Tulisan ini diawali dengan perumusan wacana seputar perkembangan dalam dunia ilmu pengetahuan. Sejauh ini gambaran yang menjadi wacana dalam perkembangan ilmu pengetahuan terkungkung disebabkan rujukan secara parsial dalam memperoleh suatu ilmu. Pengekotomian ilmu pengetahuan umum dan agama menjadi sebuah problem di era kontemporer. Pemisahan ini akan berdampak pada ketidaksesuaian antara perumusan wacana ilmu pengetahuan dengan perkembangan kebudayaan masyarakat. Hal ini akan membuat ilmu pengetahuan sebagai solusi untuk menjawab persoalan masyarakat menjadi mandeg. Dalam perkembangannya dibutuhkan terobosan baru yang lebih segar dalam menghadapi tantangan zaman. Dari kalangan cendekiawan muslim misalnya telah banyak melakukan upaya untuk menemukan titik kesesuaian ilmu pengetahuan sains dan agama. Selain itu pengadopsian ilmu barat secara teoritik disisi lain justru akan mengubah struktur nilai dasar dalam ajaran Islam.Dalam era yang berkemajuan. Dibutuhkan sebuah terobosan baru yang sifatnya tidak hanya mengulang-ulang teori lama, mengkritisi dan merekontruksi ulang tapi mengembangkan sehingga sejalan dengan zamannya. Olehnya itudalam bahasan makalah ini akan mengantarkan pembaca untuk melihat transimisi keilmuan yang berangkat dari normative-historis yang berfokus pada teks sebagai kerangka dasar kepada paradigma integratif-Interkonektif.
This article aims to examine the thoughts of Muḥammad Sa'īd Ramāḍan al-Būṭi in his book Tafsir Al-Mar'āh Bayn al-Ṭugyān al-Niḍām. The focus of this study is emphasized on how al-Būṭi interprets the verses about the division of inheritance between men and women which have been the subject of debate among experts. By using qualitative methods and content analysis, it can be concluded that in resolving the distribution of inheritance between sons and daughters, al-Būṭi offers the concept of al-tasāwī (equality) in the distribution of inheritance between men and women, so that there is no marginalization and subordination. addressed to one party, in this case women. With this concept, it is expected that men and women can inherit a balanced inheritance. According to him, the superiority or superiority of men (ar-rijàl) over women (an-nisa') is not based on natural advantages or factors of creation, but is based on the quality of management, wisdom and the level of culture and awareness that differs among humans. According to him, Islamic inheritance law is not measured by the level of equality between heirs, but is determined based on the size of the burden or responsibility that is developed for them, in terms of the general condition of their lives.
Artikel ini fokus mengkaji hermenetika Yusuf Qardawi dalam memahami sebuah hadis. Artikel ini menarik untuk diikuti secara teliti paling tidak karena pengaruhnya dalam kajian Islam terkhusus dalam studi hadis. Yusuf Qardawi merupakan ulama kontemporer yang cukup berpengaruh. Hal ini disebabkan karena yusuf Qardawi mengajukan cara berfikir jalan tengah atau dia menyebutnya dengan metode berfikir moderat (al-wasatiyah) atau dalam bahasa lain tawazun (keseimbangan) yang mencoba memadukan konsep keilmuan Islam dengan Ilmu kealaman. Selain itu, artikel ini juga mencoba menulusuri hal yang mempengaruhi pemikiran yusuf Qardawi dalam studi keilmuannya yang meliputi tiga aspek. Pertama. Sejarah hidupnya; kedua, pengalaman pendidikan yang dia lalui; ketiga, konteks sosio-historis yang dia lalui.
This paper seeks to review the anthropology typical of Islam by reviewing the role of the text and its interlation with religious practices in islam before, this paper will focus on the exploration of authority that is fought by the text in guiding the facts of life of the Muslim community. One of the growing phenomena in society is the use of veils. The legal status of the veil for some scholars still leaves the debate. The debate lies in the point of view in understanding and applying the text messages of the Qur'an and hadiths about the veil. The phenomenon of applying veils in the community will then be the focus of this article. The object of the study is to try to present views and applications about the veil in the Wahdah Islamiyah Makassar community. This is because the Wahdah Islamiyah community is one of the communities known and impressed loudly proclaiming the slogan' back to the Qur'an and sunnah in the city of Makassar.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.