<p class="Judul2">Informasi melalui jaringan internet sangat rentan terhadap penyadapan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Agar informasi tersebut aman, maka dibutuhkan teknik kriptografi untuk melindungi dan mengamankan informasi tersebut. Salah satu contoh algoritma kriptografi yang dapat digunakan untuk mengamankan informasi adalah algoritma Merkle-Hellman Knapsack. Akan tetapi, algoritma ini sudah dinyatakan tidak aman karena sudah dapat dipecahkan oleh Shamir (1984). Beberapa tahun terakhir muncul perkembangan dari algoritma knapsack yaitu kombinasi algoritma knapsack dan logaritma diskrit. Algoritma kombinasi ini diklaim lebih aman daripada algoritma knapsack karena pada kombinasi algoritma ini dibutuhkan dua kali proses enkripsi dan dua kali dekripsi sehingga kriptosistem dari kombinasi algoritma ini lebih baik daripada algoritma knapsack. Berdasarkan hasil pengujian performa algoritma didapatkan bahwa waktu pembangkitan kunci, waktu enkripsi dan waktu dekripsi algoritma gabungan knapsack dengan logaritma diskrit memilki waktu yang lebih lama pemrosesannya dibandingkan dengan algoritma knapsack standard. Kemudian untuk pengujian keamanan algoritma dengan menggunakan metode <em>avalanche effect</em> didapatkan hasil bahwa gabungan knapsack dengan logaritma diskrit memiliki pengubahan bit yang signifikan daripada knapsack standard yaitu mencapai 3x lipatnya. Serta pengujian <em>known plainteks attact</em> terbukti bahwa penggunaan bit 1024 pada algoritma knapsack ditemukan 14% sedangkan gabungan algoritma ditemukan plainteks sebesar 11,60 %.</p><p class="Judul2"> </p><p class="Judul2"><strong><em>Abstract</em></strong><em> </em></p><p class="Judul2"> </p><p><em>Information through the internet network is very vulnerable to wiretapping by irresponsible parties. In order for the information to be safe, cryptographic techniques are needed to protect and secure the information. One example of a cryptographic algorithm that can be used to secure information is the Knapsack Merkle-Hellman algorithm. </em><em>However, this algorithm has been declared unsafe because it can already be solved by Shamir (1984). In recent years the development of the knapsack algorithm has emerged, namely the combination of knapsack algorithms and discrete logarithms. This combination algorithm is claimed to be safe than the knapsack algorithm because in this combination of algorithms it takes twice the encryption process and twice decryption so that the cryptosystem of this algorithm combination is better than the knapsack algorithm. Based on the results of the algorithm performance testing, it is found that the key generation time, encryption time and decryption time of the combined knapsack algorithm with discrete logarithms have a longer processing time compared to the standard knapsack algorithm. Then to test the security of the algorithm using the Avalanche effect method, it was found that the combined knapsack with discrete logarithms had a significant bit conversion than the standard knapsack which reached 3 times maximum. As well as testing the known plaintext attact, it was proven that the use of 1024 bits in the knapsack algorithm was found to be 14% while the algorithm combined found plaintext at 11.60%.</em></p>
This study aims to analyze the performance and security of the RSA algorithm in combination with the key generation method of enhanced and secured RSA key generation scheme (ESRKGS). ESRKGS is an improvement of the RSA improvisation by adding four prime numbers in the property embedded in key generation. This method was applied to instant messaging using TCP sockets. The ESRKGS+RSA algorithm was designed using standard RSA development by modified the private and public key pairs. Thus, the modification was expected to make it more challenging to factorize a large number n into prime numbers. The ESRKGS+RSA method required 10.437 ms faster than the improvised RSA that uses the same four prime numbers in conducting key generation processes at 1024-bit prime number. It also applies to the encryption and decryption process. In the security testing using Fermat Factorization on a 32-bit key, no prime number factor was found. The test was processed for 15 hours until the test computer resource runs out.
3D imagery is an image with depth data. The use of depth information in 3D images still has many drawbacks, especially in the image results. Raw data on the 3D camera even does not look smooth, and there is too much noise. Noise in the 3D image is in the form of imprecise data, which results in a rough image. This research will use the convolution smooth methods to improve the 3D image. Will smooth noise in the 3D image, so the resulting image will be better. This smoothing system is called the blurring effect. This research has been tested on flat objects and objects with a circle contour. The test results on the flat surface obtained a distance of 1.3177, the test in the object with a flat surface obtained a distance of 0.4937, and the test in circle contour obtained a distance of 0.3986. This research found that the 3D image will be better after applying the convolution smooth method.
