Sistem pendaftaran online adalah sebuah sistem dimana pasien melakukan pendaftaran untuk mendapatkan pemeriksaan dari fasilitas pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan teknologi. Saat ini beberapa rumah sakit milik pemerintah sudah menerapkan sistem pendaftaran online guna mempermudah proses pendaftaran pasien. Technology Acceptance Model merupakan sebuah model untuk mengukur faktor yang mempengaruhi diterimanya suatu sistem informasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran penerimaan pasien terhadap pendaftaran online serta kendala yang terjadi saat menggunakan pendaftaran online. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis kuantitatif dengan desain penelitian crossectional. Dari hasil penelitian yang melibatkan 106 responden 48% diantaranya menyatakan sudah menggunakan sistem pendaftaran online. Karakteristik pasien di RSUP Fatmawati mayoritas berjenis kelamin perempuan (69,81%), umur rata-rata 36 tahun, pendidikan terakhir kebanyakan berpendidikan SMA (59,4%), berstatus menikah (84%), pekerjaan terbanyak yaitu Ibu rumah tangga (31,1%), suku terbanyak yaitu jawa (33%). Pendapatan rata-rata keluarga >UMR (69%). factor yang mempengaruhi penerimaan pasien terhadap sistem pendaftaran online di RSUP Fatmawati adalah faktor Perceived Ease of Use (persepsi kemudahan penggunaan), Behavioral Intention to Use (niat perilaku). Faktor yang paling berpengaruh terhadap penerimaan pasien pada sistem pendaftaran online adalah faktor Behavioral Intention to Use/niat perilaku.. Disarankan RSUP Fatmawati untuk lebih menyosialisasikan cara menggunakan pendaftaran online kepada pasien/masyarakat. Selain itu diharapkan sistem tidak hanya dibuat di android, tapi juga di iOS agar jangkauannya lebih luas, dan diharapkan tersedianya informasi terkait batasan pasien di poliklinik.
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit memerlukan penanganan medis berupa pengaturan diet, pola hidup yang teratur serta terapi pengobatan. Penanganan medis terutama kualitas diet yang buruk pada penderita diabetes dapat mengakibatkan komplikasi seperti arteri koroner dan penyakit pembuluh darah perifer, stroke, nefropati diabetes, amputasi, gagal ginjal dan kebutaan. Mengingat besarnya dampak negatif yang disebabkan oleh progresivitas penyakit diabetes tersebut perlu dilakukan evaluasi kualitas diet penderita DM agar dapat dijadikan ajuan dalam penentuan rekomendasi perbaikan diet. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kualitas diet penderita diabetes melitus tipe II di Jakarta Barat. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Sampel penelitian diambil dengan cara accidental sampling yang memenuhi kriteria sampel dan didapatkan saampel sebanyak 102 orang. Pengumpulan data konsumsi menggunakan metode food recall 2x24 jam kemudian kualitas diet dianalisis menggunakan metode Diet Quality Index-International (DQI-I). Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata skor keberagaman pangan sebesar 17.3±1.74 (mean±SD). Rata-rata skor kecukupan 20.2±3.45 (mean±SD). Rata-rata skor moderasi sebesar 15.4±3.93 (mean±SD). Rata-rata skor keseimbangan zat gizi 1.3±1.35(mean±SD). Rata-rata skor DQI-I (kualitas diet) secara menyeluruh 54.2±7.03(mean±SD). Keberagaman pangan responden cukup baik namun kecukupan, keseimbangan asupan lemak, keseimbangan zat gizi responden masih perlu perbaikan. Oleh karena itu perlu dilakukannya sosialisasi mengenai penatalaksanaan diet DM tipe II yang tidak hanya fokus ke pembatasan konsumsi karbohidrat dan gula saja tetapi secara menyeluruh agar dapat meningkatkan kualitas diet responden.
Pada tanggal 7 Januari 2020, China mengidentifikasi kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya sebagai jenis baru coronavirus atau biasa disebut COVID-19 Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan desain crosssectional. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Mekar Sari Bekasi dengan sampel 220 pasien COVID-19. Hasil penelitian menunjukan SPO tatalaksana pasien COVID-19 di Rumah Sakit Mekar Sari Bekasi menggunakan Pedoman Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 oleh Kemenkes. Untuk karakteristik pasien pasien berjenis kelamin perempuan (50,9%). Kategori usia paling banyak adalah 46-59 Tahun (37,3%). Pekerjaan paling banyak non-medis (85,5%). Berdomisili di Kota Bekasi (69,1%). Gejala yang paling banyak dirasakan adalah batuk (84,1%). Tidak memiliki kondisi penyerta (59,5% ) tetapi kondisi penyerta paling banyak Hipertensi (22,3%). Hasil swab antigen positif (100%). Hasil PCR Positif (69,5%). Limfosit menurun (55,9%). Hasil X-Ray tidak normal (75,5%). Tidak memiliki riwayat kontak dan paparan virus (66,4%). Memiliki riwayat kontak dengan pasien COVID-19 (15,9%). Kriteria pasien terkonfirmasi COVID-19 (72,3%). Saat pulang pasien masih harus melakukan Isolasi Mandiri (39,5%). Kodefikasi kasus dengan ICD-10. Masyarakat harus mematuhi protokol kesehatan untuk pencegahan dan pengendalian kasus COVID-19 di Indonesia.
