Kegiatan konstruksi pada masa pandemi covid 19 yang juga melanda Negara kita ini menjadi terbatas kegiatannya, kalaupun itu berjalan harus melakukan protokol kesehatan didalam setiap pelaksanaannya dan tentu akan berdampak kepada keterlambatan proyek tersebut. Keterlambatan dalam menyelesaikan proyek konstruksi ini akan menyebabkan kerugian baik dari pihak kontraktor maupun pihak pemilik (owner). Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan faktor-faktor keterlambatan proyek konstruksi gedung pada masa pendemi covid 19. Penelitian ini mengambil sampel pada pembangunan gedung kuliah bersama Program D3 dan D4 Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Sumatera Barat dengan responden seluruh pihak yang terkait didalam pembangunan tersebut baik dari owner, konsultan serta kontraktor dengan analisis yang dipergunakan adalah analisa deskriptiv. Hasil penelitian terdapat 8 Faktor keterlambatan dengan 29 potensi risiko keterlambatan pada proyek pembangunan gedung kuliah bersama Program D3 dan D4 Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Sumatera Barat dengan 5 potensi risiko tertinggi yaitu 1) kekurangan bahan konstruksi dengan nilai 4,800, 2) kontrol kontraktor utama terhadap sub-kontraktor dalam pelaksanaan pekerjaan yang memiliki nilai yang sama yaitu 4,800, 3) Komonikasi antara pekerja dan kepala tukang atau mandor dengan nilai 4,700, 4) keterlambatan pengiriman / penyedian peralatan kerja dengan nilai 4,700 dan 5) keterlambatan proses pemeriksaan dan uji bahan dengan nilai 4,700. Berdasarkan hasil penelitian ini maka penulis menyarankan agar kegiatan konstruksi pada masa pendemi covid 19 harus lebih memperhatikan potensi potensi risiko yang akan terjadi agar tidak menjadi kendala didalam pelaksanaan proyek konstruksi yang dapat menyebabkan keterlambatan proyek.
The current SNI 1726:2012 code was developed to be the new Indonesian Seismic Design Code, SNI 1726:2019 based on the 2017 Indonesian Seismic Hazard Maps and the ASCE 7-16. It has a direct impact on the development of seismic resistance code for building design in Indonesia. The new 2019 risk targeted ground motion of spectral acceleration (SS and S1), and risk coefficients, for both short (T = 0.2s) and 1-second (T = 1s) periods, respectively have been published. The paper discusses the difference of the design response spectra for building design of seven districts of Riau Province, Indonesia, according to those standard codes. The analysis was performed for three different site soil classes, that is hard (SC), medium (SD), and soft soil (SE). The design response spectra comparison of SNI 1726:2019 and SNI 1726:2012 of even districts in Riau Province, namely Bangkinang, Bengkalis, Pekanbaru, Tembilahan, Pasir Pangaraian, Dumai, Teluk Kuantan, and Siak were considered to represent the entire territory of Riau, from North to South that chosen as samplings. The purpose of this study is to evaluate the direct impact of the new code SNI 1726:2019 on design response spectra (DRS). Based on the analysis conducted at 8 cities/ districts, the improvement of DRS 2019 compared to DRS 2012 for site classes SC, SD and SE are less than 0.1g except for all site class at Tembilahan and Teluk Kuantan.
Penelitian tentang baja ringan sudah sangat meningkat untuk menentukan analisis dan desain yang tepat. Salah satu peraturan di Indonesia tentang desain struktur baja canai dingin atau ringan adalah SNI 7971: 2013. Namun, ada hal yang menjadi fokus perhatian pada baja ringan saat didesain pada elemen tekan. Salah satu tekuk yang terjadi pada elemen tekan baja ringan yaitu tekuk lokal yang disebabkan oleh faktor geometri atau penampang. Setiap penampang baja ringan memberikan bentuk tekuk yang berbeda-beda. Untuk itu perlu dilakukan studi eksperimental tentang perilaku tekan pada beberapa bentuk profil baja ringan kanal C baik tunggal dan simetris ganda, seperti double channel box dan double channel back to back. Uji tekan akan dilakukan dengan universal testing machine dengan jumlah benda uji sebanyak 3 sampel, 1 sampel untuk masing-masing penampang, sebagai kolom pendek. Hasil pengujian ini adalah berupa kurva beban versus perpendekan yang akan dibandingkan dengan hasil analitik berdasarkan peraturan SNI 7971:2013. Selain itu, propagasi tekuk lokal yang terjadi di masing-masing penampang juga diamati. Berdasarkan hasil pengujian tersebut didapatkan penampang double channel box memiliki nilai beban ultimit dan kekakuan yang signifikan dibandingkan double channel back to back dan single channel. Selanjutnya, perhitungan kapasitas tekan berdasarkan SNI 7971:2013 sangat konservatif.
