapat dianalisis secara spesifik dan rinci.…”
Lobster air tawar spesies Cherax quadricarinatus berasal dari perairan Australia dan Papua Nugini. Pengukuran morfometrik merupakan salah satu teknik dalam membedakan bentuk tubuh dari suatu populasi. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis kekerabatan populasi pada lobster air tawar dari perairan Jawa Barat berdasarkan pendekatan truss morphometric. Beberapa karakter morfometrik dilakukan pengukuran dengan jumlah total sampel sebanyak 133 individu yang meliputi 20 individu dari Waduk Darma, 38 individu dari Situ Kemang, dan 75 individu dari Situ Kemuning. Hasil analisis kluster didapatkan bahwa populasi Cherax quadricarinatus yang berasal dari Situ Kemuning memiliki kekerabatan lebih dekat dengan Situ Kemang dibandingkan dengan Waduk Darma. Adanya perbedaan karakter morfometrik diduga terjadi karena perbedaan kondisi lingkungan pada ketiga populasi. Analisis diskriminan menunjukkan bahwa C. quadricarinatus yang beraal dari Waduk Darma, Situ Kemang, dan Situ Kemuning masing-masing terklasifikasi dengan tepat yaitu sebesar 100%, 63,2%, dan 76%. Sementara itu, terdapat 4 karakter utama yang dapat membedakan populasi dari semua lokasi (C4, B5, D6, dan A6).
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.