ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh Civilitymasyarakat madani perspektif Nurcholish Madjid dalam memacu kultur demokrasi. Metode yang dipakai dalam penelitian ini, yaitu; jenis penelitian kepustakaan (library research), dengan teknik pengumpulan data dokumentasi, menghimpun, mengola data berupa buku-buku karangan Nurcholish Madjid sebagai sumber data primer dan literatur lain sebagai sumber data sekunder. Analisis data yang gunakan ialah analisis data kualitatif dengan bertolak pada hermeneutik. Hasil penelitian menunjukan, civility sebagai paranata kehidupan demokrasi. Ia memberi formasi subjek warga negara untuk bertindak secara penuh (full citizens). Semangat civility mencerminkan sikap warga negara untuk menerima berbagai pandangan politik dan tingkah laku sosial. Internalisasi semangat civility akanmewujudkan keterbukan dan pengakuan akan hak-hak asasi dan hak-hak partikuler dalam arena demokrasi. Langkah utama memacu kultur demokrasi perlu dilakukan adanya profesionalisasi politik oleh para pelaku politik, dan adanya rekognisi sosial, melalui peralihan paradigma distributif kepada paradigma pengakuan.
World Cup is a mega sports event enjoyed and built in the name of sport. However, as the community grows, World Cup becomes a sporting event and a political encounter. Each country is trying to be the best, and in order to achieve this, many seek mutual profit or increase power value during the event. Multivector Analysis was used to analyse social media content related to the Qatar 2022 World Cup. With the help of social media and Political Correctness, it becomes visible that these countries are trying to obtain their goals and match victory. Vulnerabilities, powers, and many faces accompany the condiments of the Qatar World Cup 2022. With a historical ancestry in FIFA, Political Correctness is like their anthems. Having a non-Western host would be a struggle against a larger country, resulting in a player exchange that allows them to become immigrants embroiled in heated political tensions because any country by nature still has a strong bias towards its land and its race.
This study aims to determine how the Harley Davidson Club Indonesia Rabbani Halfway House’s learning model is to know how social behavior is and how the Harley Davidson Club Indonesia Rabbani Halfway House learning model shapes children’s social behavior. This research uses a qualitative approach with a type of case study. Collecting data using observation, interview and documentation techniques. The subjects of this research include supervisors, teachers, volunteers, and students involved in the learning process. The learning model here is how the Rumah Singgah learning system shapes children’s social behavior. Social behavior itself can be said to how a person responds to others. Or perform a conscious behavior. Shaping this behavior is the main task of parents because there are children who have limitations such as incomplete families and economic factors, so the Halfway House was established. Based on the results of data analysis, there are several essential things in the learning model of the Harley Davidson Club Indonesia Insan Rabbani Halfway House in shaping children’s social behavior, namely: 1) instilling Islamic values, 2) involving students, 3) self-development through extracurricular activities, 4) providing guidance and directions for parents, 5) foster parents and a supportive environment is needed for the development of children to have good social behavior.Keywords: Learning Model, Halfway House, Social Behavior. AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana model pembelajaran Rumah Singgah Harley Davidson Club Indonesia Rabbani untuk mengetahui bagaimana perilaku sosial dan bagaimana model pembelajaran Rumah Singgah Harley Davidson Club Indonesia Rabbani membentuk perilaku sosial anak. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis studi kasus. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Subyek penelitian ini meliputi pengawas, guru, relawan, dan siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran disini adalah bagaimana sistem pembelajaran Rumah Singgah membentuk perilaku sosial anak. Perilaku sosial itu sendiri dapat dikatakan bagaimana seseorang menanggapi orang lain. Atau melakukan perilaku sadar. Membentuk perilaku ini menjadi tugas utama orang tua karena ada anak yang memiliki keterbatasan seperti keluarga yang tidak lengkap dan faktor ekonomi, maka didirikanlah Rumah Singgah. Berdasarkan hasil analisis data, ada beberapa hal yang esensial dalam model pembelajaran Harley Davidson Club Indonesia Insan Rabbani Halfway House dalam membentuk perilaku sosial anak, yaitu: 1) menanamkan nilai-nilai Islam, 2) melibatkan siswa, 3) kemandirian. pengembangan melalui kegiatan ekstrakurikuler, 4) memberikan bimbingan dan arahan kepada orang tua, 5) orang tua asuh dan lingkungan yang mendukung diperlukan bagi perkembangan anak agar memiliki perilaku sosial yang baik.Kata kunci: Model Pembelajaran, Rumah Singgah, Perilaku Sosial