Dalam pelaksanaan proyek konstruksi selalau ada potensi bahaya atau Risiko yang dapat menyebabkan kerugian. Setiap tempat kerja selalu memiliki Risiko kecelakan kerja yang dapat menggangu aktivitas pekerjaan dalam sebuah proyek. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja yang dapat mengganggu aktivitas pekerjaan dalam sebuah proyek. Oleh karena itu diperlukan suatu manajemen agar dapat mengatur jalannya proyek dengan baik, termasuk pula manajemen Risiko K3 (Kesehatan dan Keselamat Kerja). Tujuan dan sasaran manajemen risiko K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) adalah terciptanya system K3 (Kesehatan dan Keselamtan kerja) di tempat kerja melibatkan segala pihak sehingga dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Penelitian ini akan dilakukan identifikasi risiko K3, penilaian risiko K3, serta strategi pengendalian terhadap risiko K3 pada pekerjaan Pembangunan daerah irigasi (lanjutan). Dari hasil penelitian teridentifikasi 45 potensi risiko kecelakaan kerja yang dapat terjadi. Berdasarkan penilaian terhadapa Risiko K3 diketahui level masing-masing risiko yaitu terdapat 45 risiko tergolong Medium Risk dan dari 47 mengidentifikasi risiko terdapat 2 tergolong Low Risk. Pada penelitian ini perlu dilakukan penanganan yaitu dengan memberikan pengendalian risiko berupa penerapan K3 dilapangan meliputi penggunaan APD, rambu-rambu peringatan dan standarisasi pengaman pada saat bekerja di lapangan.
Baja ringan sudah mulai berkembang untuk digunakan pada struktur-struktur yang lebih besar. Salah satu cara untuk meningkatkan kekuatannya adalah dengan menggabungkan atau merakit dua buah profil sehingga membentuk penampang terbuka (open sections) dan penampang tertutup (closed sections). Namun, untuk merakit struktur baja ringan tersebut diperlukan sambungan yang dipasang pada bagian baja ringan seperti pada bagian badan (web) atau sayap (flange). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh sekrup terhadap struktur baja ringan rakitan penampang terbuka (open sections) setelah titik leleh terlewati atau fase inelastik. Penelitian ini dilakukan dengan menguji 3 buah sampel baja ringan rakitan profil kanal C 75.75 penampang terbuka yang disambung menggunakan sekrup pada bagian badannya. Jumlah sekrup yang digunakan pada setiap sampel adalah 2, 3, dan 4 buah sekrup. Pengujian dilakukan dengan mesin UTM dengan skema pembebanan three-point bending yang secara otomatis mengeluarkan grafik beban dan lendutan. Analisa terhadap pengaruh sekrup ini ditinjau berdasarkan grafik tersebut serta pengamatan selama pengujian dilakukan. Hasil dari analisa terhadap pengaruh jumlah sekrup terhadap baja ringan rakitan pada fase inelastic adalah adanya pengaruh aksi komposit seperti slip pada bagian badan serta meningkatkan kekakuan torsi (torsional rigidity) dari penampang terbuka. Namun, pengaruh sekrup tidak begitu signifikan terhadap besarnya momen ultimate (Mu) yakni hanya 7,7%
Cold-formed steel (CFS) structures have been widely constructed as main elements in light structures. In terms of increasing capacity, the built-up sections of cold-formed steel are used regarding larger span structure. In this study, nine cold-formed steel with back-to-back built-up section specimens with various thicknesses were experimentally investigated under three points bending scheme to obtain their capacity and failure type. Each specimen was assembled by using self-drilling screws in web of two built-up channels. Experimental results show that three various web thicknesses (1.3 mm, 1.5 mm, and 2.00 mm) in cold-formed steel of built-up section give the different moment capacity up to 22%. Then, failure types in all specimens are similar where local buckling is generated in compression flange around loading area and lateral-torsional buckling occurred along span. It is found that web thicknesses in back-to-back section have contribution to increase the stiffness and torsional rigidity. However, there is phenomenon when the load capacity decreased, the back-to-back sections act non-composite. Then, the failure apparently observed on that section is one-side twisting and web crippling in mid-span.
A standard code for designing earthquake-resistant buildings in Indonesia has always improved and updated year by year. It starts 1983, SNI 1726:2002, SNI 1726:2012, and the latest one SNI 1726:2019 Standard Codes. There is a procedure scope change for designing seismic load to become wider due to the adoption of a new standard, SNI 1726:2019. This research aims to compare the building design by using the response spectrum 2D method of SNI 1726:2012 and 2019 to determine the safety of existing buildings that use the old code. The structure of the building is modelled as a classroom and office building with a height of 15.50 m in Bengkalis State Polytechnic, Riau Province, namely Gedung Kuliah Terpadu (GKT) II Building. The reviewed structure behaviors are internal forces (bending moment, shear, and axial forces) on the structural elements (beams and columns). The result is directly proportional to rising in SDS and SD1 by 3.60% and 19.02%, respectively. By this rising, it affects the response spectra graph that has increased in SNI 1726:2019. The results prove that the change of design by using SNI 1726:2012 to 2019 has an effect, even though the calculation of the building structure forces still uses the old codes, but it meets the safe limits using designing with the SNI 1726:2019 method. This paper also compares the design of the structural elements by using SNI 2847:2019 codes with the planning of the existing building before. Overall, the building structure can be classified as able to withstand seismic force based on the new standard method.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.