Ketrampilan berpikir analitis, sebagai kemampuan berpikir tingkat tingi dengan menerapkan penalaran yang begitu kompleks sehingga menjadi sangat penting untuk dimilki oleh peserta didik dalam menghadapi persoalan dan permasalahan di abad 21 yang mana peserta didik akan dihadapkan pada permasalahan global yang semakin meningkat. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan desain eksperiment kuantitatif-kualitatif dengan analisis data melalui pendekatan deskriptif. Tujuan penenlitian ini adalah untuk mengukur taraf ketrampilan berpikir peserta didik pada pembelajaran IPA kelas IX-E SMP Ma'arif 1 Ponorogo. Berdasarkan hasil analisis data yang telah diperoleh dengan mengukur 6 indikator ketrampilan berpikir analitis (Memahami konsep, Mengidentifikasi, Membedakan, Mengorganisasikan, Menghubungkan dan Aplikatif) uji kemampuan melalui pemberian tes soal uraian dan tabel, dan dari hasl rata-rata yang diperoleh dapat diketahui bahwa tingkat ketrampilan berpikir analitis peserta didik sebesar dan berada pada level yang rendah
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPA khususnya materi bioteknologi di kelas IX SMP Maarif 1 Ponorogo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Chroscheck sectional Survey. Sampel penelitian ini ditentukan dengan menggunakan Claster Random Sampling, dimana peneliti melakukan acak sembarang dan diperoleh Kelas IX A yang terdiri dari 25 siswa di SMP Maarif 1 Ponorogo. Teknik pengumpulan data adalah tes, observasi, dan wawancara. Tes diberikan kepada siswa kelas IX A, observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung, serta wawancara dilakukan terhadap guru IPA. Adapun wawancara yang digunakan bersifat terbuka. Instrumen tes pada penelitian ini adalah berupa soal essay untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa. Pada setiap item soal memuat 4 aspek, yaitu: (1) interpretasi, (2) analisis, (3) evaluasi, (4) inferensi. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa kelas IX A SMP Maarif 1 Ponorogo pada materi bioteknologi masih kurang dengan nilai rata-rata 40,62. Keterampilan berpikir kritis siswa paling banyak muncul pada indikator interpretasi. Keterampilan berpikir kritis peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya pola pikir dalam memecahkan masalah dan pemahaman dari setiap materi yang telah disampaikan. Oleh sebab itu guru sangat berperan penting dalam pengembangan keterampilan berpikir kritis dari siswa
Perkembangan di dunia pendidikan saat ini menuntut untuk melatih pengembangan ketrampilan proses pada peserta didik. Ketrampilan proses terdiri atas beberapa bagian salah satunya yaitu kemampuan membuat kesimpulan. Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui model pembelajaran CTL berbasis ESD apakah berpengaruh terhadap kemampuan membuat kesimpulan. Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif true eksperimental dengan desain pretest-posttest control group design, dalam menganalisis data menggunakan deskriptif kuantitatif dan sampel yang diambil secara random sampling. Teknik pengumpulan data berupa lembar observasi, tes tulis dan angket, sedangkan analisis data berupa uji validitas, uji reliabilitas, uji keterbacaan, uji normalitas, uji homogenitas dan uji t. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa model CTL berbasis ESD terdapat pengaruh peserta didik dalam membuat kesimpulan, hal ini dapat dilihat perbedaan yang antara penggunaan model pembelajaran CTL berbasis ESD dengan model konvensional dalam kemampuan membuat kesimpulan, serta penggunaan model pembelajaran CTL berbasis ESD lebih baik daripada penggunaan model konvensional dalam pembelajaran. Kemampuan membuat kesimpulan yang memiliki nilai tertinggi yaitu mempertimbangkan sesuatu secara induksi, peserta didik lebih mampu membuat kesimpulan dari khusus ke umum sehingga indikator ini memiliki jumlah peningkatan yang lebih tinggi daripada indikator lainnya. Oleh karena itu guru memiliki peran yang sangat penting dalam membimbing peserta didik untuk membuat kesimpulan.
The skill to think analytically is an important skill for students to have, where the skill to think analytically helps students solve problems in science lessons that require an analytical skill to solve them. The research method is qualitative with a naturalistic design. This research was conducted at some Junior High schools in Ponorogo using the purposive sampling technique. Data were collected using in-depth interviews, observation, and documentation, then analyzed using quantitative descriptive and qualitative descriptive. This study aims to determine the profile of students' analytical thinking skills in solving problem-based problems in the grade 8th at pressure material and determine the pattern of its relationship with scientific exploration. The results showed that: 1) the profile of the analytical thinking skill in terms of the learning styles of students, namely the visual style subjects intend to explain what is known through the direct explanation in more detail, the audiovisual subjects are more likely to form simpler patterns with reasoning patterns generalization and on kinesthetic subjects tend to apply different (unique) concepts, but still have a relationship with the problem, 2) the pattern of the relationship between analytical thinking skills and learning styles, namely the exploration of science, which includes aspects of experience, reasoning, modalities, and the mindset of students. Through the results of this study, it is hoped that it can provide theoretical and practical insights for educators in determining approaches and strategies for achieving science analytical competence according to students' learning styles at school.
