Abstrak. Latar belakang : Mutu pelayanan keperawatan merupakan indikator kualitas pelayanan kesehatan karena menjadi salah satu penentu citra institusi pelayanan kesehatan. Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul dari layanan kesehatan yang diperoleh setelah pasien membandingkan dengan apa yang diharapkan. Berdasarkan studi pendahuluan pasien menyatakan perawat kurang tanggap dengan keluhan pasien, pelayanan kepada pasien perawat kurang ramah dan sopan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan mutu pelayanan keperawatan dengan kepuasan pasien di Ruang Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit Tk. IV 04.07.03 dr. ASMIR Kota Salatiga. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian cross sectional. Sampel yang digunakan sebanyak 55 responden yang merupakan pasien rawat inap kelas III dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Uji statistik yang digunakan adalah uji Rank Spearman. Hasil : Hasil analisa yang menyatakan mutu pelayanan keperawatan baik 24 responden (43,6%). Responden yang menyatakan puas sebanyak 31 (56,4%). Didapat r sebesar 0,705 dan p-value 0,000 (α=0,05) berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Simpulan : Ada hubungan mutu pelayanan keperawatan dengan kepuasan pasien di ruang rawat inap kelas III Rumah Sakit Tk. IV 04.07.03 dr. Asmir Kota Salatiga dengan p value 0,000. Kata Kunci : mutu pelayanan keperawatan, kepuasan pasien
Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis yang sering terjadi pada bayi baru lahir diminggu pertama kehidupannya. Insiden hiperbilirubinemia di Malaysia 75%, di Amerika 65%, dan di Indonesia 51,47 %. Untuk menekan jumlah ikterus pada bayi salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan ASI secara adekuat. Jenis penelitian kuantitatif, metode deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional dan menggunakan lember observasi. Teknik sampling dengan consekutiv sampling. Populasinya bayi dengan ikterik fisiologis diruang PERISTI RSI Sultan Agung Semarang berjumlah 26 responden. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji rank spearman. Hasil analisa data di Ruang Peristi RSI sultan Agung semarang pemberian Frekuensi ASI terbanyak adalah 8-12 kali sehari dengan ikterik fisiologis derajat I. Hasil uji statistic rank spearman p value sebesar 0,002 (< α=0,05). Kesimpulan penelitian ini adalah ada hubungan frekuensi pemberian ASI dengan perubahan derajat ikterik bayi hiperbilirubinemia fisiologis di Ruang PERISTI RSI Sultan Agung Semarang.
Keluarga dalam merawat klien yang memerlukan palliative care harus mempunyai pengetahuan tentang kemampuan dalam mengenal masalah, mengambil keputusan, merawat, memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan layanan kesehatan yang ada di sekitarnya. Tujuan penelitian ini untuk mengeksplorasi dukungan keluarga terhadap perawatan palliative pada pasien Ca mamae dirawat di rumah sakit. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan cara indept interview dan validasi hasil penelitian ini menggunakan member checking. Peneliti melaksanakan penelitian ini pada bulan Juli - Agustus 2020. Partisipan sejumlah 4 orang dengan kriteria inklusi keluarga yang merawat penderita Ca mamae stadium akhir dirawat di Rumah Sakit, serta bersedia menjadi responden. Metode analisa ini menggunakan analisa Colaizi. Hasil analisis data didapatkan empat tema, yaitu: (1) Awal mula keluarga mengetahui pasien terdiagnosis Ca Mamae, (2) Persepsi keluarga mengenai Ca Mamae, (3) Dukungan keluarga dalam memenuhi kebutuhan pada pasien Ca mamae (4) Beban dan hambatan keluarga dalam merawat pasien dirumah sakit. Kesimpulan dalam penelitian menunjukkan bahwa awal mula keluarga mengetahui pasien terdiagnosis Ca mamae yaitu tanda gejala dan kronologi pasien. Persepsi keluarga mengenai Ca mamae terdiri atas pengertian dan pencegahan Ca mamae. Dukungan kelurga dalam memenuhi kebutuhan pada pasien yaitu pemenuhan kebutuhan fisik, sosial, psikologis dan spiritual, namun terdapat hambatan yang dirasakan keluarga dalam merawat dirumah sakit. Families in caring for clients who need palliative care must have knowledge of the ability to recognize problems, make decisions, care for, modify the environment and take advantage of the health services around them. The purpose of this study was to explore family support for palliative care in Ca mamae patients hospitalized. This research is qualitative research with a phenomenological approach. The data collection technique used is by means of in-depth interviews and validation of the results of this study using member checking. Researchers carried out this study in July - August 2020. The participants were 4 people with family inclusion criteria who cared for patients with end-stage Ca mammae who were hospitalized and were willing to be respondents. This analysis method uses Colaizi analysis. The results of data analysis obtained four themes, namely: (1) The beginning of the family knowing the patient was diagnosed with Ca Mamae, (2) Family perception of Ca Mamae, (3) Family support in meeting the needs of the Ca Mamae patient (4) Burden and family barriers in caring for patients in the hospital. This study concluded that, in the beginning, the family knew that the patient was diagnosed with Ca mammary, namely the signs and symptoms of the patient and the chronology of the patient. The family's perception of Ca mamae consists of understanding and preventing Ca mamae. Family support in meeting the needs of the patient, namely the fulfillment of physical, social, psychological, and spiritual needs, there are obstacles felt by the family in caring for the hospital.
