This research aims at finding out characterization of a hydrolyzed fatty acid from moringa seeds oil (Moringa oleifera). Samples analyzed are dried and wet seeds which extracted through n-hexane to obtain oil. The extracted oil is analyzed for acid value and saponification value. Then, the hydrolysis of extracted oil with KOH solution and H2SO4 catalyst becomes free fatty acids, fatty acids analysis is then converted to be methyl ester using CH3OH solvent and H2SO4 as catalyst. This research uses gas chromatography mass spectrometry analysis, fatty acids of dried moringa seeds were lauric acid, paltoleic acid, palmitic acid, oleic acid, stearic acid, and arachidic acid. Meanwhile, fatty acids of wet moringa seeds were paltoleic acid, palmitic acid, oleic acid, stearic acid, eicosanoid acid, arachidic acid, behenic acid, and lignoceric acid. The highest component of methyl ester on both moringa seeds are methyl oleate with each presentation is 38,08% and 38,84%Keywords: Moringa seeds, Fatty acid, GC-MSPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakterisasi asam lemak hasil hidrolisis biji kelor (Moringa oleifera) dengan metode kromatografi gas-spektroskopi massa. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji kelor kering dan basah. Sampel biji kelor diekstraksi menggunakan n-heksan untuk memperoleh minyak. Ditentukan bilangan asam dan bilangan penyabunan. Menghidrolisis minyak hasil ekstraksi dengan larutan KOH dan katalis H2SO4 menjadi asam lemak bebas, analisis asam lemak kemudian dikonversi menjadi metil ester dengan menggunakan pelarut CH3OH dan H2SO4 sebagai katalis. Penelitian ini menggunakan Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa untuk mengidentifikasi asam lemak dalam sampel. Dari analisa Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa yang telah dilakukan, asam lemak minyak biji kelor kering yang dihasilkan adalah asam laurat, asam palmitoleat, asam palmitat, asam oleat, asam stearat, dan asam arakidat. Sedangkan untuk asam lemak minyak biji kelor basah yang dihasilkan adalah asam palmitoleat, asam palmitat, asam oleat, asam stearat, asam eikosenat, asam arakidat, asam behenat, dan asam lignoserat. Dimana komponen terbesar metil ester pada biji kelor kering dan biji kelor basah adalah metil oleat dengan persentasi masing-masing 38,08% dan 38,84%.Kata Kunci: Biji Kelor, Asam Lemak, KG-SM
A B S T R A C TBackground: Snakehead fish (Ophiocephalus striatus) is a freshwater fish that is utilized as anti-inflammatory and anticancer drug. The aim of this study was to determine the toxicity effect of snakehead fish powder (SFP), formulate it into liposome and in vitro study using sensitive and resistant breast cancer cells. Methods: Dried powder of snakehead fish was made using the atomizer then made a test solution which was divided into 7 treatment groups in different concentrations. They were exposed to zebrafish embryos then observed for 72 h post fertilization (hpf). After acquiring the half maximal inhibitory concentration (IC50) and lethal concentration (LC50) of SFP, these concentrations were used to formulate SFP into liposome by extrusion method. SFP-liposomes were characterized and stable tested. Afterwards, SFP-liposomes were evaluated in vitro using sensitive and resistant breast cancer cells. Results: The maximum allowed toxicant concentration of SFP was 0.0543 mg/mL meaning slight toxic symptoms, IC50 = 0.0945 mg/mL showing the growth inhibition of zebrafish embryos, and LC50 = 0.1549 mg/mL meaning very toxic category that has killed zebrafish embryos. The characterization results showed that size of SFP-liposome were 121 nm ± 0.29, polydispersity index 0.06 ± 0.02, zeta-potential -10.15 mV ± 0.36 and % entrapment efficiency (EE) 85.75% ± 2.24. Six weeks of stability study showed that size profile was stable at 25°C and 37°C. Moreover, SFP-liposomes inhibited breast cancer cell proliferation when evaluated with 4T1 and MDA-MB231-sensitive and resistant cells. Conclusion: SFP has bioactive compounds based on toxicity effect and can be formulated into liposome as a promising nanonutraceutical formulation.
