Banyuwangi merupakan pemasok buah naga terbesar di pulau jawa yaitu dengan mencapai 12.936 ton pada tahun 2013 (BPS Kabupaten Banyuwangi, 2013), dari jumlah sebanyak itu dapat di akumulasi total kulit buah sebanyak 2.008 – 2.343 ton dan yang sayangnya hanya dibuang sebagai sampah. Sehingga penelitian ini memanfaatkan kulit buah naga merah yang mempunyai zat warna merah (Antosianin) sebagai indikator alami borak pada makanan siap saji. Kandungan antosianin yang tinggi pada kulit buah naga merah menjadikan pilihan sebagai indikator alami. Dengan perlakuan ekstraksi kulit buah naga merah menggunakan pelarut asam sitrat 0.4 M, waktu Maserasi 2 jam dan pada suhu 20oC menghasilkan kadar total antosianin antosianin sebanyak 12.747 ppm. Dimana hasil tersebut di peroleh menggunakan metode pH defferensi dengan menggunakan perbedaan pH, yaitu pH 1 dan pH 4.5. Pada pH 1 antosianin akan berbentuk senyawa oxonium, sedangkan pada pH 4,5 antosianin akan berbentuk karbinol yang tak berwarna. Hasil analisis sampel sosis dan cilok yang beredar di kota Banyuwangi, menunjukkan bahwa sosis yang beredar dibeberapa toko di kota Banyuwangi tidak mengandung adanya borak namun hasil analisis pada cilok yang beredar di beberapa titik jalan kota Banyuwangi mengandung adanya borak. Analisis sebelumnya dibandingkan dengan validasi yang dilakukan di dinaskelautan danPerternakan
Purple cabbage has distinctive color which is purple due to anthocyanin. Anthocyanin is natural pigmen that has high sensitivity in color change every level of pH changes acid to base. The anthocyanin sensitivity can be used color indicator. The purpose of this research is utilization purple cabbage extract as color indicator hydroquinone analysis. The research method in this research is maceration extract by executing optimizations such as temperatur optimization and optimization of maceration time. Based on the results of the research has obtained regression equation y = 0,001x + 0,0574 with a value or R=0,947. It can be concluded that purple cabbage extract can be used as color indacator on hydroquinone analysis
Couples in commuter marriages who live apart face many challenges, such as having ineffective communications which lead to conflict. Couples who use a positive and constructive conflict resolution style, have a better chance of getting a better quality of marital life. This intervention aims to provide psychoeducation to participants in order to understand conflict resolution styles that can be applied when dealing with and resolving conflicts in commuter marriages. The evaluation of the intervention effect was carried out by comparing the knowledge and skill to the application of conflict resolution styles, before and after the intervention. After being given psychoeducation, it was found that 25 participants changed the resolution style they would use when experiencing conflict with their partner. While the other 5 participants still chose the same resolution style. In conclusion, through this psychoeducation, participants have new knowledge about various resolution styles that can be used, and according to the conflict conditions experienced by each partner.
Penelitian tentang efektivitas edible coating dari whey protein dan kitosan sebagai pengemas organik pada buah ranti (Solanum ningrum L.)telah dilakukan. Edible coating merupakan lapisan tipis yang dibuat dari bahan yang dapat dimakan. Kajian yang dilakukan meliputi karakterisasi kitosan melalui analisis FTIR, pembuatan formulasi paduan edible coating melalui beberapa variasi dari bahan yang digunakan, dan uji efektivitas edible coating melalui beberapa analisis. Penelitian dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu karakterisasi kitosan berdasarkan analisis FTIR (Fourier Transform InfraRed) ; melakukan pembuatan formulasi edible coating melalui beberapa variasi yakni variasi massa whey protein dan variasi massa kitosan serta variasi massa gliserin. Setelah menemukan formulasi yang tepat antara whey protein dan kitosan serta gliserin, maka dilakukan uji efektivitas edible coating yang diaplikasikan pada buah ranti (Solanum ningrum L.) melalui analisis kadar susut bobot, kadar air, kadar totalasam tertitrasi, dan kadar vitamin C.Hasil penelitian menunjukkan bahwa optimasi variasi edible coating yakni pada massa 6 g whey protein, 0,6 g kitosan, dan 3 g gliserin. Serta larutan edible coating dapat mempertahankan nilai kadar air, susut bobot, vitamin C, dan total asam pada buah ranti (Solanum ningrum L.) lebih baik dibandingkan dengan buah ranti (Solanum ningrum L.) yang tidak diberi larutan edible coating (kontrol).