AbstrakMasalah psikososial pada anak di sekolah mengalami peningkatan. Salah satunya adalah Sekolah Dasar Negeri (SD N) Krapyak Kota Semarang. Penyebab munculnya masalah psikososial di sekolah tersebut diantaranya kecanduan teknologi seperti gadget, kekerasan seperti bullying, tantangan pembelajaran, dan gangguan perilaku (membolos, mencontek dan tidak disiplin). Sesuai permasalahan yang dihadapi SD N Krapyak Kota Semarang maka pentingnya pembentukan kader kesehatan jiwa di sekolah. Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) pembentukan kader kesehatan jiwa bertujuan untuk mendeteksi masalah psikososial siswa secara dini, mengatasi masalah psikososial yang terjadi pada siswa, dan merujuk masalah psikososial siswa yang membutuhkan penanganan lebih lanjut. Kegiatan dalam program PKM bekerjasama dengan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Kegiatan dalam Program PKM ini antara lain: 1) membentuk kader kesehatan jiwa di Sekolah, 2) menjelaskan masalah- masalah psikososial yang sering terjadi pada siswa, 3) mengajarkan cara mengatasi masalah psikososial yang terjadi pada siswa, dan 4) melatih cara merujuk siswa yang memiliki masalah psikososial yang kompleks 5) monitoring dan evaluasi program. Hasil dalam kegiatan- kegiatan tersebut adalah terdapat 15 siswa dan 10 guru sebagai kader kesehatan jiwa di sekolah, hasil deteksi dini didapatkan beberapa masalah psikososial di sekolah yaitu kecemasan, gangguan citra tubuh, harga diri rendah situasional, keputusasaan, dan koping tidak efektif. Selanjutnya, kader kesehatan sekolah melakukan penanganan dengan pendampingan. Kegiatan monitoring dan evaluasi juga dilakukan untuk memastikan kader kesehatan jiwa di sekolah berjalan dengan baik. �Kata Kunci: kesehatan jiwa; psikososial; sekolah��AbstractPsychosocial problems in children at school have increased. One of them is Krapyak State Elementary School (SD N) Semarang City. The causes of the emergence of psychosocial problems in the school include technological addictions such as gadgets, violence such as bullying, learning challenges, and behavioral disorders (ditching, cheating and undisciplined). The Community Service Program (PKM) for forming mental health cadres aims to detect students 'psychosocial problems early, overcome psychosocial problems that occur in students, and refer to students' psychosocial problems that require further treatment. Activities in the PKM program in collaboration with the School Health Efforts (UKS). Activities in the PKM Program include: 1) forming mental health cadres in schools, 2) explaining psychosocial problems that often occur to students, 3) teaching how to overcome psychosocial problems that occur in students, and 4) training how to refer students who have complex psychosocial problems 5) program monitoring and evaluation. The results of these activities are that there are 15 students and 10 teachers as mental health cadres in schools, the results of early detection found several psychosocial problems in schools namely anxiety, body image disturbances, low situational self-esteem, hopelessness, and ineffective coping. Furthermore, school health cadres handle with assistance. Monitoring and evaluation activities are also carried out to ensure mental health cadres in schools run well. Keywords: mental health; psychosocial; school
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.