Gambir adalah getah yang diperoleh dari ekstraksi panas daun dan ranting tanaman gambir yang diikuti pengempaan, sedimentasi, dan pasta yang terbentuk dicetak lalu dikeringkan. Menurut Sumatera Barat dalam angka, total produksi gambir Sumatera Barat selama tahun 2012 mencapai 14.220 ton. Dari jumlah tersebut akan dihasilkan lebih kurang 5.688.000 liter limbah cair per tahun. Limbah gambir merupakan hasil samping dari proses produksi gambir yang belum dimanfaatkan. Kandungan tanin yang tinggi dalam limbah cair ini merupakan bahan pewarna yang dapat digunakan sebagai pewarna tekstil. Tujuan penelitian adalah memanfaatkan limbah cair proses produksi gambir untuk pewarna kain sutera dan kain katun dengan perlakuan limbah cair yang tidak distabilkan dan yang distabilkan dengan mordan kapur (CaCO), tawas Al (SO) dan tunjung (FeSO). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 3 2 4 3, 4 pencelupan dengan limbah cair menggunakan mordan yang berbeda menghasilkan warna yang berbeda pula. Kain sutera dan katun yang diwarnai dengan limbah, baik yang tidak distabilkan ataupun yang distabilkan menghasilkan warna coklat kemerahan untuk yang dimordan dengan kapur, kuning cerah untuk yang dimordan dengan tawas, dan hijau lumut yang dimordan dengan tunjung. Bila dibandingkan antara sutera dan katun, maka penyerapan warna pada sutera lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari warna yang lebih tua untuk perlakuan o yang sama. Hasil pengujian ketahanan luntur warna terhadap pencucian 40 C, terhadap sinar terang hari, dan terhadap penekanan panas umumnya berkisar antara baik sampai dengan baik sekali (skala 4-5).
This study aims to determine the amount of chrome that come out together with tannery waste in a tanned combination process of chrome-gambier and chrome-mimosa. the process research st was performed by 2 stages. The 1 stage used chrome with 5 concentration, they were 2,4,6 nd and 8 %. Then it was followed by the 2 stage tanning process by using nature tanning, gambier and mimosa, with each 7% and 9% concentration. The results showed that the combination of chrome-gambier tanned at the same concentration disposed chromium waste less than the combination of chrome-mimosa tanned. The lowest total chrome waste on the chrome-gambier tanning combination was 3.9 ppm at 2% chromium and 7% gambier concentration and the highest was 146.6 ppm at 8% chromium and 9% gambier concentration. The lowest total chrome waste on the combination of chrome-mimosa tanning was 2.2 ppm at 2% chromium and 7% mimosa concentration and the highest was 170.4 ppm at 8 % chromium nd and 9% mimosa concentration. The 2 stage tanning, was combination tanning process, chrome-gambier was able to reduce chromium levels more than the chrome-mimosa tanning.
Pengembangan adsorben dari limbah lumpur aktif Industri Crumb Rubber yang diaktivasi dengan H PO telah dilakukan untuk menyerap ion Cr(VI). Pada penelitian dilakukan 3 4 karakterisasi karbon aktif sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-3730-1995, meliputi penentuan daya serap terhadap iodin, kadar air, dan kadar karbon terikat. Penelitian dilakukan dengan sistem batch terhadap karbon aktif dan adsorben tanpa aktivasi, dengan mengamati pH larutan, waktu kontak, dan konsentrasi awal larutan. Penentuan kapasitas serapan maksimum karbon aktif terhadap Cr(VI) menggunakan persamaan Isoterm Langmuir. Hasil penelitian karakterisasi karbon aktif didapatkan daya serap terhadap iodin 482,6 mg/g, kadar air 0,14%, dan kadar karbon terikat 24,925%. Dari hasil penelitian menunjukkan aktivator H PO mempengaruhi daya serap terhadap Cr(VI). Penelitian dengan sistem batch didapatkan 3 4 pH optimum 2, waktu kontak 120 menit, dan konsentrasi optimum 50 mg/L untuk adsorben tanpa aktivasi dan untuk karbon aktif pH optimum 3, waktu kontak 60 menit, dan konsentrasi optimum 50 mg/L. Kapasitas serapan maksimum didapatkan 1,16 mg/g untuk adsorben tanpa aktivasi dan 1,99 mg/g untuk karbon aktif.
