ABSTRAKPenggunaan obat tanpa resep dalam upaya swamedikasi telah dilakukan secara luas oleh masyarakat untuk mengobati berbagai kondisi penyakit ringan. Obat-obat yang sering digunakan dalam swamedikasi pada umumnya termasuk ke dalam golongan obat tanpa resep. Perilaku masyarakat dalam swamedikasi dipengaruhi beberapa hal salah satunya kemudahan mengakses berbagai informasi mengenai obat, dan juga merupakan salah satu pertimbangan konsumen dalam pemilihan obat. Perkembangan konsep "Pelayanan Kefarmasian" berarti Apoteker secara langsung bertanggung jawab pada pasien dalam peningkatkan mutu pelayanan sehingga Apoteker memiliki kewajiban dalam pemberian informasi yang benar terkait penggunaan obat-obat tanpa resep. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapat konsumen apotek mengenai konseling obat tanpa resep dan gambaran pelaksanaan swamedikasi di wilayah bantul. Rancangan penelitian deskriptif dengan metode penelitian survei secara langsung menggunakan kuesioner dan lembar observasi. Penentuan sampel apotek dan pasien dilakukan menggunakan teknik purposive sampling. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tiga golongan obat yang paling banyak dibeli dalam pelaksanaan swamedikasi adalah analgesik antipiretik (28%), vitamin/suplemen (19%), dan obat batuk pilek (15%). Sebagian besar konsumen telah mengetahui aturan pemakaian obat (71%), dan Apoteker merupakan faktor pertimbangan dalam pemilihan obat (34%). Sebanyak 96% konsumen mengaku membaca label obat pada saat pertama kali pembelian. Pendapat konsumen mengenai konseling yaitu bahwa sebagian besar memerlukan adanya konseling obat tanpa resep (89%), sebanyak 75% pernah mendapatkan konseling obat tanpa resep dengan durasi konseling 1-5 menit. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Gambaran pelaksanaan swamedikasi obat tanpa resep di Wilayah Bantul menunjukkan bahwa golongan obat tanpa resep yang paling banyak dibeli adalah analgesik antipiretik. Pelaksanaan konseling dalam swamedikasi obat tanpa resep di wilayah Bantul menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen (89%) memerlukan adanya konseling obat dari Apoteker, sebanyak 75% konsumen pernah mendapatkan konseling dalam swamedikasi obat, dan rata-rata lamanya waktu pemberian konseling obat tanpa resep adalah 5 menit Kata kunci : obat tanpa resep, konseling, swamedikasi Penulis korespondesi: ABSTRACTThe use of non-prescription drugs of self-medication has been done by the community to treat various conditions of ailments. The drugs which are often used in self-medication generally belong to the class of non-prescription drugs. One of the things which influence people's self-medication is the information about drugs which is easy to be accessed. The concept development of pharmacy services means that pharmacists are in charge of patients in quality of service improvement, so that the pharmacists have a duty to give proper information related to the use of non-prescription drugs. This research aims to determine consumers' opinion regarding counseling of non-prescription drugs and the overview of non-prescript...
