Bacterial leaf blight disease caused by Xanthomonas oryzae pv. oryzae is an important rice disease in Indonesia, including in South East Sulawesi. The use of resistant varieties is one of the effective and environmentally friendly control strategies to suppress the disease. This study aimed to determine the level of resistance of some local rice varieties of South and Southeast Sulawesi against Xanthomonas oryzae pv. oryzae pathotypes IV, VIII and X. The study was conducted in a screen house involving 3 bacterial pathotypes and 11 local rice cultivars. Shearing method was used for inoculation of bacteria to leaf on vegetative and generative phases. Disease incidences were measured 3 weeks after inoculation, and the data was further used to determine the level of resistance of the tested rice cultivars. The results showed that incubation period of the disease was longer on Kelaca cultivar compared to other cultivars. On vegetative phase, this cultivar showed moderate resistant to pathotypes IV and X, and highly resistant to patotype VIII, whereas on the generative phase it showed moderate resistant to pathotypes IV and VII, and highly resistant to pathotype X. Therefore, Kelaca cultivar can be recommended for endemic areas of leaf blight in South and Southeast Sulawesi
Penelitian bertujuan untuk mengkaji kemampuan dua isolat azotobacter yang di eksplorasi dari rizosfer tanaman padi gogo (isolat MP3c) dan rumput liar (isolat RR8a) asal Sulawesi Tenggara dan pupuk organik padat terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi putih ((Brassica rapa Subsp. pekinensis) yang dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Fakultas Pertanian dan Laboratorium Unit Agronomi dan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo, Kendari Sulawesi Tenggara. Rancangan penelitain yang digunakan adalah Rancangan Acak kelompok (RAK) pola faktorial. Faktor pertama Isolat azotobakter indigenous yaitu: (IO)=Kontrol/tanpa isolat azotobakter); (I1) = Isolat azotobakter MP3c dan (I2) = Isolat azotobakter RR8a. Faktor kedua yaitu pupuk organik padat yang terdiri atas: (BO)=Kontrol/tanpa pupuk organik; (B1)= pupuk organik/pupuk kandang sapi dan (B2)= pupuk organik/pupuk kandang kambing. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman dan jumlah daun masing-masing pada umur 30 HST dan berat segar krop (saat panen). Hasil penelitian menunjukkan interaksi perlakuan isolat azotobacter indigenous dan pupuk organik/kandang kambing merupakan perlakuan terbaik terhadap berat segar krop sawi putih dengan nilai produksi rata-rata (62 g tanaman-1) setara dengan (6.888,89 ton ha-1).
Penyakit daun keriting kuning pada pertanaman cabai di Sulawesi Tenggara telah dilaporkan sejak tahun 2018, yaitu di Kabupaten Kolaka Timur dan Kota Kendari. Gejala penyakit di lapangan semakin meluas seiring dengan perluasan penanaman cabai. Penelitian bertujuan menghitung kembali insidensi penyakit daun keriting kuning pada pertanaman cabai di Sulawesi Tenggara, mengidentifikasi serangga yang berasosiasi dengan tanaman cabai, dan mengidentifikasi penyebab penyakitnya. Pengamatan insidensi penyakit dilakukan di pertanaman cabai yang berada di Kabupaten Bombana, Konawe Selatan, Konawe, Kendari, Kolaka Timur, Kolaka, dan Kolaka Utara. Identifikasi kutukebul dilakukan berdasarkan karakter morfologi. Deteksi dan identifikasi begomovirus menggunakan metode polymerase chain reaction, yang dilanjutkan dengan analisis sikuensing. Rata-rata insidensi penyakit daun keriting kuning di tujuh kabupaten ialah 36%–90%. Spesies kutukebul yang ditemukan adalah Aleurotrachelus trachoides. Fragmen DNA spesifik begomovirus berukuran 580 pb berhasil diamplifikasi dari sampel tanaman cabai asal tujuh kabupaten di Sulawesi Tenggara. Analisis sikuen mengonfirmasi infeksi Pepper yellow leaf curl Indonesia virus pada pertanaman cabai di Kabupaten Kolaka, Kolaka Utara, Bombana, Konawe, dan Konawe Selatan.
