Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS) adalah badan hukum publik yang berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Salah satu pelayanan kesehatan yang diberikan BPJS yaitu pelayanan farmasi yang masih dinilai belum memenuhi standar pelayanan minimal rumah sakit sehingga mempengaruhi tingkat kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan yang diberikan. Terdapat beberapa indikator kepuasan yang dapat digunakan untuk mengetahui mutu pelayanan yaitu dimensi tangible (bukti fisik), reliability (kehandalan), responsiveness (ketanggapan), assurance (jaminan), dan emphaty (empati). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat kepuasan pasien peserta BPJS terhadap mutu pelayanan farmasi unit rawat jalan di salah satu rumah sakit swasta Kota Bandung. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Teknik pemilihan sampel menggunakan teknik consecutive sampling dan didapatkan 48 pasien yang telah mendapatkan pelayanan farmasi di salah satu rumah sakit swasta Kota Bandung pada bulan Maret ̶ Mei 2018 dengan menggunakan kuesioner yang sudah tervalidasi. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kepuasan pasien terhadap dimensi tangible 69,90% (puas), reliability 76,15% (puas), responsiveness 55,78% (tidak puas), assurance 73,61% (puas), dan empathy 77,43% (puas). Penambahan jumlah petugas apotik dan sosialisasi tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit kepada petugas mengenai waktu tunggu penyerahan obat diharapkan mampu meningkatkan kepuasan pasien terhadap dimensi responsiveness.
Prevalensi low back pain (LBP) di Indonesia 85–95% terjadi karena penyebab non-spesifik, di antaranya aktivitas fisik yang berat, mengangkat beban terlalu berat, postur tubuh statis saat bekerja, posisi bekerja, faktor gaya hidup, dan faktor psikologis. Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan beban kerja fisik dengan kejadian low back pain (LBP) pada kuli panggul beras di Pasar Induk Gedebage. Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional. Subjek penelitian terdiri atas 33 responden. Pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner dan observasi. Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden mengalami kejadian LBP sebanyak 29 orang. Responden yang memiliki beban kerja fisik dengan beban 33–52 kg/angkat adalah sebanyak 23 orang dan kejadian LBP sebanyak 19 orang. Hasil ananisis statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara beban kerja fisik dan kejadian low back pain (p=0,372), namun terdapat faktor lain yang terkait dengan kejadian LBP, di antaranya usia, masa kerja, posisi angkat, dan skala nyeri. THE RELATIONSHIP OF PHYSICAL WORKLOAD WITH THE INCIDENCE OF LOW BACK PAIN (LBP) IN RICE HIP COOLIES AT PASAR INDUK GEDEBAGEThe prevalence of low back pain (LBP) in Indonesia is about 85–95%, it occurs due to non-specific causes, including heavy physical activity, lifting weights too heavy, static posture at work, working position, lifestyle factors, and psychological factors. The purpose of this study was to determine the relationship of physical workload with the incidence of low back pain (LBP) in rice hip coolies at Pasar Induk Gedebage. This research used observational analytic method with cross sectional approach. The research subjects consisted of 33 respondents. Data were collected by using questionnaires and observations. The results showed that the majority of respondents experienced LBP events as many as 29 people. Respondents who had a physical workload with a load of 33–52 kg/lift were 23 people, and LBP events were 19 people. Statistical analysis showed that there was no significant relationship between physical workload and the incidence of low back pain (p=0.372). Conclusion, there is no relationship between physical workload and the incidence of low back pain in rice hip coolies at Pasar Induk Gedebage, but there are other factors associated with LBP events, including age, work period, lifting position, and pain scale.
A challenge for hospitals in facing the high number of patient visits is to provide quality services. One of the vital services in dealing with patients, especially those who will have cancer surgery considering the high rate of mortality cancer, is an improvement in waiting time (WT). Waiting time for elective surgery is one indicator of service quality with a standard of ≤2 days. This research aimed to determine the average WT for surgery, influencing factors, and optimal queuing models. The method used was quantitative and qualitative methods applied to 207 samples with consecutive sampling at West Java Provincial Al-Ihsan Regional General Hospital Bandung from October to December 2016. The analysis used partial least squares (PLS). The results of the study showed that the average WT for surgery was 32 days. Factors that influence WT were inpatient rooms, number of medical personnel, condition of patients, and health insurance. The optimal queue model to reduce surgical waiting time are adding inpatient beds, oncologist doctor, and creating an online system for registration and confirmation of inpatient rooms and operating. FAKTOR YANG MEMENGARUHI WAKTU TUNGGU OPERASI PASIEN KANKER DI RUMAH SAKIT RUJUKAN JAWA BARATTantangan bagi rumah sakit dalam menghadapi jumlah kunjungan pasien yang tinggi adalah mampu memberikan pelayanan berkualitas. Salah satu pelayanan signifikan bagi pasien kanker yang akan menjalani operasi adalah perbaikan waktu tunggu karena mortalitas pasien kanker yang tinggi. Waktu tunggu operasi elektif merupakan salah satu indikator mutu pelayanan dengan standar ≤2 hari. Penelitian bertujuan mengetahui waktu tunggu operasi rerata, faktor yang memengaruhi, dan model antrean yang optimal. Metode yang digunakan adalah kuantitatif dan kualitatif yang diterapkan pada 207 sampel secara consecutive sampling di RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat Bandung dari Oktober hingga Desember 2016. Analisis menggunakan partial least squares (PLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu tunggu operasi rerata adalah 32 hari. Faktor yang berpengaruh terhadap waktu tunggu operasi adalah ruang rawat inap, jumlah tenaga medis, kondisi pasien, dan jaminan kesehatan. Model antrean yang optimal untuk menurunkan waktu tunggu operasi adalah penambahan tempat tidur rawat inap, penambahan dokter spesialis bedah onkologi, serta pembuatan sistem daring untuk pendaftaran dan konfirmasi kesiapan ruang rawat inap dan ruang operasi.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.