ABSTRAK Anemia pada kehamilan merupakan salah satu masalah dalam kehamilan. Data WHO pada tahun 2001 menunjukkan bahwa lebih dari 50 % wanita hamil mengalami anemia. Anemia pada kehamilan merupakan suatu kondisi dimana kadar hemoglobin kurang dari 11 mg/dL. Prevalensi anemia di Indoensia cukup tinggi yaitu sebesar 50-63%, sedangkan prevalensi di DI Yogyakarta adalah 14,32%. Penelitian mengenai pengetahuan ibu hamil terkait kondisi kehamilannya di Selangor diperoleh bahwa pengetahuan ibu hamil pada kategori baik, namun sebagian besar dari subyek memiliki penegtahuan yang rendah terkait suplemen zat besi. Instrumen penelitian mengenai pengetahuan dan suplemen zat besi yang tervalidasi di Indonesia masih belum ada, sehingga data pengetahuan ibu hamil mengenai kehamilan dan suplemen zat besi masih sangat kurang. Metode dalam penelitian ini adalah dengan melakukan pengembangan instrumen penelitian (kuesioner) yang dilakukan validasi oleh tiga orang ahli di bidangnya masing-masing (validasi konten). Langkah selanjutnya adalah dengan melakukan pilot test untuk mengetahui masukan maupun umpan balik dari subyek terkait kesalahan dan item pertanyaan yang membingungkan. Pilot test juga digunakan untuk mengukur waktu pengisian kuesioner. Langkah terakhir adalah melakukan validasi construct yang dilakukan pada 49 subyek penelitian. Analisis statistik menggunakan pearson correlation dan cronbach alpha digunakan untuk mengukur validitas dan reliabilitas kuesioner. Subyek penelitian dalam validasi ini adalah sebanyak 49 pasien hamil yang mendapatkan suplemen zat besi dan atau asam folat di RS PKU Muhammadiyah Gamping pada periode Agustus sampai dengan September 2019. Berdasarkan hasil Uji validitas terhadap 15 item pertanyaan diperoleh 2 item pertanyaan yang tidak valid, selanjutnya item pertanyaan dihapus dan dilakukan validasi ulang dan diperoleh hasil valid dengan nilai koefisien pearson correlation ditasa nilai r tabel. Hasil uji reliabilitas menggunakan cronbach alpa diperoleh semua item pertanyaan memiliki nilai cronbach alpa diatas 0,6 sehingga dinyatakan reliabel. Kata Kunci: Validasi, pengetahuan, ibu hamil, suplemen zat besi ABSTRACT Anemia in pregnancy is one of the problems in pregnancy. WHO data in 2001 showed that more than 50% of pregnant women had anemia. Anemia in pregnancy is a condition where the hemoglobin level is less than 11 mg / dL. The prevalence of anemia in Indonesia is quite high at 50-63%, while the prevalence in DI Yogyakarta is 14.32%. Research on the knowledge of pregnant women regarding their pregnancy conditions in Selangor shows that the knowledge of pregnant women is in the good category, but most of the subjects have low knowledge regarding iron supplementation. Research instruments on validated knowledge and supplementation of iron in Indonesia still do not exist, so data on knowledge of pregnant women regarding pregnancy and iron supplements is still lacking. The method in this study was to develop a research instrument (questionnaire) which was validated by three experts in their respective fields (content validation). The next step is to conduct a pilot test to find out input and feedback from subjects related to errors and confusing question items. Pilot tests are also used to measure the time to fill out the questionnaire. The final step is to construct validation conducted on 49 research subjects. Statistical analysis using Pearson correlation and Cronbach alpha was used to measure the validity and reliability of the questionnaire. Research subjects in this validation were 49 pregnant patients who received iron supplements and / or folic acid at PKU Muhammadiyah Gamping Hospital in the period of August to September 2019. Based on the results of the validity test of 15 question items, there were 2 items that were invalid, further items questions were deleted and re-validated and valid results obtained with the Pearson correlation coefficient ditasa r table values. The reliability test results using Cronbach Alpha are obtained all questions items have a Cronbach Alpha value above 0.6 so that it is declared reliable. Keywords:validation, knowledge, pregnant women, iron suplements
Instrumen pengukuran kualitas hidup pada pasien kanker telah tervalidasi dan sudah diterjemahkan di banyak negara yaitu salah satunya adalah instrument EORTC QLQ C-30. Hal ini menyebabkan instrument ini telah digunakan pada banyak penelitian di berbagai negara di dunia. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran bidang penelitian kualitas hidup menggunakan analisis bibliometrik berdasarkan literature dari tahun 1993 sampai dengan 2021 dan untuk melakukan analisis pola ilmiah penelitian kualitas hidup terutama pada pasien kanker payudara. Metode penelitian ini menggunakan PubMed sebagai database jurnal penelitian yang digunakan dengan strategi pencarian yaitu: ((Kualitas hidup) AND (kanker payudara)) AND (EORTC QLQ), termasuk juga menggunakan MesH terms. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah seluruh penelitian yang menggunakan kuesioner EORTC QLQ sebagai kuesioner kualitas hidup dan semua jenis penelitian, sedangkan artikel review, sistematik review dan meta analisa akan diekslusi dari penelitian ini. Sebanyak 797 artikel diambil dari tahun 1993 sampai dengan 2021. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah publikasi meningkat setiap tahun, tetapi volume publikasi masih kurang dari 100 setiap tahun. Pemetaan penulis belum menjangkau semua negara di dunia. Kata perempuan, manusia dan paruh baya adalah kata yang paling banyak disebutkan dalam kata kunci. Kata tersebut dikaitkan dengan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien. Kesimpulan pada penelitian ini adalah jumlah publikasi setiap tahunnya masih cukup rendah (<100 publikasi), dengan distribusi penulis paling banyak berasal dari Bremen Cancer Registry, Germany cancer consortium, Saarland cancer registry dan Institute of Social Medicine and Division of prevention oncology dimana sebagian besar terdapat di Eropa dan Amerika serikat. Kata kunci yang paling banyak digunakan adalah female, humans, dan middle aged. Penulis dengan jumlah artikel terbanyak adalah Bottomley. A.