ABSTRAKLimbah oli bekas dikategorikan sebagai limbah B3 dalam PP 101 tahun 2014 yang berpotensi membahayakan makhluk hidup dan lingkungan. Solidifikasi/stabilisasi merupakan salah satu cara untuk mengatasi permasalahan limbah B3. Upaya ini dilakukan dengan proses solidifikasi/stabilisasi (s/s) limbah oli bekas dengan campuran semen dan pasir silika menjadi bentuk mortar berukuran (5x5x5) cm. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh rasio oli bekas terhadap air (o/a) dan umur mortar terhadap efektivitas proses s/s tersebut melalui uji kualitas mortar secara fisik dan kimia. Uji tersebut meliputi uji kuat tekan dan uji perlindian (toxicity characteristic leaching procedure). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kuat tekan untuk rasio o/a 0%:100%, 15%:85% dan 25%:75% pada umur mortar 7 hari, 14 hari dan 28 hari memenuhi nilai kuat tekan yang ditetapkan oleh SNI-15-7064 2004 dan ASTM C150-02. Uji perlindian sampel mortar untuk rasio o/a 0%:100%, 15%:85% dan 25%:75% pada umur mortar 7 hari, 14 hari, dan 28 hari menunjukkan bahwa konsentrasi Pb adalah berkisar 0,517x10 -6 -0,612x10 -6 mg/L, dan konsentrasi Fe berkisar 0,174x10 -6 -0,780x10 -6 mg/L. Konsentrasi Pb kurang dari konsentrasi baku mutu atau dapat dikatakan lolos uji TCLP lampiran PP 101 tahun 2014. Kata kunci: limbah oli bekas, solidifikasi/stabilisasi, rasio o/a, kuat tekan, TCLP ABSTRACTLubricant waste is categorized as hazardous waste stated in government regulation (PP) 101/ 2014. It could dangers human being and environment. This problem can be addressed by solidification/stabilization process. In this work, lubricant waste was solidified/stabilized in a mixture of lubricant waste with cement as binder and silica sand into mortar sized of (5x5x5) cm. This study was aimed to investigate the influences of ratio of lubricant waste to water (ratio o/a) and curing time or age of mortar to the effectiveness of s/s process by testing mortar quality physically and chemically. The test includes compressive strenght test and leaching test (toxicity characteristic leaching procedure). The results showed compressive strenght value for mortar with the The concentrations of Pb were less than the concentration of quality standard and pass the TCLP test defined by attachment of government regulation (PP) 101/2014.
The landfill leachate can be a major problem due to large variability of high organic, inorganic, heavy metal content and toxicity characteristics from landfill leachate such as cadmium. Thus, this study was aimed to observe the application of rice husk packed bed column to reduce cadmium from landfill leachate. Experiment was conducted in gravity down flow system by pumping landfill leachate into packed bed column. The effect of influent flow rate to adsorption capacity was studied by varying flow rate (5 mL/min and 10 mL/min). The effluent-influent concentration ratio C /C (%) as a function of throughput volume (L) was used to represent the e 0 breakthrough curve in column systems. Result shows that the flow rate of 5 mL/min was favorable to achieve higher removal rates with the percentage of cadmium was 57 %. At breakthrough time, the cadmium effluent concentration reached on 0.01 mg/l for both of flow rate.Kata Kunci : Landfill leachate, packed bed column, adsorption, rice husk, cadmium. ABSTRAK
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.