The lack of Indonesian students achievement in the international assessment is due to several factors. Students are not familiar with the problems requiring reasoning, in particular the proportional reasoning. This research aims to identify the distribution and the Level of Cognitive Demands (LCD) of the proportional reasoning problems found in the Year 7 and Year 8 mathematics textbooks based on the 2013 curriculum (revised edition 2014). The data collection was conducted by identifying the proportional reasoning problems found in the whole chapters of the textbooks which are then analysed and classified using the Smiths and Stein's criteria of LCD (1998). The results reveal that the proportional reasoning problems were only found in the three of 17 chapters namely ratio and proportion, rectangle and triangle, and Pythagorean Theorem, which represent different LCD including Lower-LCD (Low-M and Low-P) and Higher-LCD (High-P). Out of 69 proportional reasoning problem found in the textbooks, the percentage of higher-LCD problems (n=29 ; 42.03%) is less than lower-LCD (n=40;57.97%). In addition, the higher-LCD problems found were only the high-P type. None was found to meet the requirement of High-DM demanding students to conduct 'doing mathematics', complex approach and self-monitoring or self regulation of students' cognitive process. It is recommended that the proportional reasoning problems, including some High-DM problems, should be provided in each topic in Indonesian mathematics textbooks.
Abstrak: Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui proses berpikir kreatif siswa dalam memecahkan masalah matematika berdasarkan model Wallas (1926). Subjek penelitian terdiri dari 6 siswa kelas VII, masing-masing dua siswa memiliki kemampuan matematika tinggi, sedang, dan rendah. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses berpikir kreatif siswa kategori tinggi yaitu siswa memahami permasalahan dan informasi yang diberikan dengan menuliskan apa yang diketahui maupun yang ditanyakan (persiapan), siswa tidak membutuhkan waktu yang lama untuk memikirkan solusi dari permasalahan yang dihadapi dengan mengingat soal yang sudah diajarkan (inkubasi), siswa mendapatkan ide untuk memecahkan masalah (Iluminasi), dan siswa menguji ide dan memeriksa kembali pemecahan masalah sebelum mengambil kesimpulan yang tepat (verifikasi). Proses berpikir kreatif siswa kategori sedang yaitu siswa mencoba untuk memahami permasalahan akan tetapi kurang memahami informasi atau petunjuk yang diberikan (persiapan), siswa diam megingat kembali rumus yang digunakan untuk memecahkan masalah (Inkubasi), siswa menghasilkan ide berdasarkan pemahamannya terhadap soal untuk memecahkan masalah (Iluminasi), dan siswa menguji ide dihasilkan dan tidak memeriksa kembali proses pemecahan masalah (verifikasi). Proses berpikir kreatif siswa kategori rendah yaitu siswa tidak memahami permasalahan dan informasi yang diberikan (persiapan), siswa membutuhkan waktu yang lama untuk memikirkan solusi dari permasalahan (Inkubasi), siswa gagal dalam menemukan ide untuk memecahkan permasalahan (Iluminasi), dan siswa menguji ide yang dihasilkan dan tidak memeriksa kembali jawaban yang telah diujikan (verifikasi). Kata kunci: Berpikir Kreatif; Model Wallas; Pemecahan Masalah; Kemampuan SiswaAbstract: This qualitative research aims at getting insight on students' creative thinking in solving mathematics problems based on Wallas' model (1926). The subjects are six students in 7 th grade, each two
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh model pembelajaran guided discovery terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik pada materi gelombang. Ketidakmampuan peserta didik memahami konsep fisika dengan baik dipengaruhi oleh lemahnya kemampuan berpikir kritis. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi-eksperimen dengan desain jenis pre-test post-test control group design. Populasi pada penelitian ini peserta didik kelas XIMIA2(kelompok eksperimen) dan XIMIA3(kelompok kontrol) di MAN Rukoh Banda Aceh pada tahun ajaran 2017/2018. Pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling dengan mengambil dua kelas secara sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen, pengumpulan data menggunakan instruments soal uraian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran yang diajarkan dengan penerapan model guided discovery lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Penerapan model pembelajaran guided discovery dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.
Sindroma mata kering merupakan suatu keadaan terjadinya defisiensi maupun penguapan berlebihan dari air mata. Sindroma mata kering biasanya sering terjadi pada usia 40 tahun, namun akhir-akhir ini sindroma mata kering juga ditemukan pada usia 40 tahun, hal ini diduga karena meningkatnya penggunaan perangkat elektronik seperti smartphone pada usia tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi penggunaan smartphone dalam hal ini yaitu durasi dengan sindroma mata kering pada mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala (Unsyiah). Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional. Terdapat 222 responden yang menjadi sampel penelitian diantaranya terdiri dari mahasiswa angkatan 2017-2019. Sampel diperoleh dengan teknik simple random sampling. Pengambilan data yaitu pada tanggal 9 hingga 16 Oktober 2020 dengan membagikan kuesioner penelitian melalui google form. Uji statistik menggunakan uji Spearman. Hasil yang didapatkan yaitu p value adalah 0,001 dan koefisien korelasi adalah 0,230, dari hal tersebut dapat disimpulkan terdapat hubungan dengan korelasi lemah antara penggunaan smartphone dengan sindroma mata kering pada mahasiswa Fakultas Keperawatan Unsyiah.Kata Kunci: Penggunaan smartphone, sindroma mata kering, mahasiswa.
AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik melalui implementasi LKPD POE. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian pre eksperimental melalui one group pretest posttest design. Implementasi dilakukan di SMAN 3 Unggul Sigli pada peserta didik kelas X MIA 2 yang dipilih secara purposive sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan tes kemampuan berpikir kritis berupa 10 soal esai dengan reliabilitas 0,877. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh rata-rata nilai pretest 28 dan posttest 79, dengan N-Gain 0,74 yang menunjukkan adanya peningkatan kemampuan berpikir kritis. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa LKPD POE efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik SMA.Kata kunci: LKPD, POE, kemampuan berpikir kritis AbstractThis study aims to improve the critical thinking skills of learners through the implementation of worksheet. This research uses quantitative approach with pre experimental research method through one group pretest posttest design. Implementation is done in SMAN 3 Unggul Sigli in class X MIA 2 students selected by purposive sampling. Data were collected by using critical thinking skills in the form of 10 essay questions with reliability of 0.877. Based on the data analysis results obtained average pretest value of 28 and posttest 79, with N-Gain 0.74 which indicates an increase in the ability of critical thinking. Based on these results, it can be concluded that LKPD POE effective in improving the critical thinking skills of high school students.Keyword: students’ worksheet, POE, critical thinking skills
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.