Purpose: This article aims to find out how to plan the management of performing arts at the Ubud Village Jazz Festival. Management is the main thing in every performing arts performance starting from pre-production to post-production. Method: The method used in this writing is a qualitative method with a descriptive presentation. Data obtained by interviews and literature review, which will then be analyzed through triangulation from raw data collection, selection, processing to drawing conclusions. Results and discussion: The Ubud Village Jazz Festival was made out of concern, where the founder felt that there was a period of jazz music that had been forgotten and caused the loss of the true identity of jazz music. The findings in this article show that management planning is carried out by setting goals, designing budgets, looking for sponsors by looking at previous year's activities, making timelines, deadlines, job descriptions, hiring outsourcing and recruiting volunteers to support the achievement of the goals of UVJF activities. Implication: Good management planning for the Ubud Village Jazz Festival is also a means to educate the public about jazz music, help the economy of the surrounding community in Ubud, and more than that to show the identity of the jazz festival.
Purpose: This article aims to see a children virtual concert held by La Prima Course and Bandung Philharmonic. Both of them held an online concert in June 2020, when the world was entering new normal era due to Covid-19 pandemic. Research methods: The method used in writing this article is descriptive-qualitative by observing watching two virtual concert and long-distance interviews through social media. Results and discussion: Children virtual concert have a positive impact for children as activities at home during the Covid-19 pandemic. Other impacts were also felt by the organizers so that the organizers were enthusiastic to routinely hold virtual performances. Implication: Covid-19 pandemic makes virtual performance a cost-effective and attractive choice for organizers, children, and parents who concern about art.
Purpose: This study aims to look at the position of art education for early childhood. Art education for children this age is not only limited to singing or composing existing songs and changing the lyrics. Research Methods: This article is the result of a literature study which is strengthened by interviews with one of the educators who is also an early childhood education activist. The data presented in the form of descriptive text, so the nature of this research is descriptive analysis. Results and Discussion: The results of the study show that art is one aspect of development for early childhood is included in ministerial regulations and curriculum. The things that include in the art development program are the embodiment of an atmosphere for the development of exploration, expression, and appreciation of art in the context of play for early childhood. With the art aspect that has been regulated by the Indonesian government, from an early age children can practice their balance through art because art can inspire feelings and thoughts to be human. Implication: In this case, educators must be sensitive because art is to train sensitivity, such as observing children's responses when they hear music and then moving, observing children's body shapes when moving, and creating fun music and movement activities for early childhood to fill their development at in the golden age.
Mata kuliah perkembangan peserta didik merupakan matakuliah yang diberikan kepada mahasiswa calon guru di Prodi Pendidikan Seni Pertunjukan dengan kontribusinya dalam memberikan pemahaman kepada mahasiswa terkait karakteristik anak. Kegiatan belajarnya di tengah pandemi dilakukan secara daring sesuai dengan arahan yang berlaku. Berdasarkan hasil pengamatan kegiatan belajar teori dengan sistem daring dirasa mulai membosankan, terlihat dari reaksi tingkah laku mahasiswa yang mulai tidak disiplin dalam mengikuti kelas, tidak mengaktifkan layar kamera, dan kurangnya partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena adanya penggunaan desain pembelajaran yang kurang tepat. Disini peran dari pengajar sangat penting dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang PAIKEM. Pengajar berperan sebagai motivator dan fasilitator dituntut aktif dan kreatif dalam mengajar termasuk dalam mempersiapkan desain pembelajaran yang akan diterapkan. Salah satu desain pembelajaran yang digunakan sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut oleh pengajar adalah desain TPACK yang memfokuskan pada pedagogi, konten dan juga teknologi. Dengan demikian penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mendeskripsikan bentuk implementasi yang dilakukan pengajar dalam pembelajaran dengan desain TPACK pada mata kuliah perkembangan peserta didik serta mendeskripsikan aktivitas pengajar dan mahasiswanya. Adapun hasil yang didapat adalah bahwa implementasi desain TPACK pada matakuliah perkembangan peserta didik memberikan dampak yang positif bagi proses pembelajaran dilihat dari hasil data observasi aktivitas dosen dan mahasiswa yang mengalami peningkatan pada setiap pengamatan yang dilakukan serta adanya peningkatan antusias mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan.
Permainan tradisional merupakan salah satu warisan leluhur yang banyak memiliki kontribusi dalam kehidupan. Dengan kontribusinya yang dimiliki, kenyataannya tidak sejalan dengan eksistensinya di zaman saat ini. Permainan tradisional di masyarakat perlahan mengalami kepunahan, mulai ditinggalkan dan menjadi asing di kalangan anak-anak, terutama di daerah perkotaan yang telah banyak tersentuh budaya modern. Budaya modern dengan mudah masuk dan mempengaruhi melalui media berbasis teknologi yang sedang naik daun saat ini. Asingnya permainan tradisional di mata anak-anak disebabkan oleh kegiatan belajar mengajar yang diterapkan di sekolah mulai didominasi oleh kegiatan-kegiatan berbau kekinian dan terkadang tidak sesuai dengan karakter anak. Adanya perkembangan teknologi turut menjadi faktor penyebab tergerusnya permainan tradisional. Oleh sebab itu perlu adanya penggalian kembali dan mengkaji jenis-jenis permainan tradisional yang ada khususnya di Denpasar sebagai daerah perkotaan. Hasil penggalian jenis permainan tradisional ini nantinya dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran anak khususnya di Taman Kanak-Kanak sekaligus membantu pembentukan karakter dan keterampilan sosial anak yang tingkat penanamannya terbilang rendah. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah wawancara dan observasi dengan menggunakan teknik purposive sampling untuk memilih sampel guru TK yang akan di wawancarai. Adapun jenis-jenis permainan tradisional Bali yang tumbuh dan dipopulerkan di Denpasar yaitu permainan Tok Lait Kancing, Kul Kuk, Penyu Mataluh, Meong-Meongan Kotak, dan Deduplak. Kelima permainan tersebut tidak terimplementasi seluruhnya dalam kegiatan belajar anak di Taman Kanak-Kanak. Metode mengajar permainan tradisional Bali didominasi dengan demonstrasi, bermain dan bercerita karena sesuai dengan prinsip anak usia dini yang dunianya adalah bermain.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.