Implementasi konservasi kelelawar berdampak positif terhadap perkembangbiakan satwa ini dan sosial ekonomi bagi Masyrakat. Pengabdian Pada Masyarakat ini bertujuan memberikan pemahaman kepada Kelompok Masyarakat Pemanfaat Kelelawar tentang penerapan konservasi kelelawar berkelanjutan. Metode pelaksanaan melalui Penetapan wilayah konservasi in-situ, pembinaan Kelompok Pemanfaat Kelelawar melalui Model PRA, dan pengawasan wilayah konsevasi. Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Olibu, Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo. Kelompok sasaran adalah Kelompok Pemanfaat Kelelawar yang berada di desa Olibuu, terdiri atas: Kelompok Accerodon, dan Alecto. Implementasi konservasi kelelawar didesa Olibu telah ditetapakan kawasan hutan manggorve sebagai kawasan konservasi In-situ bagi satwa kelelawar. Pengawasan wilayah konservasi dilakukan secara terpadu bersama masyarakat. Pembinaan kelompok memberi dampak terhadap peningkatan pengetahuan bagi Kelompok Pemanfaat Kelelawar. Tercapainya kesepakatan antara kelompok, Pemerintah Desa, Pemerintah Kecamatan, Perwakilan Masyarakat, dan Universitas Negeri Gorontalo tentang inplementasi konservasi kelelawar di Desa Olibu: Larangan penebangan hutan Mangrove 1), Larangan menggunakan senjata api atau sejenisnya untuk berburu kelelawar 2), Frekuensi menangkap kelelawar di lokasi in-situ di kurangi (2 kali dalam seminggu), dengan cara menggunakan Mist Net, dan dilakukan pada pukul 03.00 am - 05.00 am 3), sortasi kelelawar, dengan kriteria: kelelawar yang berukuran kecil, bunting dan menyusui anak, dilepaskan kehabitatnya 4)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik selulosa dari limbah kulit kacang tanah yang meliputi kadar air, kadar abu, dan kadar selulosa serta mengetahui berapa daya adsorpsi optimum kulit kacang tanah terhadap ion logam besi berdasarkan variasi massa, pH, dan waktu kontak. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit kacang tanah. Tahap pembuatan selulosa dari kulit kacang tanah terdiri dari tahap dewaxing, delignifikasi dan bleaching. Karakterisasi selulosa menggunakan Instrument Fourier Transform Infrared (FTIR). Aplikasi selulosa digunakan sebagai adsorben logam besi dengan menggunakan Atomic Absorption Spektrofotometri (AAS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa selulosa yang diperoleh memiliki kadar abu sebesar 5,01%, kadar air 2,7%, kadar selulosa 59,58%. Hasil optimum untuk variasi massa adalah 1 gram dengan konsentrasi besi yang teradsorpsi adalah 0,7467 mg/L, untuk hasil optimum pada variasi pH adalah pH 5 dengan konsentrasi besi yang teradsorpsi adalah 0,8502 mg/L, dan untuk variasi waktu kontak paling optimum adalah 90 menit dengan konsentrasi besi yang teradsorpsi adalah 0,5386 mg/L.
Chemistry learning has so far emphasized macroscopic and symbolic aspects as a result of misconceptions and students' low understanding of chemistry. This study aims to determine the influence of science process skill through guided inquiry model on student learning outcomes on acidic-basicsolution topic. The type of research is experimental research with Posttest-Only Control Design. Sampling was done by using Purposive Sampling technique. The sample of research for the experimental class and control class were 31 students, respectively. Data collection using objective test as an instrument that contains test about acidic acid material. Data analysis technique used to test the research hypothesis is t-test. Based on the statistical results obtained the average value of post-test experimental class is 58.55 while for the control class the average post-test value is 39.68. Result of data analysis for learning result show that in significant level 0,05 obtained tcount> t table (6,22> 1,671), then H0 rejected or accepted H1. Thus it can be concluded that there is the influence of process skills of science through guided inquiry model on student learning outcomes on acidic acid solution materials.The positive effects are also discussed in this study.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan soal open-ended pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit di SMA Negeri 1 Gorontalo. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Responden penelitian ada 43 siswa kelas X IPA 1 di SMA Negeri 1 Gorontalo. Pengumpulan data diperoleh dengan cara observasi, pemberian tes dan dokumentasi. Data yang digunakan berupa data hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa yang menggunakan 3 indikator yaitu indikator kefasihan (fluency), keluwesan (flexibility), dan kebaruan (originality). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencapaian rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa pada indikator kefasihan (fluency) memperoleh nilai 69,37% (kategori baik), indikator keluwesan (flexibility) siswa mendapatkan nilai sebesar 61,53% (kategori baik), dan indikator kebaruan (originality) memperoleh nilai 56,58% (kategori cukup).
