Organizational Citizenship Behavior (OCB) is a behavior which is the initiative of individuals, who are no relation to the formal reward system but was able to increase the effectiveness of the organization. This research was conducted at the Department of cooperatives and SMEs of the province of Bali using 89 employees as research respondents. The technique of determination of the sample used in this study is a research technique in the census. Data was collection by interviews and questionnaires. Data analysis techniques used in this research is the analysis of multiple linear regression that is processed using SPSS software. Based on the results of research that the compensation effect positively and significantly to organizational citizenship behavior. These results have meaning if the compensation received by the employees is increasing then the organizational citizenship behavior will experience an increase. The commitment of the Organization in a positive and significant effect against the organizational citizenship behavior. These results have meaning if the commitment of the Organization owned by employees increased then the organizational citizenship behavior will experience an increase. Compensation and organizational commitment effect simultaneously against the organizational citizenship behavior. These results have meaning if the employee received compensation increases and employee-owned organization commitment was increasing then the organizational citizenship behavior owned employees will experience increased.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui fermentasi rumen dan sintesia protein mikroba pada kambing Peranakan Ettawa (PE) melalui pemberian tiga jenis ransum. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga perlakuan dan tiga kelompok kambing berdasarkan berat badan. Ransum disusun berdasarkan bahan kering (BK) : (A) rumput gajah 15% + jerami padi 20% + gamal 25% + kaliandra 10% + konsentrat 30%; (B) rumput gajah 30% + gamal 30% + konsentrat 40% dan (C) rumput gajah 20% + gamal 20% + konsentrat 60%. Peubah yang diukur adalah fermentasi rumen dan sintesis protein mikroba. Data dianalisa dengan sidik ragam. Hasil penelitian menunjukkan, pH cairan rumen, Non Glucogenik Ratio (NGR), dan N-NH3 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05) di antara semua perlakuan. Produksi asam asetat nyata (P<0,05) tertinggi pada kambing yang mendapat perlakuan A dibandingkan pada kambing yang mendapat perlakuan B dan C yaitu berturut-turut: 31,89; 23,44 dan 22,49 mMol. Kambing yang mendapat perlakuan A memproduksi asam propionat nyata (P<0,05) tertinggi dibanding kambing yang mendapat perlakuan B dan C yaitu masing-masing: 12,82; 8,74; dan 10,04 mMol. Sintesis protein mikroba nyata (P<0,05) tertinggi pada kambing yang mendapat perlakuan A yaitu 6,66 g/e/h, sementara kambing yang mendapat perlakuan B dan C masing-masing 5,37 dan 5,60 g/e/h. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pemberian ransum dengan hijauan beragam akan meningkatkan produksi asam asetat, propionat dan sintesis protein mikroba kambing PE
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi dan jenis hijauan beragam terhadap sifat fisik dan kecernaan ransum pada sapi Bali. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) terdiri dari 4 perlakuan ransum dengan 3 kelompok berat badan sebagai ulangan. Perlakuan ransum disusun berdasarkan bahan kering adalah: (A) rumput gajah 45% + jerami padi 0% + gamal 15% + kaliandra 10% + konsentrat 30%; (B) rumput gajah 30% + jerami padi 10% + gamal 20% + kaliandra 10% + konsentrat 30%; (C) rumput gajah 15% + jerami padi 20% + gamal 25% + kaliandra 10% + konsentrat 30% dan (D) rumput gajah 0% + jerami padi 30% + gamal 30% + kaliandra 10% + konsentrat 30%. Peubah yang diukur adalah sifat fisik dan kecernaan ransum. Data dianalisis menggunakan sidik ragam. Hasil penelitian menunjukkan, sapi Bali yang diberi perlakuan D memiliki densitas tertinggi (P<0,05) yaitu 0,313 g/ml, KCBK dan KCPK tertinggi (P<0,05) masing-masing 67,78% dan 71,42% namun KCSK terendah (P<0,05) yaitu 49,34%. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ransum D mampu meningkatkan densitas dan daya serap air serta meningkatkan KCBK dan KCPK ransum.
ABSTRAKIdentifikasi tumbuhan pakan potensial dari berbagai sumberdaya hayati tumbuhan pakan telah menjadi kebutuhan vital dalam rangka peningkatan produksi hijauan pakan. Sebuah penelitian telah dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui potensi produksi hijauan Mikania cordata dan potensi pengembangannya sebagai tumbuhan pakan ternak. Metode penelitian yang digunakan yaitu survei langsung di lapangan terhadap keberadaan Mikania cordata di seluruh kabupaten di Bali. Hasil survei menunjukkan bahwa produksi Mikania cordata adalah sebesar 840 kg ha -1 dengan kadar air yang cukup tinggi. Mikania sangat mudah menyebar dan sangat menyukai naungan serta dapat tumbuh baik pada lahan tanpa nanungan. Hampir di semua kabupaten di Bali dapat dijumpai tanaman Mikania. Mikania telah banyak dimanfaatkan peternak sebagai pakan yang dicampur dengan berbagai rumput lokal. Disimpulkan bahwa Mikania cordata sangat potensial sebagai sumber hijauan pakan, mudah dikembangkan dalam berbagi pola integrasi tanaman dan produksinya tinggi. Kata kunci: Mikania cordata, identifikasi, dan produksi hijauanABSTRACT Identification of potential forage variety from various biological resources of forages has become a vital need in order to increase forage production. A study has been carried out aimed to finding out the potential forage production of Mikania cordata and its development potential as tropical forage. The research method used is a field survey of the presence of Mikania cordata in all regencies in Bali. The survey results show that the production of Mikania cordata is 840 kg ha -1 with a high water content. Mikania is very easy to spread and is very fond of shade and can grow well on non-humid land. Almost all districts in Bali can find Mikania plants. Mikania has been widely used by farmers as feed mixed with various local grasses. It was concluded that Mikania cordata is very potential as a source of forage feed, easily developed in sharing patterns of crop integration and high production.
