<p>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar ekosistem melalui penggunaan laboratorium alam klas 7 di SMP negeri 86 Jakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan penelitian Tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan secara saintifik antara peneliti dengan guru IPA dan siswa yang menjadi subjek dari penelitian. PTK dilakukan dua siklus dengan empat kali pertemuan. Kegiatan siklus terdiri dari empat kegiatan pokok yaitu perencanaan (plan), tindakan pelaksanaan (action), observasi (observation), dan refleksi (reflective). Akhir dari pengajaran kelas PTK diberikan tes berbentuk soal dan angket. Hasil data kemudian akan dianalisis dalam bentuk analisis deskriptif, kualitatif dan kuantitatif. Dari data penelitian menunjukkan bahwa penggunaan laboratorium alam meningkatkan hasil belajar biologi siswa dengan pokok bahasan ekosistem kelas 7 SMP Negeri 86 Jakarta Selatan sebesar 80% peningkatan tersebut diperoleh setelah dua kali siklus tindakan kelas.</p><p> </p>
Abstract. Sitanggang NDH, Zuhud EAM, Masy’ud B, Soekmadi. 2022. Ethnobotany of the Toba Batak Ethnic Community in Samosir District, North Sumatra, Indonesia. Biodiversitas 23: 6114-6118. The Toba Batak ethnic community is one of the ethnic groups in Indonesia that is believed to have unique characteristics in terms of ethnobotanical aspects. The objectives of this study were to identify the diversity of plant species that were used and collected by the Toba Batak ethnic community, analyze their Cultural Significance Index and determine the economic potential of plant species of high cultural value. The survey was conducted in four villages near Samosir Botanical Gardens and Aek Natonang Lake. We collected data through field observations and interviews with key respondents of chiefs, healers, homemakers and youth as users. We analyzed the data to determine the number of plant species collected and used by the Toba Batak ethnic community, to calculate the cultural importance of the plant species, and to determine the economic potential of the plant species. The result showed that the community collected and used 146 plant species from 53 families. We distinguished it into three categories, food (66 species), medicine (67 species) and traditional rituals (13 species). Twenty plant species had the highest cultural value (ICS > 30). Nine species had the highest cultural value, i.e., ginger (Zingiber officinale) (54), rice (Oryza sativa) (50), garlic (Allium sativum) and turmeric (Curcuma longa) 48), mango (Mangifera indica) and sweet potato (Ipomoea batatas) (40), and lime (Citrus aurantifolia), kaffir lime (Citrus hystrix) and rambutan (Nephelium lappaceum) (39). Six of the nine plant species with high cultural value were considered potential and priority economic commodities. These species were ginger, rice, garlic, turmeric, mango and sweet potato.
Optimizing reservoirs for ecotourism development is one way to increase local or national economics without impairing environmental conditions, alongside as an adapting or mitigating process to climate change, which is part of sustainable development goals, especially in the Aek Natonang’reservoir, where there is also a botanic garden and a conservation zone function. Hence, this research tried to explore, investigate, and analyze the role of reservoirs in ecotourism and their coping with climate change impacts, as well as their hopefully positive welfare impact on the welfare of the local people. The direct observation and in-depth individual interviews with some of the respondents collected data in the field, alongside assessment of environmental aspects or conditions. The result of this research has shown that the reservoir of Aek Natonang areas as a water conservation paradigm that would support the local activities in their daily lives as well as act as an adapting and mitigating process to climate change impacts. Hence, ecotourism development is one way to cope with it, and it is part of the challenges and opportunities in Aek Natonang areas management to ecotourism development in the framework of local or national economic growth based on the reservoir of potential.
<p>Pola-pola pembangunan saat ini, mencerminkan bagaimana masyarakat dalam menyikapi kekayaan maupun potensi ekologi-lingkungan sekitar, untuk modal dalam pembangunan, di samping perannya sebagai pengemudi dan pengontrol ritme alam, sehingga menentukan stabilitas dinamika hubungan antara sesama dan alam sekitar. Di samping itu, keseimbangan tatanan alam, juga dapat dibangun dan tercipta dari perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi (IPTEKS),yang dikembangkan untuk memudahkan manusia mengeksplore lebih jauh kekayaan atau potensi tatanan ekologi-lingkungan dengan segala konsekuensinya. Oleh karena itu, dimensi kajian ekologi mempunyai peran penting dalam mendeteksi, merefleksi dan mengevaluasi dinamika pembangunan tersebut, sertamampu menentukan langkah kedepan, yang mengarah pada keseimbangan alam yang komprehensif dan integratif, baik secara ekologis maupun non ekologis. Kajian pustaka <em>(Library Research)</em>dan pengamatan intensif <em>(Depth-Observations)</em>, yang digunakanuntukmenganalisa kontens dari fenomena ekologismaupun non ekologis, sehingga elaborasi maupunkolaborasikeilmuan sangat dibutuhkandalammemahamidinamikatatananekologismaupun non ekologis, terkaitadanyaproses pembangunan yang terusberjalan. Asumsi mengenai hubungan manusia dengan alam tidak akan tercapai keseimbangan atau harmonisasi, bilamana paradigma pembangunan yang dibangunnya tidak mencerminkan atau merepresentasikan pada kaidah-kaidahekologis yang berlaku. Oleh karena itu, kerusakan demi kerusakan ekologis terus mengalami peningkatan dengan tahap yang semakin mengkwatirkan, yang tentunya dapat mengarah pada tahap kerusakan non ekologis (konflik sosial, ekonomi, budaya, politik, bahkan agama), bilamana tiadanya solusi yang strategis dan alternatif, dalam meresponnyasecaraadaptifdanpersuasif.</p><p> <strong>Kata Kunci: </strong>PotensiEkologi-lingkungan,KeseimbanganEkologisdan Non ekologis, KaidahEkologis, sertaPembangunan Berkelanjutan</p><p> </p><p> </p>
<p>Metode penelitian yang digunakan untuk menganalisis adalah metode <br />eksperimen, sedangkan pengujian hipotesis menggunakan Uji-t untuk uji beda rata-rata, yang sebelumnya telah dilakukan uji normalitas menggunakan uji Liliefors dan uji homogenitas menggunakan uji Fisher. Berdasarkan uji normalitas data kelas eksperimen dengan menggunakan rumus uji Liliefors didapat Lo < Ltabel (0.08 < 0.19), sedangkan kelas kontrol Lo < Ltabel (0.109 < 0.19), dari data tersebut dapat dinyatakan kedua kelas berdistribusi normal, sedangkan untuk uji homogenitas didapat Fhitung < Ftabel (1.13 < 2.165) adalah homogen. Hasil uji hipotesis menggunakan uji-t didapatkan hasil Thitung > Ttabel (4.647 > 2.093), maka hipotesis H0 di tolak dan H1 diterima.Hasil temuan penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar Biologi yang dilakukan dengan menggunakan metode Resource Based Learning untuk materi Ekosistem yang diajarkan terdapat perbedaan dengan menggunakan metode Diskusi pada matapelajaran Biologi materi Ekosistem kelas X MA Al-Khairiyah. </p>
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.