The Wong Cilik Animal Husbandry Group is still struggling with traditional waste treatment, which pollutes the air and soil. The goal of indoctrination is to educate and encourage livestock farmer groups to be proactive in controlling, overcoming, and making decisions regarding cow manure waste. Furthermore, this activity aims to strengthen the Wong Cilik Farm Community Group's capacity to use cow manure through teaching and encouragement. Several experts from the fields of machinery, agriculture, and psychology participated in this activity. Participants were given a pre-test and a post-test before and after socialization. The results of the pre-test and post-test indicated that the activity’s objectives of increasing the community’s knowledge about livestock waste management were met. The community is finally aware that livestock manure can be used to convert the residual biogas waste into manure. Through this socialization, the community learns that cow manure waste can be turned into products with high value.
Efesiensi dari solar cell menurun menjadi 0,5% setiap kenaikan 1 oC sebagai hasil dari energi panas, sehingga diperlukan pendinginan pada panel surya. Tujuan dari penelitian ini adalah dengan membuat sistem pendingin diatas permukaan panel dengan memvariasikan kecepatan angin dan mengetahui laju perpindahan panas serta pengaruhnya terhadap kinerja panel surya. Alat yang digunakan pada penelitian adalah anemometer, thermometer couple, clambmeter, pyranometer dan multimeter. Penelitian menggunakan 4 buah panel surya dengan spesifikasi yang sama yaitu 180 WP dan kipas angin digunakan sebagai pendingin pada panel surya dengan 4 jenis variasi kecepatan yaitu 0 m/s, 2,30 m/s, 3,11 m/s, dan 3,60 m/s . Hasil penelitian yang didapat, pada panel surya dengan kecepatan angin 0 m/s memperoleh nilai rata-rata tegangan terbuka 37,55 V , arus singkat 4,17 A dan laju perpindahan panas sebesar 0 W. Panel surya dengan kecepatan angin 2,30 m/s memperoleh nilai rata-rata tegangan terbuka 39,29 V, arus singkat 4,25 A dan laju perpindahan panas sebesar 22,15 W . Panel surya dengan kecepatan angin 3,11 m/s memperoleh nilai rata-rata tegangan terbuka 39,65 V, arus singkat 4,28 A dan laju perpindahan panas sebesar 39,77 W. Panel surya dengan kecepatan angin 3,60 m/s memperoleh nilai rata-rata tegangan terbuka 39,67 V, arus singkat 4,37 A dan dan laju perpindahan panas sebesar 65,56 W. Terdapat pengaruh air cooling system dengan variasi kecepatan angin dan meningkatkan laju perpindahan panas yang berdampak pada kinerja panel surya.. Nilai kinerja terbaik terjadi pada panel surya dengan kecepatan angin yang semakin laju. Kata kunci: Panel surya; perpindahan panas ;temperatur permukaan,
This activity is a research-based community service program. The goal of this community service program is to create a series of solar cell-based grow light led lights as a source of electrical energy in the "Sidomulyo Hydroponics" business, to increase the growth of hydroponic plants, to improve the quality and quantity of hydroponic plants, to provide residents with insight into optimizing the use of public land for urban farming, and to improve mental health during the pandemic by growing hydroponic crops. This program's outputs include the development of skills for residents of Sidomulyo housing to cultivate hydroponically, as well as the establishment of a hydroponic plant center. The implementation method used consists of two major stages: preparation and core. The following are the implementation results: all sessions in the preparation stage, as well as the core program of socialization, inauguration, core activities, and design projects, were completed on time. The use of a series of solar cell-based LED grow lights as a source of hydroponic electrical energy, increasing the quality and quantity of hydroponic plants in the "Sidomulyo Hydroponics" business, and being able to practice self-healing are all indicators of success.