An experiment was conducted to investigate Gliricidia sepium in ration containing rice straw on rumen fermentation and microbial protein synthesis (MPS) of indigenous Bali cattle. Randomized Block Design consisted of four ration treatments with three blocks of liveweight as replicate was used in this study. Average liveweights for group I, II and III were 195.25 kg, 230.5 kg and 241.75 kg, respectively. The four rations based on dry matter were: A (0% rice straw+15% Gliricidiasepium+45% elephant grass+10% calliandra+30% concentrate); B (10% rice straw+20% Gliricidia sepium+30% elephant grass+10% calliandra+30% concentrate); C (20% rice straw+25% Gliricidia sepium+15% elephant grass+10% calliandra+30% concentrate) and D (30% rice straw+30% Gliricidia sepium+0% elephant grass+10% calliandra+30% concentrate). Variables measured were digestible nutrient, rumen fermentation and MPS that were analyzed by analysis of variance. Results showed that the Total VFA and propionic acid were significantly (P<0.05) higher in cattle received ration containing more Gliricidia sepium, resulting in the highest MPS in ration C. The relationship between the Total of VFA concentration andMPSshowing in equation: Y = 2.633 X-34.25 where Y = MPS(g/d) and X = Total VFA, with R 2 = 0.77. It was concluded that formula diet containing 20% rice straw supplemented with 25% Gliricidia sepium, 15% elephant grass, 10% calliandra and 30% concentrate improved the Total VFA of ruminal fluid and MPS of indigenous Bali cattle.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecernaan fermentatif bahan kering (KCFBK) dan bahan organik (KCFBO) serta hasil fermentasi ransum yang mengandung jerami padi dan disuplementasi dengan gamal sebagai RDP secara in vitro. Empat perlakuan ransum disusun berdasarkan BK adalah: (A) rumput gajah 45%+jerami padi 0%+gamal 15%+kaliandra 10%+konsentrat 30%; (B) rumput gajah 30%+jerami padi 10%+gamal 20%+kaliandra 10%+konsentrat 30%; (C) rumput gajah 15%+jerami padi 20%+gamal 25%+kaliandra 10%+konsentrat 30%, dan (D) rumput gajah 0%+jerami padi 30%+gamal 30%+kaliandra 10%+ konsentrat 30%. Fermentasi ransum secara in vitro pada pengamatan 4 dan 48 jam menggunakan metode Minson & Mc Leod Method (1972) yang dimodifikasi. Hasil penelitian menunjukkan, pada fermentasi ransum secara in vitro baik pada inkubasi 4 jam maupun 48 jam, pH substrat ransum tetap berada dalam kisaran normal (6,54-,79). Meningkatnya jumlah gamal sebagai RDP dalam ransum meningkatkan konsentrasi N-NH3, KCFBK dan KCFBO. Konsentrasi N-NH3, KCFBK dan KCFBO meningkat pada inkubasi 48 jam dibandingkan inkubasi 4 jam. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa potensi jerami padi sebagai komponen ransum ternak ruminansia terbaik ditunjukkan oleh perlakuan C dibanding semua perlakuan berdasarkan degradabilitas dan kecernaan BK dan BO ransum.
ABSTRAKPerubahan iklim yang telah melanda dunia mengharuskan aktivitas di bidang pertanian melakukan upaya adaptasi agar produktivitas pertanian dapat dipertahankan. Alysicarpus vaginalis adalah salah satu tumbuhan pakan lokal yang dapat tumbuh pada berbagai kondisi lingkungan. Terkait dengan hal tersebut sebuah riset survei telah dilaksanakan untuk mengkaji berbagai jenis tanaman pakan ternak (TPT) lokal di seluruh Bali. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan tanaman pakan yang memiliki sifat unggul dan dapat dikembangkan di berbagai wilayah di Bali. Lokasi sampling survei mengacu kepada peta yang disusun khusus untuk itu dengan meng-overlay peta jenis tanah, peta tata guna lahan, dan peta ikim. Berdasarkan hasil survei tersebut telah ditemukan beberapa spesies tumbuhan pakan ternak lokal yang memiliki ciri-ciri unggul. Salah satu diantaranya adalah tanaman Alysicarpus vaginalis sebagai TPT unggul, produksi hijauan A. Vaginalis sebanyak 46,302 kg DM ha -1 dengan komposisi botani 0,35% selain telah sesuai sifat-sifat di atas juga tanaman tersebut telah tersebar di seluruh Bali.Kata unci: Alysicarpus vaginalis, legum unggul, tanaman pakan ternak. ABSTRACTClimate change that has hit the world requires to make adaptation efforts so that agricultural productivity can be maintained. Alysicarpus vaginalis is one of the local variety forage that can grow in a various of environmental conditions. In this regard, a survey research has been carried out to study various types of local forages throughout Bali. The aim of the research is to obtain forages that have superior properties and can be developed in various regions in Bali. The survey sampling location refers to a map prepared specifically for that by overlaying a map of soil types, land use maps, and climate maps. Based on the results of the survey, several species of local forages that have superior characteristics have been found. One of them is Alysicarpus vaginalis plant as a forage superior, Alysicarpus vaginalis forage production as much as 46,302 kg DM ha -1 with 0.21% botanical composition.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.