Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji karakteristik sosiodemografi pasien HIV/AIDS dan mengevaluasi penggunaan obat antiretroviral pada pasien tersebut. Penelitian ini bersifat deskriptif-evaluatif dengan metode kuantitatif dan kualitatif dengan menggunakan data retrospektif pada tahun 2015 di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Data diperoleh dari rekam medik dengan kriteria: pasien HIV/AIDS laki-laki dan perempuan; berusia 18-65 tahun; dan menggunakan obat antiretroviral. Profil sosiodemografi dianalisis sercara deskriptif, sementara kesesuaian penggunaan obat dievaluasi dan dibandingkan dengan standar pengobatan. Dari 136 rekam medik pasien yang diambil, 89 diantaranya memenuhi kriteria, dimana 76,40% merupakan pasien laki-laki. Pasien kebanyakan berusia antara 26-35 tahun (41,57%), didominasi oleh pasien yang menikah (58,43%) dan mereka yang berpendidikan SMA (56,18%). Pegawai swasta dan ibu rumah tangga merupakan jenis pekerjaan dengan persentase tertinggi (masing-masing 19,10%). Penyakit ini sebagian besar diperoleh melalui hubungan seksual (61,80%) dengan PSK (Pekerja Seks Komersial) sebagai partner seks yang paling dominan (38,33%). Evaluasi penggunaan obat menunjukkan bahwa obat antiretroviral digunakan dengan 100% kesesuaian indikasi dan dosis, sementara hanya 97,76% pasien yang menerima pemberian obat yang sesuai. Studi tersebut juga mengungkapkan bahwa 10,11% pasien memiliki potensi terjadinya interaksi obat. Pengobatan antiretroviral memerlukan pemilihan obat yang tepat untuk meningkatkan efikasi. Apoteker dianjurkan untuk ikut berpartisipasi dalam pengobatan pasien HIV/AIDS.
AbstrakAlergi makanan adalah gangguan kesehatan yang timbul akibat respon imun spesifik terhadap makanan. Prevalensi alergi makanan pada anak adalah 6%, sementara pada dewasa 3 -4%. Strategi pencegahan alergi makanan yang belum optimal menjadi salah satu penyebab insiden yang terus meningkat. Imunopatogenesis pada alergi makanan melibatkan reaksi antara alergen dengan antibodi yang dimediasi oleh immunoglobulin E, non-immunoglobulin E, atau kedua-duanya. Implikasi klinis alergi makanan pada dewasa bisa mengenai sistem gastrointestinal, kutaneus, respirasi, dan sistemik. Standar baku emas diagnosis alergi makanan adalah oral food challenge. Tatalaksana yang paling tepat adalah menghindari faktor pencetus. Terapi spesifik dan nonspesifik terhadap alergen dapat diberikan walaupun masih dalam perdebatan. AbstractFood allergy is a health disorder arising from a specific immune response to food. The prevalence of food allergies in children is 6%, while in adults 3 -4%. The strategy of preventing food allergies that has not been optimal is one of the causes of the increasing incidence. Immunopathogenesis in food allergies involves the reaction between allergens and antibodies mediated by immunoglobulin E, non-immunoglobulin E, or both. Clinical implications of food allergies in adults can affect the gastrointestinal, cutaneous, respiratory and systemic systems. The gold standard for food allergy diagnosis is an oral food challenge. The most appropriate management is to avoid the trigger factor. Specific and nonspecific therapies for allergens can be given even though they are still in debate.
Adherence to antiretroviral therapy is key to sustained HIV suppression, reduced risk of drug resistance, improved quality of life, and survival of HIV/AIDS patients. A pharmacist is in charge in
ABSTRAK:Telah dilakukan kajian observasional secara prospektif terhadap penggunaan antibiotik meliputi aspek farmakokinetika klinik dan kualitas antibiotik secara kualitatif pada pasien sepsis dengan gangguan ginjal di Rawat Inap Penyakit Dalam Rumah Sakit X. Pasien sepsis dengan gangguan ginjal ini diterapi dengan antibiotik selama 4 bulan. Antibiotik yang dievaluasi adalah yang ekskresi utamanya di ginjal meliputi jenis antibiotik, dosis, frekwensi, lama penggunaan, dan interaksi yang bermakna klinis. Evaluasi antibiotik secara kualitatif menggunakan metode Gyssens. Total pasien berjumlah 40 orang, diterapi dengan 8 jenis antibiotik dan diantaranya ada 5 antibiotik diekskresi utama melalui ginjal. Dari 5 jenis tersebut, ditemukan penyesuaian dosis dengan tepat pada (n=29;74,3%) dan penyesuaian dosis yang tidak tepat (n=10;25,7%) yang melebihi dosis individual yang dihitung secara farmakokinetik. Terdapat 5 jenis interaksi yang bermakna secara klinik. Evaluasi pemakaian antibiotik secara kualitatif dengan metode Gyssens, diperoleh kategori pasien tidak lengkap/VI (N=4; 10%), kategori tidak efektif/IVa (n=2; 5%), kategori tidak aman/IVb (n=1; 2,5%), kategori spektrum tidak sempit/ IVd (n=1; 2,5%), kategori dosis tidak tepat/IIa (n=9; 22,5%), dan kategori bijak/tepat/0 (n=23; 57,5%). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa secara umum penggunaan antibiotik yang diekskresikan sebagian besar melalui ginjal tidak memperlihatkan dampak yang buruk pada fungsi ginjal pasien.
