The findings indicate that a major revision of current health care system is required with a focus on promoting the concept of PHC services to the population, redefining the role of the GP to deliver recognised best practice within available resources, changing the way GPs are remunerated by the public health system and the health insurance industry, policing of the regulations related to the scope of practice of other health care professionals, particularly midwives and nurses, and regulation of prescribing. GPs can be the champions of the PHC service that Indonesia needs, but it requires sustained systematic change.
Penyebab stres pada mahasiswa kedokteran terdiri kedalam enam kelompok yaitu stressor terkait akademik, stressor terkait hubungan interpersonal dan intrapersonal, stressor terkait hubungan belajar mengajar, stressor terkait hubungan sosial, stressor terkait keinginan dan pengendalian, serta stres terkait aktivitas kelompok. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat stres berdasarkan stressor pada mahasiswa profesi dokter tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Jenis penelitian ini adalah studi deskriptif dengan desain cross-sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling untuk mendapatkan sampel sebanyak 188 responden. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner Medical Student Stressor Questionnaire yang telah di validasi. Hasil analisis univariat menunjukkan sebagian besar responden memiliki tingkat stres sedang (48,4%). Tingkat stres terkait akademik yang terbanyak adalah tingkat stres berat (51,6%). Tingkat stres terkait hubungan intrapersonal dan interpersonal yang terbanyak adalah tingkat stres berat (42,6%). Tingkat stres terkait hubungan belajar-mengajar yang terbanyak adalah tingkat stres sedang (42%). Tingkat stres terkait hubungan sosial yang terbanyak adalah tingkat stres sedang (53,2%). Tingkat stres terkait keinginan dan pengendalian yang terbanyak adalah tingkat stres sedang (39,9%). Tingkat stres terkait aktivitas kelompok yang terbanyak adalah tingkat stres sedang (45,2%). Stressor yang paling menyebabkan stres adalah yang terkait hubungan intrapersonal dan interpersonal.
Kepatuhan peserta mandiri membayar iuran Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Kota Solok belum maksimal. Hal ini terlihat dari jumlah peserta mandiri yang menunggak di Kota Solok yaitu 69% dari peserta mandiri terdaftar. Tujuan: Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan peserta mandiri dalam pembayaran iuran Program JKN di Kota Solok. Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional, dengan sampel penelitian adalah peserta mandiri program JKN di Kota Solok yang terpilih secara acak. Analisis data dilakukan dengan uji Chi-square. Responden dalam penelitian ini adalah 105 orang peserta mandiri yang minimal berusia 17 tahun dan berdomisili di Kota Solok. Hasil: Uji statistik menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan (p=0,019), pendapatan (p=0,038), persepsi terhadap pelayanan kesehatan (p=0,047) dan persepsi terhadap risiko (p=0,043) dengan kepatuhan pembayaran iuran peserta mandiri program JKN BPJS Kesehatan di Kota Solok. Simpulan: Tidak terdapat hubungan signifikan antara tingkat pendidikan, jarak tempuh tempat pembayaran iuran dan jumlah tanggungan terhadap kepatuhan pembayaran iuran peserta mandiri program JKN BPJS Kesehatan di Kota Solok. BPJS Kesehatan Cabang Solok harus meningkatkan kuantitas dan kualitas sosialisasi untuk meningkatkan pengetahuan peserta tentang hak dan kewajiban peserta mandiri program JKN.Kata kunci: kepatuhan, Iuran JKN, BPJS Kesehatan
Demographic, epidemiological, and nutritional transitions increase life expectancy, changes in lifestyles and behaviors of Indonesian people. These changes are resulting in a growing contribution of non-communicable diseases (NCDs) to morbidity and mortality, especially metabolic disorders, such as type 2 diabetes mellitus (DM), hypertension, and dyslipidemia. Approximately 10.9% of the Indonesian population above 15 years old suffers from type 2 DM (21.2 million) and 34.1% have hypertension (66.3 million) in 2018. These figures increase significantly from 2013 figure; 6.9% and 25.8% respectively1. The metabolic disorders, which in turn, are responsible for vascular problems such as renal failure, stroke, and heart attack. Not surprisingly, then, 60% of Indonesian national health insurance (JKN) funds are spent on the NCDs. This condition causes a deficit and threatens the sustainability of the JKN program.
AbstrakKeberhasilan pembangunan nasional ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia yang sehat dan cerdas. Remaja sebagai asset bangsa membutuhkan gizi yang cukup untuk menunjang prestasi dan produktifitas mereka dalam beraktifitas. Status gizi merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan tingkat prestasi siswa.Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan status gizi dan prestasi belajar siswa SMA Negeri 1 Padang.Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang (cross sectional study) dengan populasi seluruh siswa kelas X dan XI SMA Negeri 1 Kota Padang. Jumlah subjek sebanyak 87 orang. Data primer berupa berat badan dan tinggi badan serta data sekunder berupa nilai rapor semester 1 (satu). Data dianalisis menggunakan uji korelasi Pearson.Berdasarkan pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT), diketahui sebagian besar subjek mempunyai status gizi normal sebanyak 44 orang (50,6%). Lebih dari separoh subjek memiliki prestasi baik yaitu sebanyak 48 orang (55,2%). Pada penelitian ini tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan prestasi belajar. Namun, prosedur yang digunakan pada penelitian ini tidak dapat mengekslusi faktor-faktor lain selain status gizi yang mempengaruhi prestasi siswa. Kata Kunci: status gizi, prestasi belajar, remaja AbstractThe successfulness of national development is determined by the availability of human resources. Teenagers as a national asset need adequate nutrient to support their achievement and productivity. Nutritional status is one factors that is closely related to student academic achievement. The purpose of this research is to examine the relationship betweennutritional status and academic achievement of students of Senior High School Number1 Padang (SMAN1 Padang).This research is cross-sectional study. The population is students year X and XI SMA Negeri1Padang. Number of sample is 87 students. Primary data was weight and height of students while secondary data wasstudent score of first semester which is analyzed by Pearson correlation test. Student's Body Mass Index (BMI) shows that most students had normal nutritional status (50,6%). More than half the sample had good academic achievement (55,2%). The findings suggest that there was no significant correlation between nutritional status and student academic achievement. However, the methods applied in this research failed to exclude other confounding factors influencing academic achievement.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.