COVID-19 is a disease that caused a prolonged pandemic in many countries caused by the SARS-CoV-2 virus. This study aims to identify the antiviral potential of secondary metabolites in Gorontalo traditional medicinal plants, which are believed to have the ability to inhibit the main protease protein of this virus. The methods used in this research were molecular docking and molecular dynamic. The main protease proteins for SARS-CoV-2 used based on the homology modeling results were 3V3M and 7TE0. The results of the active compounds in the paxlovid drug were also compared to obtain accurate data comparisons. The validation of the docking method on the 3V3M protein using the natural ligand 0EN revealed an RMSD of 0.75 Å. The RMSD value for validating the 7TE0 protein and natural ligand 4WI was 1.65 Å. The best molecular docking results were obtained using physalin F with a binding affinity of −10.3 kcal/mol for the 3V3M protein and physalin J with a binding affinity of −8.9 kcal/mol for the 7TE0 protein. The outcomes of the molecular dynamic method on the best complexes were determined by examining the value of changes in system energy, changes in system temperature, changes in system pressure, RMSD, RMSF, and bond-free energy (ΔG) of the complex. The standard 0EN ligand had a ΔG of −26.53 kcal/mol, while the standard 4WI ligand had a ΔG of −47.16 kcal/mol. The ΔG of the 3V3M-physalin F and 3V3M-physalin J complexes were respectively −28.22 kcal/mol and −26.62 kcal/mol. The ΔG of the 7TE0-Vitexin 2”-O-gallate and 7TE0-physalin J complexes were found to be −28.08 kcal/mol and −26.62 kcal/mol, respectively. The ΔG produced in paxlovid with complexes 3V3M and 7TE0 was −19.38 kcal/mol and −25.44 kcal/mol, respectively. Physalin F, physalin J, and Vitexin 2”-O-gallate have great potential to become SARS-CoV-2 inhibitor agents. However, in terms of structural stability and binding-active residues, these three compounds do not outperform the active substance in paxlovid.
Kerang darah (Anadara granosa) mengandung senyawa glikoprotein yang diperkirakan dapat berperan sebagai zat imunomodulator dengan aktivitas tinggi. Penelitian bertujuan mempelajari potensi kerang darah (Anadara granosa) dalam mekanisme sistem imun tikus (Rattus norvegicus) strain Spraque Dawley. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Gorontalo dan Laboratorium Primata Bogor IPB selama periode Maret-Oktober 2015. Peranan itu dijelaskan melalui ekspresi imunoglobulin A (IgA) dan skor histologi rasio CD4+/CD8+ sel T mukosa usus secara imunohistokimia. Metode penelitian adalah eksperimental laboratorik dengan menerapkan randomized post test only control group design terhadap 30 ekor tikus yang dipilih secara simple random sampling. Sampel dibagi dalam lima kelompok: (i) kontrol normal; (ii) dan (iii) adalah sampel malnutrisi yang masing-masing mendapat perlakuan ransum nonprotein sebagai kontrol positif [K.kg(+)] dan ransum standar kasein 20% sebagai kontrol negatif [K.kg(−)]; serta (4) dan ( 5) adalah sampel malnutrisi yang mendapat perlakuan ransum protein kasein 10% yang dikombinasi dengan tepung kerang darah 10% [P.kg1] dan diberi ransum tepung kerang darah 20% [P.kg2]. Perlakuan terhadap subjek selama 45 hari. Kondisi malnutrisi (kadar albumin<2,7 g/dL) diperoleh dengan pemberian ransum nonprotein. Setelah perlakuan, tikus dinekropsi untuk pengambilan jaringan usus. Pemeriksaan IgA dan skor rasio CD4+/CD8+ sel T jaringan mukosa usus (jejunum dan ileum) dengan metode imunohistokimia. Hasil penelitian menunjukkan kerang darah berpotensi meningkatkan kadar IgA, meningkatkan skor histologi CD4+, dan menurunkan skor histologi CD8+ sehingga memengaruhi peningkatan skor rasio CD4+/CD8+ sel T jejunum dan ileum mukosa usus tikus malnutrisi. Simpulan, terdapat peningkatan jumlah ekspresi IgA pada jejunum maupun ileum mukosa usus kelompok yang diberikan suplementasi kerang darah lebih baik dibanding dengan kelompok tanpa diberi suplementasi.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.