ABSTRAKPendahuluan: Stomatitis aftosa rekuren (SAR) atau sariawan merupakan ulser berbentuk oval atau bulat yang sakit dan terjadi secara berulang, serta dapat sembuh secara spontan dengan atau tanpa pengobatan. Streptococcus sanguinis (S. sanguinis) bentuk initial L forms banyak ditemukan pada penderita SAR dan dapat memperparah kondisi SAR. Salah satu hewan yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan untuk pengobatan alternatif adalah teripang putih atau Holothuria scabra (H. scabra) yang berasal dari kepulauan Mentawai. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis daya hambat ekstrak metanol teripang putih (H. scabra) terhadap S. sanguinis yang banyak ditemukan pada penderita Stomatitis Aftosa Rekuren secara in vitro. Metode: Jenis penelitian eksperimental laboratoris dengan rancangan penelitian posttest only control group design. Sampel pada penelitian ini adalah ekstrak metanol teripang putih dari pulau Siberut, kepulauan Mentawai, yang diperoleh dalam keadaan sudah kering di kota Padang dan bakteri S. sanguinis ATCC 10556 yang diperoleh dari Laboratorium Penelitian Antar Universitas (PAU) Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Terdapat 5 kelompok perlakuan, yaitu pengujian dengan konsentrasi ekstrak metanol teripang putih (H. scabra) 2, 4, dan 8%, serta kontrol positif (chlorhexidine 0,2%) dan kontrol negatif. Masing-masing kelompok perlakuan diulang sebanyak 5 kali sehingga besar sampel menjadi total 25 pengulangan. Data yang diperoleh diolah menggunakan uji Independent Sample (T-Test). Hasil: Terdapat zona hambat ekstrak metanol teripang putih (H. scabra) terhadap S. sanguinis pada stomatitis aftosa rekuren yang diujikan secara in vitro pada konsentrasi 8% dengan sig 0,001 atau < 0,05, sebesar 0,81 mm, sedangkan pada konsentrasi 2 dan 4% tidak terdapat zona hambat. Simpulan: Ekstrak metanol teripang putih (H. scabra) Mentawai memiliki zona hambat pada konsentrasi 8%, tetapi dalam kategori lemah (weak) dan kurang efektif jika dibandingkan dengan kontrol positif yaitu chlorhexidine 0,2%KATA KUNCI: stomatitis aftosa rekuren, s. sanguinis, h. scabra, zona hambat, ekstrak teripangInhibition zone test of methanol extract of mentawai white sea cucumber (holothuria scabra) against streptococcus sanguinis in recurrent aphthous stomatitis in vitro: experimental studyABSTRACTIntroduction: Recurrent aphthous stomatitis (SAR) or canker sores are painful oval or round ulcers that occur recurrently and can heal spontaneously with or without treatment. Streptococcus sanguinis (S. sanguinis) plays a role in aggravating SAR in patients and mostly found in the of initial L forms. One of the animals that is widely used as an ingredient for alternative medicine is white sea cucumber or Holothuria scabra (H. scabra) from the Mentawai islands. The purpose of this study was to analyze the inhibition zone of white sea cucumber (H. scabra) methanol extract against S. sanguinis in recurrent aphthous stomatitis (in vitro study). Methods: Laboratory experimental and posttest only control group designs were used in this study. The samples in this study were a dry form of methanol extract of white sea cucumber from Siberut island, Mentawai islands obtained in Padang city. The S. sanguinis ATCC 10556 bacteria obtained from the Inter-University Research Laboratory (PAU) of Gadjah Mada University, Yogyakarta. There were 5 treatment groups, namely 2, 4, and 8%, of white sea cucumber (H. scabra) methanol extract, as well as positive control (0.2% chlorhexidine) and negative control. Each treatment group was repeated 5 times so that the sample size was a total of 25 repetitions. The data obtained was processed using the Independent Sample test (T-Test). Results: The obtained zone of inhibition of the 8% methanol extract of white sea cucumber (H. scabra) against S. sanguinis was 0.81 mm, with a significance of 0.001 (<0.05), while at concentrations of 2% and 4% there were no zone of inhibition. Conclusion: Methanol extract of Mentawai white sea cucumber (H. scabra) has an inhibition zone at the best concentration of 8%, with a weak category against S. sanguinis bacteria and less effective when compared to the 0.2% chlorhexidine.KEY WORDS: recurrent aphthous stomatitis, s. sanguinis, h. scabra, inhibition zone, sea cucumber extract.