Pendidikan di Indonesia bertujuan untuk mengembangkan peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berahklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3). Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan tersebut, seorang pendidik yang melakukan proses pembelajaran perlu melakukan serangkaian kegiatan yang dimulai dari perencanaan, menentukan strategi, pemilihan materi dan metode pembelajaran, sampai pada penilaian yang tepat. Pembentukan kinerja guru yang efektif merupakan hasil kombinasi dari banyak faktor, seperti komitmen, pertumbuhan pribadi, lingkungan sekolah, budaya yang berlaku, inovasi guru dan lain-lain. Semua faktorfaktor memiliki hubungan langsung atau tidak langsung dengan tindakan yang dilakukan oleh kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai
Pendidikan di Indonesia bertujuan untuk mengembangkan peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berahklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3). Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan tersebut, seorang pendidik yang melakukan proses pembelajaran perlu melakukan serangkaian kegiatan yang dimulai dari perencanaan, menentukan strategi, pemilihan materi dan metode pembelajaran, sampai pada penilaian yang tepat. Pembentukan kinerja guru yang efektif merupakan hasil kombinasi dari banyak faktor, seperti komitmen, pertumbuhan pribadi, lingkungan sekolah, budaya yang berlaku, inovasi guru dan lain-lain. Semua faktorfaktor memiliki hubungan langsung atau tidak langsung dengan tindakan yang dilakukan oleh kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI KERJA DAN KINERJA GURU Nasrun Fakultas Ilmu Pendididkan, Universitas Negeri Medan Jl. Williem Iskandar Psr V Kotak Pos 1589 -Medan Abstract: The Influence of Principal Leadership on Teachers' Motivation and Their Performance.The purpose of this study to determine the effect of school leadership on work motivation and the performance of teachers. This type of research used in this research is explanatory research with methods of ex post facto basis that the research carried out relatively non-experimental. The population in this study were teachers in SMA Medan 241 teachers. This research uses descriptive statistical analysis and analysis infrensial. The results coefficient values obtained between the leadership of the principal lines of work motivation of teachers for 0,249 and the path coefficient between the leadership of the principal on teacher performance amounted to 0,156. This shows that the school leadership have a significant influence on the motivation and performance of teachers. Abstrak: Pengaruh Kepemimpinan Kepala sekolah terhadap Motivasi kerja dan KinerjaGuru. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi kerja dan kinerja guru. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory research dengan metode expost facto dengan pertimbangan bahwa penelitian yang dilaksanakan tergolong non eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah guru di SMA Negeri Kota Medan sebanyak 241 guru. Penelitian ini mengunakan analisis statistik deskriptif dan analisis infrensial. Hasil penelitian didapatkan nilai koefisien jalur antara kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi kerja guru sebesar 0,249 dan koefisien jalur antara kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru sebesar 0,156. Hal ini menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap motivasi kerja dan kinerja guru.Kata kunci: kepemimpinan kepala sekolah, motivasi, kinerja guru
Bioetanol memiliki banyak fungsi dan kegunaan, diantaranya sebagai pelarut. Bioetanol belakangan ini dikenal sebagai salah satu bahan bakar alternatif yangcukup potensial, selain dapat dibuat dengan mudah dan dengan biaya murah,bioetanol juga dapat dibuat dari berbagai bahan baku yang ada di alam. Pada penelitian ini dibuat bioetanol dari kulit pepaya, tujuannya adalah untuk mengkaji pengaruh jumlah ragi dan waktu fermentasi terhadap jumlah bioetanol yang diperoleh. Hasil penelitian didapatkan bahwa volume bioetanol tertinggi 31,17 ml didapatkan pada perlakuan waktu fermentasi selama 4 hari dan penambahan ragi Saccaromyces cereviceae sebanyak 15 gram, densitas bioetanol tertinggi diperoleh pada jumlah ragi 15 gram dengan waktu fermentasi 4 hari yaitu 0,883 gr/ml, pH media tertinggi selama fermentasi yaitu 5 yang terdapat pada jumlah ragi 20 gram dengan waktu fermentasi 3, 4, dan 5 hari. Rendemen bioetanol yang paling tinggi diperoleh pada jumlah ragi 15 gram dengan waktu fermentasi 4 hari yaitu sebesar 6,23%.