Health clinicians often show different variations in the choice of therapy they prescribe for patients depending on their expertise, knowledge, and even their art. This is likely to affect several things, including the cost that patients have to pay. Such a difference in costs is avoidable by applying scientific evidence-based medical service standards and having measurable outcomes known as Clinical Pathways. A clinical pathway serves as a tool to measure the quality of health services based on the standardization of the treatment process. This research was designed to determine the cost analysis of treatments received by patients with acute coronary syndrome (ACS) according to the clinical pathway. This non-experimental research employed a retrospective cohort study design. The data were gathered from the medical records of ACS patients who were treated at the ICCU of PKU Muhammadiyah Hospital in Yogyakarta, and the costs incurred were compared between treatments that matched and did not match the clinical pathways. The inclusion criteria were ACS patients treated during 2016 who were between ≥ 18 and <75 years old and had complete data. Meanwhile, the exclusion criteria were ACS patients who had incomplete data, tumor malignancy, and a creatinine level of > 3 mg/dL. Here, therapies given to patients are concluded to fit the clinical pathway if they are precisely the same (100%) as the Clinical Practice Guide used by this hospital. The clinical outcome was measured from the patient’s length of stay (LOS). During the data analysis, the costs of ACS patient treatments that were compliant and non-compliant with the clinical pathway were compared based on the level of severity using the Mann-Whitney test in the SPSS program. The results showed that of the 63 patients, 31 received treatments according to the clinical pathway, while the other 32 did not. The average LOS of the former and the latter were, respectively, 4.45 and 5.53 (p= 0.043), with the total costs of treatments up to IDR5,474,001,73 and IDR6,728,153.13 (p= 0,154). Conformity to a clinical pathway significantly influences the length of stay but does not affect the cost of care for acute coronary syndrome patients.
Based on data from WHO (World Health Organization), it is estimated that 41.8% of anemia occurs in pregnant women, with the highest prevalence rate of 61.3% in Africa and 52.5% in Asia. Pharmacist interventions have shown a positive effect in improving therapeutic adherence to hypertensive patients, as well as diabetes mellitus who routinely taking the drugs. The aim of the study was to know effect of giving patient information leaflet (PIL) along with motivational SMS on knowledge, perception, and compliance of pregnant patients in primary care. This study used a quasi-experimental method with pre-post design for two groups, the control group who received the Patient Information leaflet (PIL) and the intervention group who received the Patient Information leaflet (PIL) and motivational SMS from the researcher. Statistical analysis using SPSS with paired t test was used to determine differences in knowledge, perceptions and patient compliance before and after the intervention. Respondents who met the inclusion and exclusion criteria in this study were 74 patients. In the control group the mean score showed a significant difference was the knowledge of iron supplementation with p value= 0.001. Whereas in the treatment group, the mean score showed a significantly different were knowledge of iron supplementation and patient compliance with p values were 0.002 and 0.001.
