This research was aimed to observe the effects of using food additives from Gracilaria powder to the structural properties and chemical characteristics of nemipterid fish sausages. Seaweed powder was originated from raw Gracilaria obtained from cultivated seaweed in Karawang waters. Five different concentrations of Gracilaria powder (0.0%, 2.5%, 5.0%, 7.5%, 10.0%) were used. The quality of the sausage was decided based on the sensory and the chemical quality. The results showed that the addition of Gracilaria powder had a significant effect on the texture and chemical quality but not to the taste, odor, appearance or fat content. The addition of Gracilaria powder at 2.5% was considered as the best treatment resulting in nemipterid fish sausage with an appearance value of 8.4, taste 7.7, odor 2.5, texture 8.7, and chemical value of moisture content 61.3%, ash content 1.52%, protein content 13.16%, fat content 0.62%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alur proses pengolahan udang breaded beku, sistem traceability pengolahan udang breaded beku mulai dari proses penerimaan bahan baku, pengolahan sampai produk akhir serta mutu bahan baku dan produk akhir melalui uji organoleptik dan mikrobiologi. Metode kerja dilakukan dengan mengamati langsung diperusahaan melalui pengambilan data suhu produk setiap alur proses dan pemantauan penerapan ketertelusuran diperusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan ketertelusuran Internal di PT. Red Ribbon sudah diterapkan selama proses penerimaan dibahan baku sampai produk akhir. Ketertelusuran eksternal perusahaan menggunakan sistem tertutup, yang mana pemasok bertanggung jawab dalam memberikan informasi kepada pihak perusahaan atas produk yang dikirim. Hasil Uji organoleptik bahan baku dan produk akhir sesuai standar SNI yaitu 7. Hasil uji ALT, E.coli dan coliform masih memenuhi standar SNI yaitu 5 x105 untuk bahan baku dan 2 x 105 untuk produk akhir pada ALT dan <2 MPN/gr pada E.coli dan coliform.
Mangrove diketahui mempunyai komponen fitokimia yang mempunyai kemampuan bioaktif. Uji kualitatif komponen fitokimia diperlukan untuk screening awal eksplorasi komponen bioaktif tanaman. Air adalah pelarut komponen fitokimia yang relatif aman dan tidak polutif. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan komponen fitokimia yang terdapat pada buah mangrove sebelum dan sesudah diekstraksi menggunakan pelarut air. Jenis buah mangrove yang digunakan adalah Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, dan Avicennia marina. Pembuatan ekstrak buah mangrove dilakukan dengan menggunakan pelarut akuades, dengan proses pecacahan, pembilasan dengan asam sitrat 0,5%, perendaman akuades, pengeringan, sonikasi, dan penyaringan filtrat. Hasil uji fitokimia (kualitatif) menunjukkan kandungan fitokimia yang terdapat pada ekstrak buah Rhizophora mucronata adalah saponin dan steroid, sedangkan kandungan yang terdapat pada ekstrak buah Rizophora apiculata dan Avicennia marina adalah tanin, saponin, dan steroid. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pelarut akuades dan pembilasan dengan asam sitrat 0,5% dapat melarutkan komponen fitokimia tanin, saponin dan steroid dalam buah mangrove.
Abstract. Dharmayanti N, Anti A, Siregar RR, Sipahutar Y, Permadi A, Siregar AN, Salampessy RB, Sujuliyanti, Nurbani SZ, Purnamasari HB. 2021. Title. Biodiversitas 22: 373-378. Brown seaweeds have the potential to produce bioactive compounds. Bacteria associated with seaweeds are involved in the production of metabolites. Microbes may be present as a living symbiotic in association with other algae as epiphytes or endophytes. In this study, bacteria isolated from brown seaweed (Turbinaria conoides) were tested for antibacterial activity. A total of 14 bacteria were isolated, of which 6 were isolated from external tissue, while 8 from internal tissue. Results of an antagonistic test revealed that 7 isolates showed inhibitory activity against Staphylococcus aureus and only 1 isolate showed the inhibition against both S. aureus and Escherichia coli. Phenotypic and genotypic analysis showed that the symbiont bacteria was Lactobacillus plantarum.
Udang vanamei (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu produk perikanan yang mempunyai nilai ekonomis penting. Produk ini memiliki faktor penentu sebagai komoditas ekspor dalam perdagangan internasional. Untuk itu, diperlukan proses penanganan yang baik di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan GMP dan SSOP pada proses pengolahan udang kupas mentah beku (peeled deveined). Metode dilakukan dengan observasi dan survei, dengan mengikuti secara langsung seluruh proses penerapan persyaratan kelayakan dasar (GMP, SSOP), mulai dari penerimaan bahan baku hingga pemuatan, dengan melakukan pengujian terhadap mutu (organoleptik, mikrobiologi, antibiotik), pengamatan penerapan rantai dingin, rendemen, dan produktivitas tenaga kerja. Analisa data dilakukan dengan deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan kelayakan dasar GMP dan SSOP sudah dilakukan dengan baik sesuai SNI No. 3457-2014 tentang udang kupas mentah beku. Hasil pengujian mutu organoleptik bahan baku dan produk akhir adalah 8, uji mikrobiologi berkisar 9 x 103 kol/gr - 2,5 x 103 kol/gr dan not detected untuk hasil uji antibiotik, sesuai dengan SNI. Penerapan rantai dingin telah dilakukan dengan baik dengan suhu udang bahan baku 3º C. Rendemen pada potong kepala dengan dan pengupasan kulit rata-rata 69,8 % dan 81,1 % sesuai dengan standar perusahaan. Produktivitas pada proses pemotongan kepala dan pengupasan adalah 37,1 dan 7,75 kg/jam/orang, sesuai dengan standar perusahaan.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.