In classroom learning, students need mathematical cognitive flexibility to be able to solve mathematical problems with the various ideas they express. To solve the problems, they must be able to grasp the problem, see it from various points of view, and should not be rigid thinking with one solving method. In fact, the students still lack the ability to think flexibly in solving math problems. This exploration is necessary to determine how to encourage the students’ creative problem-solving. The purposive sampling technique is used to select two out of 150 of 4th Grade students who have taken an initial test to measure their creative abilities. Problem-solving worksheet, think-aloud records, and interviews are used as data collection instruments. Then, the data were analyzed using a qualitative descriptive approach. The research instrument is validated by two professors of mathematics. Through a series of revisions based on expert advice, the validity results are said to be feasible for use. To check for reliability, field tests are tested on 10 students who meet the criteria as research subjects. Analysis results indicate that cognitive abilities involve cognitive processes in the form of the ability to assess process by looking for patterns of numbers, mentally compute, estimate, and assess the rationality or reasonableness of calculation results. Other findings on students' cognitive processes in solving math problems include looking for number patterns, carrying out trial-and-error (also called guess-and-check), and drawing diagrams. Students with cognitive flexibility tend to use trial-and-error when solving mathematical problems.
Pirolisis adalah dekomposisi kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen atau reagen kimia lainya dimana material mentah akan mengalami pemecahan stuktur kimia menjadi fase gas. Setelah minyak didistilasi analisa meliputi nilai kalor pembakaran, titik nyala (flash point), kadar abu, kadar air dan analisa komposisi. Nilai kalor pembakaran didapat sebesar 10.541,75 Kcal/Kg. Titik nyala (flash point) tetinggi pada suhu 260oC dimenit ke 15 diperoleh sebesar 63,9oC pada titik nyala terendah didapat pada suhu 300oC dimenit ke 60 diperoleh sebesar 57,5oC. Kadar abu tertinggi diperoleh pada suhu 300oC dimenit ke 60 yaitu 0,26% dan kadar abu paling sedikit diperoleh pada suhu 2600C dimenit ke 15 yaitu 0,01 %. Kadar air terbaik diperoleh pada suhu 300oC dimenit ke 60 yaitu 0,01%. Hasil pengujian analisa komposisi menunjukkan persentase terbanyak adalah C12H24 yaitu sebesar 41,9 %. Dari semua variable yang dipelajari suhu memberikan pangaruh yang paling nyata. Konstanta kecepatan reaksi dipengaruhi oleh suhu sesuai dengan persamaan Arrhenius, dengan nilai aktivasi energi 10.106,77 kj/mol.
Budok yang disebabkan oleh Synchytrium pogostemonis merupakan penyakit terpenting pada tanaman nilam. Pengendalian kimiawi dilakukan apabila diprediksi akan terjadi serangan berat. Penelitian dilakukan menggunakan fungisida benomil (Benlate 50 WP) dan tembaga oksida (Kocide 77 WP) pada kepekatan 0.1%, 0.2 % dan campuran 1 g tembaga oksida dan 1 g L-1 benomil. Penyemprotan dilakukan pada tanaman delapan kali dengan selang waktu satu minggu. Panen dilakukan 2 minggu setelah akhir penyemprotan. Residu tembaga pada daun kering dianalisis dengan AAS dan residu benomil dianalisis dengan HPLC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa benomil 0.1% dapat menurunkan intensitas penyakit secara nyata dibandingkan dengan benomil 0.2%, tembaga oksida, dan campuran keduanya. Benomil meningkatkan hasil lebih baik dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Residu tembaga dalam daun kering terdeteksi bervariasi sesuai perlakuan, yaitu antara 460 ppm dan 950 ppm. Residu benomil ialah 54-100 ppb. Bibit nilam sakit yang berasal dari stek sakit masih dapat digunakan bila disemprot dengan 0.1% benomil empat kali dengan selang waktu 2 minggu.