<p>Perjalanan wisata sangat bisa berpotensi dalam penularan suatu penyakit, terutama penyakit-penyakit yang ditularkan melalui batuk atau bersin. Penularan ini dapat terjadi dengan sangat cepat, bahkan dapat menyebar sampai ke seluruh dunia, dapat pula berakibat fatal bahkan menimbulkan kematian. Beberapa contoh penyakit menular yang bisa didapat oleh para <em>traveller</em> misalnya : Hepatitis A, Influenza, <em>Yellow Fever</em>, <em>Japanese Encephalitis</em>, Meningitis, yang sebenarnya kesemua penyakit tersebut dapat dicegah dengan vaksin, namun para penggemar travel umumnya masih banyak yang belum mengetahui akan pentingnya vaksinasi sebagai salah satu cara penting melindungi kesehatan tubuh. Vaksinasi diartikan sebagai tindakan pemberian suatu vaksin sedangkan imunisasi didefinisikan suatu induksi agar terjadi pembentukan imunitas tubuh. Sampai saat ini imunisasi dianggap salah satu bentuk intervensi yang paling <em>cost- effective</em> untuk mencegah penularan penyakit infeksi selama perjalanan, dikarenakan respon imun dalam pemberian vaksinasi yakni : sel limfosit (limfosit B dan T) dan APC (Antigen Precenting Cell) misalnya sel dendritik dan makrofag, merupakan respon tubuh utama dalam upaya eliminasi berbagai antigen.</p>
Objective: This study was conducted to prove the role of interleukin-4 gene promoter polymorphisms in Graves’ disease patients in M Djamil General Hospital Padang, Indonesia. Methods: This study was conducted from August 2015 until December 2015 in the Internal Medicine Department in Dr. M. Djamil Hospital, Padang, West Sumatera, Indonesia. This study involved 15 patients with Graves’ disease and 15 normal subjects. We examined that IL-4 promoter gene polymorphism was examined with PCR. Results: Sequencing examination on IL-4 gene promoter resulted in 2 Single Nucleotide Polymorphism (SNP) motifs, which is rs2243250 and rs2070847. IL-4 SNP gene promoter polymorphisms rs2243250 and rs2070847 were found in both patient and control groups. TT is homozygous SNP polymorphisms. CT is heterozygous SNP polymorphisms. CC is wild type or no mutation SNP polymorphisms. Based on statistical tests, no difference in rs2243250 and rs2070847 SNP polymorphisms was found between patient and control group (p > 0.05). Conclusion: This study observed no difference in interleukin-4 gene promoter polymorphism between Graves’ disease patients and control group.
AIM: The aim of this study was to determine the correlation between interleukin-4 (IL-4) gene promoter polymorphisms with thyrotropin receptor antibody (TRAb) and transforming growth factor-β (TGF-β). METHODS: This study was conducted from August 2015 until December 2015 in the internal medicine department in Dr. M. Djamil Hospital, Padang, West Sumatera, Indonesia. Graves’ disease was confirmed by measuring free thyroxine, thyroid-stimulating hormone, and TRAb. We examined that IL-4 promotor gene polymorphism was examined with a polymerase chain reaction. Graves’ disease serum patients will be used to check levels of TGFβ and TRAb antibodies using the enzyme-linked immunoassay method. RESULTS: There are 15 patients in this study. The average of age in patients group is 40.87 (11.23) years. The number of female patients in this study is more than male patients, with the percentage of women are 73.3%, and men are 26.7%. The sequencing examination on IL-4 gene promoter resulted in 2 single nucleotide polymorphism motifs, which are rs2243250 and rs2070847. The mean TRAb level in wild type and mutant group is 6.77 (5.73) IU/L and 4.66 (3.91) IU/L, respectively. The mean TGF-β levels in wild type and mutant group are 1168.89 (438.91) pg/mL and 1114.79 (296.02) pg/mL, respectively. Statistical tests showed no association between IL-4 gene promoter polymorphisms with TRAb and TGF-β levels (p > 0.05). CONCLUSION: There is no correlation between IL-4 gene promoter polymorphisms with TRAb and TGF-β.
Systemic Lupus Erythematosus (SLE) merupakan sebuah penyakit autoimun akibat kerusakan jaringan. Salah satu terapi SLE adalah menggunakan obat golongan kortikosteroid sebagai antiinflamasi dan imunosupresan. Obat ini memiliki banyak efek samping, sehingga penggunaannya harus diperhatikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penggunaan dan analisis DRP dari obat kortikosteroid pada pasien lupus di bangsal penyakit dalam RSUP dr. M.Djamil Padang pada tahun 2013. Peneltian ini merupakan penelitian deskriptif yang pengambilan datanya dilakukan secara retrospektif dari data rekam medik pasien. Hasil analisis kuantitatif menunjukkan terdapat 37 orang pasien lupus yang didominasi oleh perempuan (93,94%) dengan rentang usia terbanyak 17-25 tahun (57,57%) dan kortikosteroid yang paling banyak digunakan adalah metil prednisolon (90,90%) dan prednison (3,03%) dengan rute terbanyak peroral (60,60%). Masalah terkait obat (DRP) yaitu dalam administrasi prednison oral (6,06%) dan interaksi obat kortikosteroid dalam resep (21,21%).
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.