IntroductionProptosis in children with acute-onset accompanied by signs of inflammation is commonly caused by orbital cellulitis, however, the possibility of rhabdomyosarcoma should always be considered by the clinician. This is a case report of a five-year-old boy presenting with an acute-onset of proptosis without a history of trauma and systemic infection. Our clinical differential diagnosis included orbital cellulitis and orbital rhabdomyosarcoma.PurposeTo report a case of orbital cellulitis that clinically and radiologically mimics rhabdomyosarcoma.Case presentationA five-year-old boy presented with rapid-onset proptosis, periorbital edema, pain and visual loss in the left eye for two weeks without a history of trauma, upper respiratory tract infection, sinusitis or immunosuppression. Our clinical differential diagnosis includes rhabdomyosarcoma and orbital cellulitis. Complete blood count reveals a leukocytosis. Multislice computed tomography (MSCT) scan shows lesions involving the lateral orbit and the retro bulbar space. Antibiotics combination and adjunct anti-inflammatory intravenously shows excellent clinical resolution.ConclusionsThe study demonstrates difficulty in differentiating acute orbital cellulitis from rhabdomyosarcoma based on clinical findings. In addition, the case highlights that antibiotic combination of cephalosporin and aminoglycosides together with an adjuvant corticosteroid as an anti-inflammatory was effective in the case of acute orbital cellulitis.
Rendahnya intensitas pencahayaan pada panti asuhan di Kota Makassar, yang penghuninya didominasi usia sekolah, dapat mempengaruhi ketajaman penglihatan penghuninya. Hal ini dapat menjadi masalah, karena dapat mengganggu fungsi penglihatan yang dibutuhkan dalam perkembangan anak usia sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara intensitas cahaya pada panti asuhan dengan ketajaman penglihatan, faktor yang terlibat di dalamnya, serta kondisi penerangan dan ketajaman penglihatan penghuni panti asuhan. Metode penelitian menggunakan analitik observasional dengan desain cross sectional. Intensitas cahaya masing-masing sampel diukur menggunakan lux meter, sedangkan ketajaman penglihatan diukur dengan snellen chart. Analisis data menggunakan Pearson’s correlation coefficient test. Jumlah sampel 47 orang yang berasal dari 7 panti asuhan di Kecamatan Manggala Kota Makassar. Hasil analisis data menunjukkan bahwa hubungan intensitas cahaya dengan visus terbaik tidak signifikan (p value 0,240) sedangkan hubungan intensitas cahaya dengan visus terburuk signifikan dengan korelasi positif (p value 0,046). Faktor yang turut mempengaruhi adalah lama paparan harian (p value 0,019) serta jarak antara mata dan bacaan (p value 0,047). Intensitas cahaya panti asuhan masih belum memenuhi standar (kurang dari 200-300 lux) dan sebagian besar penghuninya memiliki ketajaman penglihatan menurun (kurang dari 6/6). Berdasarkan data objektif dan hasil analisis, ditemukan hubungan yang signifikan antara intensitas cahaya panti asuhan dengan ketajaman penglihatan.
Ptisis bulbi merupakan suatu keadaan dimana bola mata mengecil, tidak bisa melihat dan bola mata tidak berfungsi lagi. Keadaan ini mengganggu penderita karena estetika yang kurang baik membuat penderita tidak percaya diri.Penyebab terbanyak dari ptisis bulbi adalah peradangan non infeksi ( 28%), yang menyebabkan gangguan produksi humour aquous terjadilah hipotoni atau penurunan tekanan intra okuler sehingga nutrisi untuk jaringan mata berkurang. Operasi eviserasi dengan dermatofat graft disertai pemasangan protesa membantu merehabilitasi bola mata dan memperbaiki simetris wajah dan penampilan dari pasien ptisis bulbi.Rehabilitasi pasien ptisis bulbi memerlukan pendekatan multidisipliner melibatkan oftalmologi, medah plastik dan prostodentis.
Rendahnya intensitas pencahayaan pada panti asuhan di Kota Makassar, yang penghuninya didominasi usia sekolah, dapat mempengaruhi ketajaman penglihatan penghuninya. Hal ini dapat menjadi masalah, karena dapat mengganggu fungsi penglihatan yang dibutuhkan dalam perkembangan anak usia sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara intensitas cahaya pada panti asuhan dengan ketajaman penglihatan, faktor yang terlibat di dalamnya, serta kondisi penerangan dan ketajaman penglihatan penghuni panti asuhan. Metode penelitian menggunakan analitik observasional dengan desain cross sectional. Intensitas cahaya masing-masing sampel diukur menggunakan lux meter, sedangkan ketajaman penglihatan diukur dengan snellen chart. Analisis data menggunakan Pearson’s correlation coefficient test. Jumlah sampel 47 orang yang berasal dari 7 panti asuhan di Kecamatan Manggala Kota Makassar. Hasil analisis data menunjukkan bahwa hubungan intensitas cahaya dengan visus terbaik tidak signifikan (p value 0,240) sedangkan hubungan intensitas cahaya dengan visus terburuk signifikan dengan korelasi positif (p value 0,046). Faktor yang turut mempengaruhi adalah lama paparan harian (p value 0,019) serta jarak antara mata dan bacaan (p value 0,047). Intensitas cahaya panti asuhan masih belum memenuhi standar (kurang dari 200-300 lux) dan sebagian besar penghuninya memiliki ketajaman penglihatan menurun (kurang dari 6/6). Berdasarkan data objektif dan hasil analisis, ditemukan hubungan yang signifikan antara intensitas cahaya panti asuhan dengan ketajaman penglihatan.
Purpose: Spontaneous regression is a rare but well-known feature of retinoblastoma, which is predicted in approximately 2 of every 100 cases. Unilateral, unifocal spontaneous regression of retinoblastoma is infrequent; bilateral multifocal spontaneous regression of retinoblastoma is even more extraordinary. In many of the previously reported cases, the eye (or eyes) containing the spontaneously regressed tumor has been phthisical and blind. Herein, we describe the case of a young woman with unilateral, spontaneously regressed retinoblastoma (RB), with inflamed, blind, and phthisis in the left eye as an uncommon presentation of spontaneously regressed retinoblastoma Methods: This is a case report: An 18-year-old woman came to the outpatient clinic with a chief complaint of pain in the left eye since 1 month prior and a history of dysfunctional “cat’s” eye since childhood. Results: Exotropia and atrophy bulbi was noticed in the left eye. Anterior segment examination revealed signs of inflammation including conjunctival hyperemia, shallow anterior chamber, rubeosis iridis, and posterior synechia with white “chalky” mass suggestive calcification. B-scan ultrasonography showed a point like lesion and solitary solid intraocular mass with calcification in vitreus. Orbital computed tomography scan (CT-Scan) showed atrophy of the left eye with intraocular calcification without optic nerve and extraocular muscle involvement. Enucleation and histopathology examination were done and revealed undifferentiated retinoblastoma beyond the sign of metastasis in other parts of the eye. Conclusion: Blind painful eye may present as the main feature of spontaneously regressed retinoblastoma that possibly caused by an inflammatory reaction.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.