Telah dilakukan pembuatan TiO2-Plat Kaca untuk fotokatalis dan pengujian aktivitas katalitiknya dalam proses fotodegradasi zat warna Methyl Orange. Pembuatan TiO2-Plat Kaca dilakukan dengan melapiskan larutan TiO2 yang mengandung etanol pada substrat kaca.Struktur kristalnya dianalisis menggunakan difraktometer sinar-X (XRD). Pada penelitian ini analisis difraktometer sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui telah terbentuk atau tidaknya fotokatalis. Hasil dari XRD menunjukkan bahwa fotokatalis TiO2-Plat Kaca telah terbentuk dan kristal yang terbentuk ialah anatase. Pengujian aktivitas fotokatalis dilakukan dengan mereaksikan 0,01 gram TiO2 Serbuk serta mereaksikan 2 buah TiO2-Plat Kaca untuk mendegradasi 50 mL larutan Methyl Orange 5 ppm yang disinari oleh sinar matahari sebagai sumber cahaya dengan variasi waktu penyinaran (1/2, 1, 2, 4 dan 6 jam). Dari hasil penyinaran menunjukkan bahwa semakin tinggi waktu penyinaran semakin tinggi % Methyl Orange terdegradasi, dalam penelitian ini efektivitas fotokatalis terbaik adalah pada waktu 4 dan 6 jam.
Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi etika muhaddis menurut Imam Nawawi. Hal ini dilatari oleh intensitas Imam Nawawi sebagai tokoh hadis. Imam Nawawi sangat terkenal dengan pemikirannya mengenai etika seorang guru dan murid yang sampai sekarang masih eksis digunakan bahkan selalu menjadi pusat perhatian dalam dunia pendidikan. Begitu juga dengan dunia hadis sangat diperlukan etika dalam belajar hadis. Dengan demikian, penulis tertarik untuk meneliti pemikiran Imam Nawawi mengenai etika guru dan murid yang direalisasikan ke dalam hadis, yang menurut penulis sangat berguna bagi para pelajar hadis. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik deskriptif dengan jenis penelitian Library Research. Teknik mengumpulkan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari berbagai literer yang kemudian di analisa dengan metode content analysis, deskriptif. Penelitian ini menemukan bahwa etika pertama adalah muhaddis harus mencantumkan etika dalam diri mereka sendiri yaitu harus memiliki niat yang ikhlas, selalu berusaha membersihkan hati dari kotoran, selalu menjaga muruahnya, menjauhi dan meninggalkan sifat-sifat tercela, istiqamah dalam beribadah, memiliki tujuan beribadah hanyalah mencari ridha Allah swt., tidak boleh semena-mena dan menganggap remeh dalam menggunakan ilmu yang didapatkannya, memperhatikan stylenya dalam berpakaian, dan harus mampu memanegamen 2 aktivitas dalam kehidupannya yakni aktivitas keilmuan dan dan beribadah. Etika kedua adalah etika saat menerima hadis yang meliputi niat ikhlas, rela dan ikhlas melakukan rihlah dalam mencari hadis, mampu menghilangkan segala hal yang bisa meracuni konsentrasi belajarnya, harus selalu memiliki sifat rendah hati, harus menampakkan kefokusan dalam belajar, harus belajar kepada syekh yang memiliki jalur sanad yang jelas, menghormati dan mencari keridhaan syekhnya, harus beretika pada saat proses belajar dan menerima hadis berlangsung (dalam majelis), tidak menyia-nyiakan waktunya. Etika ketiga adalah etika Syekh saat menyebarkan hadis yang terbagi dua yaitu saat belajar yakni harus bersungguh-sungguh terhadap segala aktivitas keilmuannya, selalu terus memperdalam ilmu hadisnya, tekun membaca, mencari hal-hal baru dan melakukan penelitian-penelitian, tidak pernah merasa senior, bersikap spotrif, bersifat rendah hati serta berhati-hati dalam menuliskan sesuatu. Dan saat menyebarkan hadis yaitu niat hanya karena Allah swt, tidak menghalangi siapapun yang hendak belajar dan menerima hadis darinya, memberikan pelajaran hadis secara bertahap dan, mencintai ilmu hadis yang diajarkannya, peduli terhadap keadaan murid-muridnya, senantiasa semangat dan serius ketika memberikan materi hadis, dan bisa memanagemen waktu mengajar, ruangan kelas, mengontrol suasana kelas agar tidak jenuh.