Performa panel surya bergantung kepada temperatur permukaan panel karena material semi-konduktor pada panel sangat sensitif terhadap perubahan temperatur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendinginan dibawah permukaan panel surya terhadap kinerja yang dihasilkan oleh panel surya dengan memvariasikan jenis pendinginnya. Jenis pendingin yang digunakan adalah blower dan kipas angin. Untuk mendapatkan perbandingan data,penulis menggunakan satu panel tanpa menggunakan pendingin. Total panel surya yang digunakan adalah 3 buah panel surya monocrystallin 180 WP. Alat yang digunakan pada saat penelitian adalah anemometer, pyranometer, thermometer couple, tang meter dan multimeter. Dari penelitian yang dilakukan, panel surya tanpa pendingin memiliki nilai daya output rata-rata sebesar 141,04 W dan nilai efisiensi rata-rata sebesar 17,65 %. Panel surya dengan variasi pendingin blower memiliki nilai daya output rata-rata sebesar 146,65 W dan nilai efisiensi rata-rata sebesar 18,42 %. Panel surya dengan variasi pendingin kipas angin memiliki nilai daya output rata-rata sebesar 151,55 W dan nilai efisiensi rata-rata sebesar 18,95 %. Terdapat pengaruh dari pendinginan yang dilakukan dipermukaan bawah panel surya berdasarkan variasi pendingin dan meningkatkan laju perpindahan panas yang berdampak pada kinerja panel surya. Nilai efisiensi terbaik terjadi pada panel surya yang variasi pendinginnya memiliki kecepatan angin yang tinggi
Di dalam kehidupan ini, listrik menjadi salah satu hal yang paling penting untuk memenuhi kebutuhan manusia. Setelah kebutuhan pokok seperti pangan, sandang dan papan, listrik menjadi kebutuhan penting yang tidak dapat di pisahkan dari kehidupan manusia, tanpa adanya listrik tentu ketiga kebutuhan pokok diatas tidak akan dapat terpenuhi. Pada dasarnya untuk mendapatkan energi listrik dapat melalui buah dan sayuran yang biasa dikonsumsi. buah dan sayur yang berpotensi menghasilkan listrik adalah buah dan sayuran dengan kandungan asam sitrat yang tinggi. Buah dan sayuran yang biasa dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan akan serat dan vitamin sebagai sistem pertahanan tubuh realitasnya dapat dijadikan sumber energi listrik, Salah satu sumber energi listrik yang sangat mudah untuk ditemukan dalam kehidupan sehari-hari yaitu belimbing wuluh (Averrhoa Bilimbi), Fermentasi merupakan proses memproduksi energi didalam sel dalam keadaan tanpa oksigen (anaerob). Pada umumnya fermentasi dilakukan untuk menghasilkan keasaman suatu bahan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk dapat mengetahui pengaruh lama waktu fermentasi pada ekstrak buah belimbing wuluh terhadap karateristik kelistrikan yang terdiri dari tegangan dan arus yang dihasilkan oleh ekstrak belimbing wuluh, Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah studi literatur dan experimental laboratory, penelitian dilakukan dengan cara membuat ekstrak buah belimbing wuluh, kemudian dilakukan pengukuran arus dan tegangan menggunakan multimeter. hasil yang di peroleh dari penelitian ini yaitu larutan elektrolit buah belimbing wuluh yang telah di fermentasi dapat menghantarkan listrik dan menghasilkan arus dan tegangan. untuk pengujian yang membutuhkan waktu 2 hari fermentasi dengan menggunakan 3 gelas menghasilkan nilai arus dan tegangan maksimal sebesar 6 mA dan 3 Volt, dan untuk pengujian yang membutuhkan waktu 5 hari fermentasi dengan menggunakan 3 gelas menghasilkan nilai arus dan tegangan maksimal sebesar 7 mA, 5 Volt.