Moral education is essential in the world of education. Moral education does not teach about academics but non-academics, especially about attitudes and how to do good daily behavior. Moral education has been defeated by other education. Time at school is used up to pursue academic values. Students are forced to study so that their grades on exams will improve and they can live up to the name where they attend school. The teacher forgets that a lesson is more important than all of that, namely moral education. This relationship pattern is rooted in the non-objectivity of the education system in Indonesia, namely regarding the principles, objectives, social organization, curriculum, teaching methods, evaluation, students, educators, facilities, and financing. Value education is a learning effort for students to understand and recognize, instill and preserve, absorb and realize noble values in human life related to truth, goodness, and beauty in habituation to act consistently with value demands. In society, many roles of parents are left in educating their children to other people or household assistants. Of course, these children have a character or character that will be much different from the nature of their parents. The child will tend to follow what he sees, which is fun, without being aware of the good, bad, right, wrong, reasonable, unreasonable, inappropriate, may not all of these be rammed. His family and life should not be ignored and neglected. Even though the current trend is due to the increasing material needs, many mothers and fathers work and surrender their children’s life problems to household assistants or “paid people” so that almost all educational matters are entirely relied on by schools and, unfortunately, in schools, intellectual issues, moral values are practically untouched.Keywords: Behavior of Violence, Education Sociology, Students AbstrakPendidikan akhlak merupakan hal yang esensial dalam dunia pendidikan. Pendidikan moral tidak mengajarkan tentang akademik tetapi nonakademik, terutama tentang sikap dan bagaimana berperilaku sehari-hari yang baik. Pendidikan moral telah dikalahkan oleh pendidikan lain. Waktu di sekolah habis untuk mengejar nilai-nilai akademik. Siswa dipaksa untuk belajar agar nilai ujian mereka meningkat dan mereka dapat mengharumkan nama sekolah tempat mereka bersekolah. Guru lupa bahwa suatu pelajaran lebih penting dari itu semua, yaitu pendidikan akhlak. Pola hubungan ini berakar pada non-objektivitas sistem pendidikan di Indonesia, yaitu mengenai asas, tujuan, organisasi sosial, kurikulum, metode pengajaran, evaluasi, peserta didik, pendidik, fasilitas, dan pembiayaan. Pendidikan nilai merupakan upaya pembelajaran bagi peserta didik untuk memahami dan mengenal, menanamkan dan melestarikan, menyerap dan mewujudkan nilai-nilai luhur dalam kehidupan manusia yang berkaitan dengan kebenaran, kebaikan, dan keindahan dalam pembiasaan bertindak sesuai dengan tuntutan nilai. Dalam masyarakat, banyak peran orang tua yang ditinggalkan dalam mendidik anaknya kepada orang lain atau asisten rumah tangga. Tentunya anak-anak tersebut memiliki watak atau watak yang akan jauh berbeda dengan sifat orang tuanya. Anak akan cenderung mengikuti apa yang dilihatnya, yang menyenangkan, tanpa menyadari baik, buruk, benar, salah, wajar, tidak masuk akal, tidak pantas, tidak boleh semua itu ditabrak. Keluarga dan hidupnya tidak boleh diabaikan dan diabaikan. Meski tren saat ini karena kebutuhan materi yang semakin meningkat, banyak ibu dan ayah yang bekerja dan menyerahkan masalah kehidupan anak-anak mereka kepada asisten rumah tangga atau “orang bayaran” sehingga hampir semua urusan pendidikan sepenuhnya diandalkan oleh sekolah dan, sayangnya, di sekolah, masalah intelektual, nilai moral praktis tidak tersentuh.Kata kunci: Perilaku Kekerasan, Sosiologi Pendidikan, Siswa
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.