Crayfish (Cerax quadricarinatus) is a new commodity for a partner in Wambarema Village. The carrying capacity of the land is suitable for cultivation. This commodity can become a new economic income for PPDM partners and the surrounding community. Since 2020 LAT has been introduced, and in 2021 LAT restocking will be carried out, aiming to accelerate the LAT population increase both in nursery and rearing ponds. The method used is technical guidance and scheduled assistance. The activity results show that the LAT population has started to increase, which is indicated by the growing LAT in the nursery pond. Although crayfish of number cannot be calculated precisely, LAT can adapt in breeding and rearing ponds. The average length of the lobster ranges from 11-15 cm, while the width of the head is about 3-5 cm. Partners responded well to the technical directions given by the implementation team and began to understand good ways of cultivating LAT. It is believed that LAT can become a new economic income for partners and the surrounding community
Memasuki tahun ke-3 Program Pemberdayaan Desa Mitra (PPDM) Wambarema-UHO. Respon masyarakat terhadap kegiatan pengabdian cukup baik. Terbukti beberapa masyarakat meminta didampingi untuk membudidayakan cabai rawit yang dimotori oleh kepala Desa Wambarema. Analisis situasi sumber daya alam, ditemukan banyak rumpun bambu di sekitar lahan petani. Tanah suppressive dapat meningkatkan kompetisi antara saprofit yang selanjutnya memberikan efek antagonistik terhadap patogen atau penyakit. Oleh karena itu tujuan pengabdian ini adalah mengedukasi masyarakat untuk memanfaatkan sumber daya alam lokal-tanah akar bambu di dalam praktek pembenihan cabai dan budidaya tanaman di lapang. Metode yang digunakan adalah pelatihan, bimbingan teknis dan pembuatan demplot budidaya cabai seluas 30 × 40 m persegi di Desa Wambarema, Bombana. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa mitra wanita tani cukup antusias dan berhasil membuat teknik pembenihan cabai dengan menggunakan tanah akar bambu, Jumlah benih yang telah disemaikan dapat digunakan untuk lahan seluas 1/4 ha, sedangkan petani pria telah membuat demplot budidaya cabai bermulsa plastik hitam perak. Pertumbuhan tanaman cabai cukup baik namun masih diperlukan pendampingan intensif kepada mitra sampai tanaman cabai berproduksi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi respon tiga kultivar ubi jalar (Ipomea batatas L.) terhadap hama boleng (Cylas formicarius). yang dilaksanakan di Laboratorium Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Halu Oleo yang berlangsung pada Oktober 2021 sampai Februari 2022. Penelitian disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menggunakan tiga perlakuan dan setiap perlakuan diulang sembilan kali. Perlakuan Kultivar Helaleke, Kultivar Cilembu dan Kultivar Antin. Variabel yang diamati yaitu severitas (tingkat keparahan), populasi larva, pupa dan Imago, persentase kehilangan berat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga kultivar ubi jalar yaitu Cilembu tingkat keparahan sebesar 23,61%, populasi larva, pupa dan imago (41,56; 39,00; 44,44 individu), persentase kehilangan berat yaitu 17,22% termasuk kategori agak tahan, Helaleke, tingkat keparahan 53,43%, poulasil larva, pupa dan imago (69,89; 62,22; 9,33 individu), persentase kehilngan berat yaitu 24,44% termasuk kategori peka, diikuti Antin dengan tingkat keparahan 45,83%, populasi larva, pupa dan imago (59,33; 51,89; 6,78 individu), persentase kehilngan berat yaitu 21,67% agak peka. Berdasarkan hasl penelitian dianjurkan untuk menanam kultivar Cilembu, untuk mereduksi serangan hama boleng walaupun dari ketiga kultivar yang diteliti tidak dietmukan kultivar yang tahan terhadap hama boleng
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.