Currently, formulations of skin moisturizers are derived from natural compounds. Fixed oils are known to have compounds that potential to be developed as skin moisturizers based on emollient mechanism. Therefore, this study aims to determine the effect of oil type on the physical characteristics of skin moisturizer creams. In this study, a skin moisturizer cream was formulated using three types of fixed oils: VCO (F1), Olive Oil (F2), and Jojoba Oil (F3). All formulas were tested for physical characteristics of pH, cream type, viscosity, spreadability, and homogeneity. The test results show that all formulas appropriate to the skin pH range, have o/w type creams and homogeneous texture. In the results of the viscosity test, there was a significant difference (p<0.05) with the highest value of viscosity for F2 (16750 ± 250 cP) > F3 (14200 ± 346cP) > F1 (5833 ± 58 cP), while for spreadability test there were also significant differences (p<0.05) with the highest diameter for F1 (5.8 ± 0.1 cm) = F3 (5.7 ± 0.2 cm) > F2 (4.3 ± 0.2 cm). Based on the results, it can be concluded that the type of oil can affect the physical characteristics of the moisturizer formula. F1 and F3 have better physical characteristics than F2.
Penyebaran virus Covid 19 disaat pandemi Covid 19 dapat dicegah dengan pola hidup bersih. Salah satu cara yang paling efektif untuk memutus mata rantai penyebaran virus Covid 19 adalah dengan sering mencuci tangan menggunakan sabun atau dengan menggunakan hand sanitizer. Hand sanitizer merupakan suatu pembersih tangan yang mengandung antiseptik yang dapat membunuh bakteri dan virus. Antiseptik yang dapat digunakan untuk membunuh bakteri dan virus antara lain alkohol dan isopropanol. Alkohol lebh efektif untuk membunuh virus sedangkan isoproponal lebih efektif untuk membunuh bakteri Alkohol memberikan efektifitas sebagai antibakteri paling optimal pada konsentrasi 60-85%. Penggunaan hand sanitizer dengan bahan aktif alkohol dapat menyebabkan kulit menjadi kering sehingga perlu ditambahkan humektan dan moisturizer untuk mencegah kulit kering. Oleh karena itu perlu dilakukan inovasi produk hand sanitizer yang tetap menjaga kelembaban kulit sekaligus nyaman digunakan sepanjang hari. Pada penelitian ini bertujuan membuat formula hand sanitizer dengan antiseptik alkohol 70% dengan menambahkan alga hijau (spirulina platensis) yang dikenal mengandung fukosantin yang tinggi antioksidan dan dapat melembabkan kulit serta menambahkan vitamin E yang juga memiliki aktivitas antioksidan. Sediaan gel dipengaruhi oleh gelling agent dan konsentrasi gelling agent yang digunakan. Pada penelitian ini digunakan gelling agent carbopol 940 dengan konsentrasi yang berbeda yaitu 0,3%, 0,6% dan 0,9% untuk mengetahui pengaruh konsentrasi carbopol 940 terhadap karakteristik fisik dan stabilitas fisik sediaan gel hand sanitizer dengan moisturizer alga hijau (spirulina platensis) dan vitamin E. Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa formula F1 memiliki karakteristik fisik sediaan gel yang paling optimal dan nyaman digunakan sepanjang hari. Pada formula F1 tampak jernih, tidak lengket, mudah menyebar dan ada rasa sensasi dingin saat digunakan. Pada formula F2 warna jernih, sedikit berkabut, mudah menyebar, lengket, dingin saat digunakan. Timbulnya rasa lengket saat digunakan membuat kurang nyaman. Pada formula F3 warna jernih ada bintik-bintik putih dari carbopol yang kurang homogen, daya sebar rendah yaitu 4,18 ± 0,312, lengket saat diaplikasikan dan terasa dingin. Ketiga formula memiliki pH yang tidak berbeda bermakna yaitu antara 6,11-6,22. Ketiga formula juga stabil setelah dilakukan uji stabilitas dengan metode sentrifugasi.