The performance of lecturers in a university is measured through Tri Darma namely education, research, and community service. This research is a quantitative study using regression analysis. The research sample was 186 lecturers at Samudra Langsa University determined using tablesKrejcie. The questionnaire is a data collection tool used in this study. Data analysis using EViews.10 The results showed that partially; (1) work motivation (X1) influences lecturer performance; (2) job satisfaction has an effect onlecturer performance; and simultaneously obtained that; (3) work motivation and job satisfaction have a positive and significant effect on lecturer performance. The magnitude of the contribution of independent variables to the dependent variable is 27.86% and the rest 72.14% is influenced by variables not observed in this study. So it can be concluded thatfor one of the efforts that can be done to improve the performance of lecturers at Samudra Langsa University is to increase the motivation and job satisfaction of lecturers.
ABSTRAK<br />Penelitian karakteristik Ralstonia solanacearum penyebab<br />penyakit layu bakteri nilam telah dilakukan di pertanaman nilam petani di<br />Pasaman Barat Sumatera Barat dan laboratorium serta rumah kaca<br />Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Kegiatan<br />lapangan meliputi identifikasi gejala penyakit dan pengambilan sampel<br />tanaman sakit pada empat kebun nilam terinfeksi penyakit layu bakteri<br />berdasarkan tingkat serangan tertinggi (di atas 75%) yang dilakukan pada<br />bulan Januari 2003. Kegiatan laboratorium dan rumah kaca meliputi<br />isolasi dan pengamatan morfologi bakteri patogen, pengujian hipersensitif,<br />patogenisitas, sifat-sifat bakteriologi, pigmen fluoresen, antibiotik, biovar<br />dan ras patologi yang dilaksanakan pada bulan Januari sampai Agustus<br />2003. Hasil penelitian menunjukkan bahwa didapatkan 31 isolat bakteri<br />patogen yang menunjukkan reaksi hipersensitif pada daun tembakau, dan<br />20 isolat dari isolat tersebut mampu menginfeksi bibit nilam dengan gejala<br />layu seperti gejala di lapangan dengan masa inkubasi menunjukkan gejala<br />14,6 – 39,0 hari setelah inokulasi (HSI). Isolat Ns 31 adalah isolat paling<br />virulen. Hasil analisis sifat-sifat bakteriologi menyimpulkan isolat bakteri<br />asal nilam dari Pasaman Barat Sumatera Barat adalah Ralstonia<br />solanacearum. Berdasarkan hasil pengujian biovar dan kisaran inang maka<br />isolat tersebut dikelompokkan ke dalam biovar III dan ras satu.<br />Kata kunci : Nilam, Pogostemon spp., penyakit, bakteri, Ralstonia<br />solanacearum, Sumatera Barat, D.I. Yogyakarta<br />ABSTRACT<br />Physiological characteristics of Ralstonia solanacearum<br />causing bacterial wilt disease on patchouli plant<br />The study of characteristics of Ralstonia solanacearum causing<br />bacterial wilt disease on patchouli plant was conducted in the patchouli<br />plant field in Pasaman Barat West Sumatera and bacteriological laboratory<br />and green house of Agricultural Faculty of Gadjah Mada University,<br />Yogyakarta. The field activity were identification of disease symptom and<br />collection of infected plant by bacterial disease from the patchouli plant<br />field that have the height disease intensity (more than 75%) that was<br />conducted on January 2003. Activity of laboratory and green house were<br />isolation and assay of bacterial morphology, hypersensitive and<br />pathogenicity test, bacteriological characteristic, fluorescens pigment,<br />antibiotic, biotype and ras pathology were conducted from January to<br />August 2003. Results showed that 31 isolates showed hypersensitive<br />reaction on tobacco leaf. Twenty isolates infected patchouly plant with<br />wilt symptoms with incubation period 14.6 – 39.3 days after inoculation.<br />Ns 31 was the most virulent isolate. Analytic results of bacteriological<br />characteristic showed that the bacterial isolates of Patchouli plant from<br />West Pasaman-West Sumatera is Ralstonia solanacearum. Based on<br />biotype and host range test, this isolates was grouped into biotype III and<br />ras one.<br />Key words : Patchouli, Pogostemon spp., disease, bacteria, Ralstonia<br />solanacearum, West Sumatera, D.I. Yogyakarta
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.