Submission of claim files to BPJS Health is carried out every 10th of the month, BPJS Health will provide information whether the claim file is feasible or not. If the claim file is not feasible, it needs to be corrected. The purpose of the research is to describe the role of the coder in filing claims for BPJS Health inpatients at RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai City. The research method used is descriptive method with a quantitative approach. The sample uses 43 claim files returned by BPJS Health in April and May 2021 and also interviews with two coders. Data is collected by using observation with a checklist instrument and interviews with interview guidelines. The result shows that the hospital does not have standard operating procedures related to the submission of BPJS Health claim files, from 276 files (100%) submitted in April and May 2021, there were 233 files (84,42%) that deserve to be claimed and 43 files (15,58%) that were returned (not eligible). The reasons for the return were due to confirmation of diagnosis (18,60%), medical support (25,58%), indications for hospitalization (16,28%), coding (11,63%), purification failure (6,98%) and other causes (20,93%). The roles of the coder in handling claim files are assembling, determining the primary diagnosis code and secondary diagnosis based on ICD-10, determining the code of action (procedure) based on the ICD-9-CM, and coordinating with various internal parties for the completeness of the BPJS Health claim file. Suggestions for hospital to make standard operating procedures related to claim files submission and coders to be more thorough in preparing the complete claim files.
Abstrak Berdasarkan amanat Undang-Undang RI Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, sejak 1 Januari 2014 Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan mulai berlaku dan ditargetkan mulai 1 Januari 2019 semua warga negara sudah terdaftar menjadi peserta BPJS yang tentu berdampak meningkatnya jumlah pasien di pelayanan kesehatan tingkat 1. Meningkatnya jumlah peserta BPJS mempengaruhi tingkat kepuasan masyarakat salah satunya adalah faktor pengetahuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien tentang BPJS Kesehatan melalui beberapa indikator antara lain dari peserta jaminan kesehatan, anggota keluarga yang ditanggung, hak dan kewajiban peserta, pendaftaran menjadi peserta, perubahan data kepesertaan, iuran, denda keterlambatan, penghentian pelayanan kesehatan, fasilitas bagi peserta, manfaat akomodasi rawat inap, pelayanan kesehatan yang dijamin, alur pelayanan kesehatan, tata cara mendapatkan pelayanan kesehatan, dan pelayanan kesehatan yang tidak dijamin. Penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian dilakukan di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat sebanyak 85 responden dengan teknik pengumpulan data melalui angket. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa tingkat pengetahuan peserta BPJS masih rendah, peserta BPJS memilih rumah sakit yang bekerja sama dengan BPJS sesuai keinginan, keterlambatan iuran 2 bulan masih dapat digunakan untuk mendapat pelayanan kesehatan, dan peserta BPJS kelas III dapat dirawat di kelas I. Disarankan kepada pihak Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk untuk mensosialisasikan tentang rujukan berjenjang dari Faskes 1 ke Faskes berikutnya, dan perlu menginformasikan agar menyelesaikan denda keterlambatan iuran untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, serta manfaat akomodasi rawat inap berlaku pada kenaikan kelas. Kata kunci: pengetahuan, pasien, BPJS Kesehatan Abstract Based on the rules of the Republic of Indonesia Law Number 24 of 2011 concerning the Guarantee Organizing Agency Socially, since January 1, 2014 the Health Insurance Organizing Agency will be effective and targeted to start January 1, 2019 all citizens have been registered as BPJS participants which certainly has an increasing number of patients 1. Increasing BPJS participants influence the level of community satisfaction, one of which is the knowledge factor. Research This aims to determine the level of knowledge of patients about BPJS Health through several indicators include participants from health insurance, family members who are covered, rights and obligations participant, registration as participant, change in membership data, contributions, late fees, termination health services, facilities for participants, benefits of inpatient accommodation, guaranteed health services, health service flow, procedures for obtaining health services, and health services not guaranteed. Research uses quantitative methods with descriptive approaches. The research was conducted in the Kebon Jeruk District Health Center, West Jakarta, there were 85 respondents with collection techniques data through questionnaires. The results of the study show that the level of knowledge of BPJS participants is still low, BPJS participants choose hospitals that work with BPJS as desired, late contribution 2 months can still be used to get health services, and class III BPJS participants can be treated in class I. It is recommended to the Kebon Jeruk District Health Center to socialize about tiered referrals from Health Facilities 1 to the next Health Facilities, and need to inform them to complete late fees for obtaining health services, as well as the benefits of inpatient accommodation applies to class increases. Keywords: knowledge, patients, BPJS Health