ABSTRAK Kulit yang bersih, sehat merupakan dambaan hampir semua wanita. Semakin bertambahnya usia kulit cenderung semakin tidak sehat dan kusam. Antioksidan merupakan “pemangsa†radikal bebas sekaligus pelindung kulit. Antioksidan dapat memperbaiki kerusakan sel kulit yang terjadi sebagai akibat dari paparan sinar UV. Salah satu sumber antioksidan di alam adalah buah naga. Kandungan kimia dari kulit buah naga merah antara lain adalah flavonoid, vitamin A, C, E dan polifenol (Siregar, 2011). Pada penelitian ini, peneliti ingin memanfaatkan limbah kulit buah naga merah untuk diolah menjadi sabun mandi padat. Sabun mandi padat yang dibuat dengan memanfaatkan ekstrak limbah kulit buah naga merah sebagai zat aditif atau zat tambahan. Sebagai antioksidan vitamin C juga dapat langsung menangkap radikal bebas baik dengan atau tanpa katalisator enzim. Selain mengandung vitamin C, kulit buah naga merah juga mengandung antosianin yang dipercaya berperan dalam sistem biologis, termasuk kemampuan sebagai pengikat radikal bebas, antikarsinognik, antinoplastik dan juga berfungsi sebagai anti−inflamasi. Sistem ikatan rangkap terkonjugasi ini juga mampu menjadikan antosianin sebagai antioksidan dengan mekanisme penangkapan radikal. Inilah yang menjadi dasar ekstrak kulit buah naga merah dijadikan sebagai zat tambahan pada pembuatan sabun padat. Berdasarkan hasil penelitian pelarut aquadest memberikan kadar vit C (antioksidan) yang besar dengan kondisi maserasi suhu 40°C (2 jam). Dari seluruh perlakuan atau formulasi sabun yang dilakukan penambahan ekstrak terbaik adalah 50 µL, 6 g minyak kelapa, 12,5 mL NaOH 15%, 3 g asam stearat, 10 mL etanol 96%, 6,5 g gliserin, 7,5 g gula pasir, 500 µL coco-DEA, 0,1 g NaCl dan fragrance oil 45 µL
Pada kosmetik, pemanfaatan antioksidan adalah sebagai “pemangsa†radikal bebas sekaliguspelindung kulit. Antioksidan berbahan alami yang akan kami gunakan adalah antioksidanyang berasal dari ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus constaricensis). Salah satumetode pemisahan senyawa antioksidan yang terkandung dalam kulit buah naga (Hylocereusconstaricensis) dengan teknik maserasi yang mana kemudian hasil ekstrak yang didapatpeneliti gunakan sebagai antioksidan alami pada pembuatan sabun cair wajah (facial wash).Untuk menentukan bahan-bahan penyusun facial wash peneliti melakukan beberapa optimasibahan dengan pengujian organoleptis kekentalan, busa, pH, warna, dan iritasi. Hasil daripengujian organoleptic didapatkan 5 ml base soap, 2 ml NaCl 25%, 1 ml ekstrak, 4 tetespewangi, dan 25 μl pewarna. Pada pengujian mutu sabun berdasarkan SNI 06-4085-1996didapatkan hasil facial wash ekstrak kulit buah naga merah merah (HylocereusConstaricensis) dengan pembanding sabun kontrol tanpa ekstrak kulit buah naga merah(Hylocereus Constaricensis) adalah pH 7; alkali bebas 0 %; pelepasan bahan aktif untuk sabunkontrol 61,18% dan 20,35% sabun optimum; bobot jenis sabun kontrol 1,054 gr/ml dan 1,026gr/ml sabun optimum.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
334 Leonard St
Brooklyn, NY 11211
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.