. The purpose of this study is to determine the practicality of learning model "PRODUKSI" to the process of learning execution and student learning activities. The research method used is experiment with one-shot case study design. The location of the research is at SMAN 2 Bojonegoro and the research sample is chosen by purposive sampling. Data were collected through observation and then analyzed based on data characteristic with descriptive qualitative and quantitative descriptive. The results showed that: 1) PRODUKSI learning model can be implemented and successfully support communicative project-based physics learning, and 2) learning activities during the implementation of PRODUKSI model involves project activity and communicative learning, where each learning activity emphasizes on the realization: student-centered learning, social interaction and collaboration among students, creative freedom and independence to students, as well as an active and interactive learning environment.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kepraktisan model pembelajaran "PRODUKSI" terhadap keterlaksanaan pembelajaran dan aktivitas belajar siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan desain one-shot case study. Lokasi penelitian adalah di SMAN 2 Bojonegoro dan sampel penelitian dipilih secara purposive sampling. Data dikumpulkan melalui observasi dan kemudian dianalisis berdasarkan karakteristik data dengan deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) model pembelajaran PRODUKSI dapat dilaksanakan dan berhasil mendukung pembelajaran fisika komunikatif berbasis proyek, dan (2) aktivitas belajar selama penerapan model pembelajaran PRODUKSI melibatkan aktivitas proyek dan pembelajaran komunikatif, di mana setiap aktivitas belajarnya menekankan pada terwujudnya: pembelajaran berpusat pada siswa, interaksi sosial dan kolaborasi antar siswa, kebebasan dan kemandirian berkreasi pada siswa, serta suasana belajar aktif dan interaktif.2017 Scientiae Educatia: Jurnal Pendidikan Sains. All rights reserved PendahuluanBelajar adalah proses aktif membangun hubungan konseptual antara pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada (Glynn et al., 1994(Glynn et al., : 1060. Menurut Wrench et al. (2009: 224) untuk mencapai keberhasilan optimal dalam kegiatan pembelajaran maka harus terjalin proses membangun hubungan komunikasi yang efektif antara guru dengan peserta didik. Melalui pembelajaran komunikatif, siswa akan diberi ruang untuk melakukan transfer pengetahuan sehingga dapat mewujudkan pengetahuan fisika yang semula abstrak menjadi lebih mudah dipahami.
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan dan mencari mana yang lebih baik antara pembelajaran Pictorial Riddle dengan pendekatan STEM atau pembelajaran Konvensional pada Motivasi Sains dan Berpikir Kritis Peserta Didik MTs Ma’arif Al-Ishlah Bungkal Ponororgo. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan desain quasi eksperimen purposive sampling. Teknik Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling, dalam penelitian ini sampel merupakan peserta didik kelas VIII A dan VIII B di MTs Ma’arif Al-Ishlah Bungkal Ponororgo yang berjumlah 43 peserta didik. Teknik pengumpulan data dengan penyebaran kuesioner dan soal sosio emosional yang dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Berdasarkan hasil yang telah dianalisis, rendahnya nilai rata-rata yang terjadi pada sebelum dan sesudah semester dapat diamati di masing-masing 5 indikator berpikir kritis, dengan rata-rata nilai 49,9 dengan standard deviasi sebesar 6,3 indikator terendah terletak pada indikator klarifikasi . Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran pembelajaran Pictorial Riddle dengan Pendekatan STEM lebih baik dari pada pembelajaran Konvensional dalam pemulihan berpikir kritis peserta didik, khususnya pada indikator bertanya, menyimpulkan, memberikan alasan dan memperjelas. Model pembelajaran Pictorial Riddle dengan Pendekatan STEM dalam penerapannya menggunakan teka-teki bergambar dengan pokok permasalahan yang harus diselesaikan, model dan pendekatan ini sesuai dengan perkembangan modernisasi dunia.
Pembelajaran fisika harus bermakna, yaitu didalamnya menekankan pada fisika sebagai produk, sebagai proses, dan sebagai sikap. Dua hal dalam pembelajaran fisika yang tidak dapat dipisahkan yaitu pengamatan dalam eksperimen dan telaah teori. Eksperimen fisika hendaknya memungkinkan mahasiswa terlibat langsung dalam segala proses mulai dari tahap merumuskan tujuan eksperimen sampai mengambil kesimpulan dari eksperimen yang telah dilakukan. Salah satu metode yang dapat memfasilitasi keberhasilan tujuan eksperimen fisika adalah dengan metode problem solving. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat kemampuan metakognitif mahasiswa yang melaksanakan eksperimen fisika dasar berbasis problem solving di IAIN Ponorogo melalui MAI (Metacognitive Awareness Inventory) serta untuk menjelaskan keterkaitan antar indikator (perencanaan diri, pemonitoran diri, dan evaluasi diri) pada kemampuan metakognitif mahasiswa. Data yang dihasilkan penelitian ini adalah data kemampuan metakognitif mahasiswa yang telah diukur menggunakan lembar kuesioner MAI (Metacognitive Awareness Inventory). Analisis data yang digunakan yaitu analisis korelasi product moment. Hasil penelitian yang didapatkan yaitu bahwa eksperimen fisika dasar berbasis problem solving ini sangat baik untuk mengoptimalkan kemampuan metakognitif mahasiswa. Hal ini terbukti ketika eksperimen fisika dasar yang dilaksanakan berbasis problem solving ternyata tingkat kemampuan metakognitif mahasiswa mencapai 153,459 yang artinya tingkat kemampuan metakognitif mahasiswa pada kategori super (berkembang sangat baik). Hal ini menandakan bahwa mahasiswa menggunakan kesadaran metakognitif secara teratur untuk mengukur proses berpikir dan belajarnya secara mandiri. Selain tingkat kemampuan metakognitif, ternyata ada keterkaitan antar ketiga indikator kemampuan metakognitif. Keterkaitan indikator perencanaan diri dan pemonitoran diri adalah sebesar 0,901, keterkaitan indikator pemonitoran diri dan evaluasi diri adalah sebesar 0,891, dan keterkaitan indikator perencanaan diri dan evaluasi diri adalah sebesar 0,926. Ketiganya menunjukkan korelasi positif yang sangat kuat.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
334 Leonard St
Brooklyn, NY 11211
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.