Meloxicam is included in the class II Biopharmaceutical Classification System (BCS). This drug has low solubility and high permeability. The solubility is one of the factors that affect in the dissolution rate of drug. One of the effort to increase dissolution of meloxicam is by forming a solid dispersion system made using melting method. The addition of PEG 6000 and poloxamer 188 carriers determine in the solid dispersion system aims to increase the dissolution rate of meloxicam. The purpose of this study is to characterize the meloxicam solid dispersion system with PEG 6000 and poloxamer 188 matrices at a ratio of 99:1 and 98:2 made by the melting method when compared with the physical mixture and its pure compound using Powder X-Ray Diffaction, DSC and FTIR. The results of meloxicam solid dispersion with a ratio 99:1 and 98:2 showed the disappearance of the typical peak of meloxicam at an angel of 2θ 6.5° and 11.2°. The thermogram data using DSC shows a decrease in melting point of solid dispersion system with a ratio of 99:1 and 98:2 namely 64.33°C and 64.21°C. The result of the characterization of meloxicam solid dispersion with FTIR showed that the identified spectrum were in the spectrum range of meloxicam, PEG 6000, poloxamer 188 indicating there was no incteraction in the meloxicam solid dispersion system.
Penuaan dini merupakan masalah besar bagi seorang wanita. Penuaan dini dapat menimbulkan rasa kurang percaya diri. Tanda – tanda penuaan dini diantaranya adalah munculnya bintik-bintik hitam, muncul garis halus, pori-pori terlihat mulai membesar, kusam, wajah terasa kasar, mata berubah bentuk, kulit wajah mengendur bahakan bisa terjadi perubahan warna kulit. Banyak faktor yang dapat memicu terjadinya penuaan dini yaitu paparan sinar matahari yang berlebih, posisi tidur, konsumsi makanan dan minuman yang tidak sehat, kulit kurang istirahat karena selalu memakai make up, stres, kurang tidur dan genetik. Penuaan dini dapat dicegah dengan menggunakan kosmetik anti aging. Salah satu zat yang dapat digunakan sebagai anti aging adalah epigallocatechin gallate. Epigallocatechin gallate merupakan senyawa dari bahan alam yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan. Aktivitas antioksidan epigallocatechin gallate lebih tinggi daripada vitamin C dan vitamin E. Epigallocatechin gallate merupakan antioksidan yang tinggi (100 kali vitamin C atau 25 kali vitamin E). Penelitian ini bertujuan untuk memformulasi krim anti aging dengan bahan aktif epigallocatechin gallate dengan konsentrasi basis krim yang berbeda sehingga didapatkan krim anti aging dengan karakteristik fisik yang optimal. Basis krim merupakan bahan eksipien utama dalam membentuk konsistensi sediaan krim. Pada penelitian ini basis krim yang digunakan adalah lexemul CS-20 dimana basis krim ini mengandung kombinasi 2 basis krim yaitu cetearyl alcohol dan ceteareth-20). Peneliti berharap dengan hanya menggunakan satu bahan saja mampu memberikan hasil yang optimal. Pada penelitian ini ingin mengetahui pengaruh konsentrasi basis krim terhadap karakteristik fisik krim epigallocatechin gallate. Konsentrasi basis krim yang digunakan adalah 10%, 15% dan 20%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula F1, F2 dan F3 secara organoleptis sama yatu berwarna putih dan homogen, hanya pada formula F1 sedikit encer . Berdasarkan hasil uji pH pada formula F1, F2 dan F3 memberikan hasil yang tidak berbeda bermakna. Semua formula adalah krim dengan tipe emulsi minyak dalam air. Semakin tinggi konsentrasi basis krim memberikan nilai viskositas yang lebih tinggi, sebaliknya semakin tinggi konsentrasi basis krim daya sebar krim semakin kecil. Berdasarkan uji stabilitas dengan metode sentrifugasi terlihat formula F1 tidak stabil karena sediaan memisah menjadi 2 fase, sedangkan pada formula F2 dan F3 sediaan tidak memisah (stabil).
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.