Peningkatan jumlah gizi lebih pada remaja perlu mendapatkan perhatian, karena akan berdampak pada kesehatan di masa dewasa dan tua. Di tengah epidemi gizi lebih seperti ini dibutuhkan informasi mengenai ukuran komposisi tubuh yang tepat terutama yang berpengaruh terhadap persen lemak tubuh. Kebanyakan orang memiliki ukuran komposisi tubuh yang ideal namun persen lemak tubuhnya tinggi, atau sebaliknya. Tingginya persen lemak tubuh dapat meningkatkan risiko dislipidemia dan penyakit degeneratif lainnya. Sehingga persen lemak tubuh penting untuk diperhatikan. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara IMT/U, skinfold thickness, lingkar pinggan dengan persen lemak tubuh pada remaja laki-laki usia 12-19 tahun. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik stratified proportional. Penelitian ini dilakukan pada siswa MTs dan MA. Multiteknik Yayasan Asih Putera kelas 7-12 (n=111). Analisis data penelitian ini menggunakan korelasi pearson. Hasil penelitian menunjukkan IMT/U memiliki korelasi paling kuat dengan persen lemak tubuh (r=0,804) diantara pengukuran antropometri yang digunakan. Variabel IMT/U, skinfold thickness dan lingkar pinggang memiliki korelasi yang signifikan dengan persen lemak tubuh BIA (p = 0,0001)
Based on Kenmenkes RI in 2014, it explains about coding which has the meaning as an activity of providing main diagnosis codes and secondary diagnoses in accordance with ICD-10 and providing procedure codes in accordance with ICD-9CM. Coding inaccuracies can affect the financing of health services, this study was conducted to see the accuracy of the main and secondary diagnosis codes of surgical cases of inpatients at Duren Sawit Hospital using descriptive research methods with a quantitative approach, namely writing aims to describe the results obtained on the accuracy of diagnosis codification. Informants in this study were inpatient coders at RSKD Duren Sawit, data collection in this study using interviews and observation methods. The results of this study indicate that the coding SPO uses the latest procedures based on an electronic system, the educational background of the coder at RSKD Duren Sawit has an important role in the quality of the correct code. The competence of the coder at RSKD Duren Sawit still has to undergo deeper learning, in the results of coding research on surgical cases of inpatients, it was found that the average dignosis code that had accuracy was 58 (63.74%) and 33 (36.26%) were inappropriate, and it was also found that the results of the accuracy of the secondary diagnosis were 84 (92.30%) and 7 (7.70%) were inappropriate. Based on the 4 characters, the inaccuracy occurred in the main diagnosis of the majority in the 4th character as many as 31 (34.7%). There are factors that become obstacles to the identification of 5M, namely the man factor, the lack of accuracy of doctors in inputting diagnoses and the lack of accuracy of officers in re-examining incorrect diagnosis codes and having to undergo learning related to coding more deeply for diagnosis coding officers who are not from academic graduates of medical records.
Keamanan dan kerahasiaan rekam medis di ruang penyimpanan merupakan salah satu faktor pendukung terciptanya kerahasiaan informasi rekam medis pasien, untuk mendapatkan hasil yang diharapkan maka diperlukan petugas rekam medis, rekam medis, ruang penyimpanan, SPO (Standar Prosedur Operasional) keamanan dan kerahasiaan di ruang rekam medis, serta fasilitas dan sarana di ruang penyimpanan. Penelitian ini dilaksanakan di Unit Rekam Medis RSUD Kota Depok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek keamanan dan kerahasiaan di ruang penyimpanan rekam medis. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara dan observasi. Hasil penelitian yang didapatkan di RSUD Kota Depok ini telah memiliki 2 standar prosedur operasional yaitu mengenai keamanan dan kerahasiaan serta standar prosedur ruang penyimpanan rekam medis. Tetapi, untuk pelaksanaan pekerjaannya belum terlaksana dengan maksimal. Terdapat rekam medis yang sampulnya mengalami kerusakan, tidak diganti dengan yang baru, ruang penyimpanan rekam medis masih menggunakan pintu manual yang dimana di dalam standar Prosedur harus menggunakan kunci berkode. Hal ini menjadikan pelaksanaan pekerjaan di RSUD Kota Depok belum dijalankan sesuai standar prosedur operasional yang ada. Fasilitas pendukung yang berada di ruang penyimpanan pun kurang memadai khususnya untuk ruang penyimpanan kedua hanya memiliki 1 AC, tidak memiliki ventilasi yang baik untuk pertukaran udara sehingga tidak ada udara diantara rekam medis yang disimpan, tidak memiliki alat pengatur suhu dan kelembapan.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
334 Leonard St
Brooklyn, NY 11211
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.