Pembangkit listrik yang terdapat di Indonesia sebagian besar menggunakan sumber daya tidak terbarukan untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat atau industri seperti batu bara. Permasalahan krisis ini mengharuskan untuk mencari alternatif bahan bakar untuk mengantikan batu bara atau setidaknya mengurangi pemakaian batu bara. Salah satunya menggunakan bahan bakar biomassa dengan menerapkan metode co-firing. Tujuan proses co-firing dilakukan guna meningkatkan energi termal pada boiler, maka dari itu diharapkan dapat menaikkan nilai tara kalor bahan bakar boiler. Penerapan kajian menggunakan metode komparatif analisis yang akan membandingkan heat rate (tara kalor) menggunakan metode co-firing dengan heat rate (tara kalor) tanpa menggunakan metode co-firing. Hasil analisis menunjukkan dampak penambahan limbah biomassa sebagai bahan bakar boiler mengakibatkan heat rate (tara kalor) dengan co-firing meningkat 19810,41 kkal/kWh dibandingkan saat tanpa co-firing 19207,08 kkal/kWh yang nilai selisihnya 603,33 kkal/kWh. Pengujian ini juga mempengaruhi kandungan karbonnya yang meningkat dari 57,62% menjadi 57,88%, sedangkan pada total sulfur dari 0,20% menjadi lebih rendah sebesar 0,19%.
Kajian ini bermaksud untuk mengetahui laju transfer kalor yang diserap oleh high temperature superheater (HTS) dan low temperature superheater (LTS) pada unit boiler sebelum dan sesudah dilakukan soot blower. Kajian ini menggunakan 3 metode yakni, studi literatur, observasi lapangan, dan wawancara. Hasil analisa menunjukan bahwa Laju transfer kalor yang diserap oleh high temperature superheater (Q_HTS) meningkat setelah 1 jam soot blower yakni 72240 MJ/jam dari pada (Q_HTS) 1 jam sebelum soot blower yang hanya 65434 MJ/jam, (Q_HTS) meningkat setelah 2 jam soot blower yakni 72575 MJ/jam dari pada (Q_HTS) 2 jam sebelum soot blower yang hanya 66886 MJ/jam dan (Q_HTS) meningkat setelah 3 jam soot blower yakni 73903 MJ/jam dari pada (Q_HTS) 3 jam sebelum soot blower yang hanya 69545 MJ/jam, kemudian laju transfer kalor yang diserap oleh low temperature superheater (Q_LTS) meningkat setelah 1 jam soot blower yakni 91797 MJ/jam dari pada (Q_LTS) 1 jam sebelum soot blower yang hanya 89625 MJ/jam, (Q_LTS) meningkat setelah 2 jam dilakukan soot blower yakni 92208 MJ/jam dari pada (Q_LTS) 2 jam sebelum soot blower yang hanya 90267 MJ/jam dan (Q_LTS) meningkat setelah 3 jam soot blower yakni 92582 MJ/jam dari pada (Q_LTS) 3 jam sebelum soot blower yang hanya 90536 MJ/jam.
Sebagai daerah penghasil nenas yang cukup besar, masyarakat Riau khususnya desa Rimbo Panjang, Kabupaten Kampar memanfaatkan nanas dengan mengolahnya menjadi beberapa produk yang bernilai ekonomi. Salah satu diantaranya adalah keripik nenas. Kegiatan PkM ini dilakukan untuk memperkenalkan kepada masyarakat tentang teknologi sederhana yang dapat digunakan dalam membantu mempercepat proses pengeringan buah nenas yaitu dengan memanfaatkan alat pengering. Kegiatan PkM ini diawali dengan pembuatan alat pengering nenas yang kemudian digunakan saat sosialisasi untuk mempermudah masyarakat dalam memahami materi penyampaian tentang teknologi pengeringan sederhana yang disampaikan oleh para nara sumber. Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan mengeringkan buah nenas menggunakan alat pengering yang telah dibuat. Kegiatan PkM ini dinilai berhasil karena karena tujuan yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan berjalan dengan baik dan efektif. Hal ini dapat dilihat dari besarnya antusias peserta ketika kegiatan berlangsung. Selain itu, masyarakat menjadi faham bahwa penggunaan alat pengering tidak hanya mempercepat proses pengeringan buah nenas tetapi juga menjaga agar buah nenas tetap bersih dan higienis.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.