AbstrakSocket TCP adalah abstraksi yang digunakan aplikasi untuk mengirim dan menerima data melalui koneksi antar dua host dalam jaringan komputer. Jaringan yang biasa kita gunakan bersifat publik yang sangat rentan akan penyadapan data. Masalah ini dapat teratasi dengan menggunakan algoritma kriptografi pada socket TCP, salah satunya menggunakan algoritma RSA. Tingkat keamanan algoritma RSA standar memiliki celah keamanan pada kunci publik ataupun privat yang berasal dari inputan 2 bilangan prima saat pembangkitan kunci, begitupun dengan algoritma improvisasi RSA meskipun menggunakan 4 bilangan prima akan tetapi mulai dari pembangkitan kunci hingga dekripsi memiliki proses yang sama persis dengan RSA standar sehingga tingkat keamanan dari kedua algoritma tersebut sama – sama kurang aman meskipun jumlah bilangan prima dari algoritma improvisasi RSA lebih banyak dari RSA standar. Peningkatan keamanan dapat dilakukan dengan memodifikasi algoritma RSA dengan menggunakan ESRKGS (Enhanced and Secured RSA Key Generation Scheme). ESRKGS RSA memiliki kelebihan yang utama pada segi keamanannya. ESRKGS RSA secara total memodifikasi algoritma RSA terutama pada bagian pembangkitan kunci dan diklaim mempunyai performa lebih cepat dari algoritma improvisasi RSA yang sama – sama menggunakan 4 bilangan prima dan tentunya lebih aman dari serangan known plaintext attack dan fermat factorization attack yang akan penulis gunakan untuk pengujian keamanan pada penelitian ini. Hasil pengujian performa waktu pembangkitan kunci dengan panjang bit 256 bit, 512 bit, dan 1024 bit serta untuk proses enkripsi dan dekripsi panjang karakter yang digunakan adalah 100, 250, dan 400 menunjukkan bahwa algoritma ESRKGS RSA lebih baik dibandingkan algoritma improvisasi RSA. Pengujian kemanan menggunakan known plaintext attack dan fermat factorization attack menunjukkan bahwa algoritma ESRKGS RSA lebih baik dibandingkan algoritma RSA standar dan improvisasi RSA. Abstract TCP sockets are abstractions that applications use to send and receive data through connections between two hosts in a computer network. The networks that we usually use are public and are very vulnerable to data tapping. This problem can be overcome by using a cryptographic algorithm on the TCP socket, one of which uses the RSA algorithm. The security level of the standard RSA algorithm has security gaps on public or private keys originating from the input of 2 primes during key generation, as well as the RSA improvisation algorithm even though using 4 prime numbers but starting from generating key to decryption has the exact same process as the standard RSA so the security level of the two algorithms is equally less safe even though the number of prime numbers of the RSA improvisation algorithm is more than the standard RSA. Improved security can be done by modifying the RSA algorithm by using ESRKGS (Enhanced and Secured RSA Key Generation Scheme). RSA ESRKGS has the main advantages in terms of safety. ESRKGS RSA totally modified the RSA algorithm, especially in the key generation section and claimed to have faster performance than the RSA improvisation algorithm that both use 4 prime numbers and is certainly safer from known plaintext attacks and fermat factorization attacks that the authors will use for security testing. in this research. The results of the key generation time performance test with 256 bit length, 512 bit, and 1024 bit and for the encryption and decryption process the length of characters used is 100, 250, and 400 shows that the RSA ESRKGS algorithm is better than the RSA improvisation algorithm. Security testing using known plaintext attacks and fermat factorization attacks shows that the RSA ESRKGS algorithm is better than the standard RSA algorithm and RSA improvisation.