Kanker payudara merupakan kanker yang paling umum dijumpai pada wanita dan merupaka kanker yang dominan di Indonesia. Pengobatan kanker seperti kemoterapi dapat berdampak pada kualitas hidup pasien baik fisik, psikologis, maupun sosial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui hubungan karakteristik terhadap kualitas hidup pasien kanker payudara. Penelitian ini merupakan penelitian dekstriptif dengan desain cross sectional study. Kualitas hidup pasien diukur menggunaan kuisioner EORTC QLQ-C30. Sampel penelitian ini adalah pasien kanker payudara di RSUP Dr Kariadi Semarang yang telah memenuhi kriteria inklusi. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji statistik Mann-Whitney dan Kruskal Wallis. Dari hasil analisis karakteristik usia, pendidikan, pendapatan, status pernikahan, stadium kanker dan jenis kemoterapi memiliki hubungan terhadap status kesehatan global, skala fungsional dan skala gejala. Sedangkan pada karakteristik status pekerjaan tidak terdapat hubungan yang bermakan (p > 0,05) terhadap status kesehatan global, skala fungsional dan skala gejala
Proses pembedahan adalah proses pembukaan bagian tubuh yang akan ditangani dan diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Kondisi ini memungkinkan terjadinya infeksi yang dapat dicegah dengan pemberian antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai DDD penggunaan antibiotik pada pasien rawat inap bedah umum di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cilacap. Evaluasi penggunaan obat dengan DDD bertujuan untuk melihat gambaran dosis pemeliharaan rata-rata per hari suatu obat yang digunakan sebagai indikasi utama pada orang dewasa. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang akan dianalisis dengan DDD (Defined Daily Dose). Metode penelitian ini adalah retrospektif dengan menggunakan purposive sampling. Sampel penelitian sebanyak 162 rekam medis pasien dengan kriteria inklusi, pasien dewasa berusia 18-60 tahun yang mendapat terapi antibiotik serta data medis dan konsumsi obat lengkap pasien periode Januari–Juni 2019. Data yang diperoleh dianalisis pola penggunaan antibiotik dan dilakukan menghitung nilai DDD. DDD/100 hari tidur untuk gentamisin adalah 0,260. Ciprofloxacin adalah 0,279 untuk penggunaan parenteral, dan 0,112 untuk penggunaan oral. DDD sefalosporin generasi pertama adalah 0,391 untuk sefadroksil dan 4.092 untuk sefazolin. Sefalosporin lainnya adalah 0,012 untuk anbasin, sefotaksim 0,012, seftazidim 0,112, seftizoksim 0,056, seftriakson 25.893, sefiksim 0,335, sefoperazon 0,112, dan sefoperazon-sulbaktam 0,112. DDD/100 hari tidur untuk penisilin adalah 1.007, carbapenem 1.004, metronidazol 12.227, klindamisin 0,112, azitromisin 0,186 dan doksisiklin 0,223. Kesimpulan penelitian ini DDD/100 bed days tertinggi adalah ceftriaxone.
Anemia in pregnancy is one of the causes of death in pregnant women. Approximately, 41.8% of anemia cases occurred in pregnant women, with the highest prevalence rate of 61.3% in the African region and 52.5% in the Asian region. WHO states that 58% of anemia in pregnancy is caused by iron deficiency. The Public Health Office has promoted a program to treat anemia in pregnant women by providing iron supplements containing iron and folic acid. However, non-compliance in the consumption of these supplements is still a problem among pregnant women patients. This study aimed to determine the correlation between level of knowledge, perception, and compliance of pregnant women in consuming ferrous fumarate tablets in the Public Health Center (Puskesmas) Jetis 1, Bantul, Yogyakarta. This study used an analytic observational method with a cross sectional approach. The sample was selected using the consecutive sampling technique. Sixty respondents were recruited based on inclusion criteria. The inclusion criteria were pregnant women who had their pregnancy checked at Puskesmas Jetis 1 Bantul Yogyakarta, aged between 16-45 years, received ferrous fumarate supplements, were not deaf and not illiterate, and were cooperative. The data obtained from the questionnaire were analyzed univariately using the frequency distribution (proportion) test and bivariately using the Chi-Square test. The results of the analysis showed that 43 (71.7%) respondents had a good level of knowledge, 29 (48.3%) respondents had a positive perception, and 39 (65.0%) respondents complied with the ferrous fumarate consumption. The correlation between knowledge level and compliance with ferrous fumarate consumption showed p = 0.002; OR = 6.05; CI = 95% (1. 79-20.51). The correlation between perception and compliance with ferrous fumarate consumption showed p = 0.935; OR = 1.05; CI = 95% (0.36-3.02). In conclusion, the results of this study indicated that there was a significant correlation between the respondents' level of knowledge and level of compliance with ferrous fumarate tablet consumption.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.