Steganografi merupakan teknik untuk menyembunyikan keberadaan data ke dalam data lain sehingga keberadaannya tidak diketahui. Sehingga selain pengirim dan penerima tidak ada yang mengetahui isi dari pesan tersebut dan tidak mudah untuk dicurigai[1]. Beberapa algoritma yang cocok dengan teknik steganography, salah satunya yaitu algoritma LSB (Least Significant Bit). Algoritma LSB juga dikembangkan di beberapa penelitian seperti LSB Shifting dan LSB Random Color. LSB Random color merupakan algoritma yang menyisipkan nilai bit ke dalam warna pixel (RGB). Penyisipan pesan ke dalam cover image dilakukan dengan cara perkalian XOR pixel pada bit terakhir warna green dan bit terakhir nilai ASCI dari password. Hasil XOR akan menentukan posisi bit secret image dalam menggantikan nilai bit terakhir pada cover image. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dan membandingkan LSB steganografi random color pada operasi bilangan XOR dan tanpa operasi bilangan XOR. Proses menentukan posisi bit secret image pada LSB tanpa XOR akan dilakukan menggunakan nilai ASCII dari password. Pengujian diukur dengan menghitung nilai MSE dan PSNR pada file stegano image. Penelitian ini menggunakan 3 jenis file cover image berwarna dengan jumlah masing-masing file yang berbeda, dan menggunakan 1 file secret image yang sama. Hasil perbandingan membuktikan algoritma LSB random color tanpa XOR memiliki hasil yang lebih baik daripada random color tanpa XOR dengan nilai MSE sebesar 0,44375 dan PSNR sebesar 51,65945 dB, sedangkan random color dengan XOR bernilai MSE sebesar 0,47955 dan PSNR sebesar 51,32245 dB.
Perkembangan teknologi yang pesat dapat berdampak pada keamanan digital. Pengiriman pesan singkat merupakan salah satu pengimplementasian pada era digital. Pengirman pesan sangat berdampak pada keamanannya. Kriptografi dibutuhkan dalam proses pengamanan pesan. Penelitian ini menguji algoritma Hybrid (El Gamal SRNN) yang merupakan hasil improvisasi dari penelitian sebelumnya. Algoritma Hybrid akan dianalisa efisiensinya dalam segi performa dan keamanannya. Efisiensi performa meliputi tiga hal yaitu waktu proses pembangkitan kunci, waktu proses enkripsi dan waktu proses dekripsi. Efisiensi keamanan akan diuji menggunakan serangan kombinasi baby step-giant step dan factorization attack. Algoritma Hybrid dirancang menggunakan inputan bilangan prima yang akan menghasilkan kunci public dan privat tambahan hasil dari bilangan acak variable u dan a yang akan menghasilkan masing-masing kunci publik (y, g, pEL, n, e, ua) dan kunci privat (x, pEL, d, a, u). Penambahan variable kunci privat dan public ini dimaksudkan agar keamanan dari algoritma ini lebih baik dan sulit untuk dipecahkan. Performa algoritma Hybrid yang diajukan lebih buruk dari segi pembangkitan kunci, waktu enkripsi dan dekripsi yang mana waktu yang diperlukan masing-masing adalah 1.429, 1.407, 1.516 lebih lambat dari algoritma Hybrid (El Gamal RSA). Pengujian keamanan menunjukkan bahwa algoritma Hybrid (El Gamal SRNN) yang diajukan lebih baik ketimbang algoritma Hybrid (El Gamal RSA) dilihat dari waktu eksekusi yang masih belum ditemukan variable u dan a belum bisa dipecahkan.
Sebuah data atau dokumen yang dikirimkan melalui internet sangat rentan terhadap serangan atau modifikasi serta sangat sulit untuk membuktikan keaslian data atau dokumen, maka dengan perkembangan sistem keamanan terbentuklah sebuah mekanisme kriptografi yang digunakan untuk memverifikasi keaslian dan kebenaran dari sebuah data yang disebut dengan tanda tangan digital. Tanda tangan digital seringkali dipadukan dengan fungsi hash untuk membuat tanda tangan pada suatu data. Algoritma tanda tangan yang sering digunakan adalah Diffle-Helman Digital Signature Algorithm dan lebih dikenal sebagai Digital Signature Algorithm (DSA). Algoritma Digital Signature Algorithm (DSA) dikembangkan menjadi algoritma Elliptic Curve Digital Signature Algorithm (ECDSA) yang menggunakan elliptic curve. Penelitian ini Melakukan perbandingan kinerja algoritma tanda tangan digital Elliptic Curve Digital Signature Algorithm (ECDSA) menggunakan fungsi hash yang berbeda dan menganalisis performa waktu proses dari awal hingga akhir antara algoritma Elliptic Curve Digital Signature Algorithm (ECDSA) menggunakan fungsi hash SHA-1 dan algoritma Elliptic Curve Digital Signature Algorithm (ECDSA) mengunakan fungsi hash Keccak. Parameter pengujian yang dilakukan membandingkan algoritma Elliptic Curve Digital Signature Algorithm (ECDSA) fungsi hash SHA-1 dan Keccak pada saat proses pembangkitan kunci (key generation), tahap penandatanganan (signature generation), dan tahap verifikasi tanda tangan digital (verifying).
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.