Latar Belakang: Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat meningkatkan kejadian resistensi antibiotik yang pada akhirnya meningkatkan morbiditas, mortalitas, dan biaya kesehatan. WHO telah merekomendasikan untuk dilakukan kajian rasionalitas penggunaan antibiotik dalam rangka mengatasi masalah resistensi antibiotik. Tujuan: Menganalisis kualitas dan kuantitas penggunaan antibiotik di instalasi rawat inap Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND). Metode: Penilaian kualitas dan kuantitas penggunaan antibiotik dilakukan berdasarkan DDD/100 pasien–hari dan kriteria van der Meer–Gyssens. Penelitian dilakukan secara retrospektif pada 86 rekam medis pasien yang didapatkan dengan metode consecutive sampling. Hasil: Terdapat 141 peresepan antibiotik dalam 86 rekam medis. Azithromycin, levofloxacin, dan ceftriaxone merupakan antibiotik terbanyak yang digunakan dengan nilai DDD/100 pasien–hari 48,12; 44,01; dan 21,13. Berdasarkan kriteria Gyssens, 35,4% penggunaan antibiotik dengan bijak, 51,1% penggunaan antibiotik dengan tidak bijak, dan 13,5% tidak ada indikasi penggunaan antibiotik. Berdasarkan tipe terapi didapatkan ADE 89,4% dan ADET 10,6%. Kesimpulan: Secara kuantitas, antibiotik yang paling banyak digunakan adalah azithromycin. Secara kualitas, 35,4% antibiotik digunakan dengan bijak berdasarkan kriteria Gyssens. Kata kunci: DDD/100 pasien-hari; kriteria Gyssens; penggunaan antibiotik; penyakit dalam
Latar Belakang Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan masalah obstetri yang dikaitkan dengan korioamnionitis. Diagnosis korioamnionitis ditegakkan secara histopatologis setelah kelahiran, sehingga perlu upaya deteksi dini untuk mencegah komplikasi lebih lanjut, misalnya dengan hitung jenis leukosit maternal. Tujuan Menganalisis hubungan gambaran hitung jenis leukosit maternal dengan korioamnionitis pada KPD. Metode Penelitian observasional analitik dengan rancangan belah lintang ini menggunakan 54 sampel KPD yang terbagi dalam korioamnionitis dan bukan korioamnionitis yang diambil dari data sekunder di beberapa rumah sakit di Jawa Tengah. Data meliputi karakteristik pasien dan hitung jenis leukosit. Analisis data ditampilkan dalam bentuk frekuensi dan persentase, serta rerata dan simpang baku atau median dan nilai maksimum dan minimum. Uji hipotesis dianalisis dengan uji T-tidak berpasangan dan uji Mann-Whitney. Hasil Pasien korioamnionitis memiliki hasil perhitungan lebih tinggi pada hitung leukosit total (sel/µl: 13243.7 vs 9790; p=0.032), basofil (24.5 vs 18.13; p=0.020), neutrofil (9495.33 vs 7907; p=0.020), dan monosit (735.59 vs 529.54; p=0.008). Hasil lain adalah eosinofil (53.6 vs 73.04; p=0.849) dan limfosit (1880.56 vs 1525.65; p=0.684). Simpulan Terdapat hubungan antara hitung leukosit total, neutrofil, basofil, dan monosit dengan korioamnionitis pada KPD.  Kata kunci: KPD, korioamnionitis, hitung jenis leukosit Â
Latar Belakang: Korioamnionitis merupakan penyebab terbesar angka kematian ibu. Oligohidramnion merupakan faktor risiko terjadinya korioamnionitis.Kondisi oligohidramnion dapat diukur dengan metode amniotic fluid index (AFI) atau single deepest pocket (SDP) pada pemeriksaan sonogafi.Tujuan: Mengetahui pengaruh derajat oligohidramnion terhadap kejadian korioamnionitis pada ketuban pecah dini.Metode:Penelitian observasional analitik dengan desain belah lintang. Subjek 31 ibu hamil dengan ketuban pecah dini disertai oligohidramnion yang melahirkan di RSUP Dr. Kariadi dan rumah sakit jejaring pendidikan pada Februari – Juni tahun 2017, Kriteria inklusi usia kehamilan ≥ 34 minggu, belum masuk fase aktif inpartu, janin tunggal hidup intra uterin. Subyek dipilih secara consecutive sampling. Identitas subyek, karakteristik obstetri, dan nilai AFI atau SDP dicatat, kulit ketuban diperiksa adanya korioamnionitis secara histopatologis. Analisis data dengan uji chi-square.Hasil: Didapatkan 91,7% korioamnionitis pada oligohidramnion berat lebih tinggi dibandingkan dengan oligohidramnion ringan (78,9%). Nilai p sebesar 0,342.Kesimpulan: Derajat oligohidramnion tidak berpengaruh terhadap kejadian korioamnionitis pada ketuban pecah dini. Kata kunci: Oligohidramnion, korioamnionitis, ketuban pecah dini
Background Early monitoring of visceral fat is important to prevent the worsening of obesity in children. In recent years, waist circumference (WC) and waist-to-height ratio (WHtR) measurements have gained attention as an anthropometric indexes for obesity in children. They are an easy-to-use, inexpensive, specific to visceral fat and safe monitoring methods for children. International reference values, however, do not exist for any of the two measures to determine obesity in children. Objective To compare WC and WHtR to body mass index (BMI) status in overweight and obese children aged 10-12 years. Methods This cross-sectional study included overweight and obese children aged 10-12 years from four primary schools in Semarang, Central Java. Subjects underwent anthropometric measurements including weight, height, and waist circumference. Subjects were classified as obese (≥P95) or overweight (P85≤P<P95) using BMI percentiles according to age and sex. Chi-square test was used to assess for associations between categorical variables and multivariate logistic regression analysis was used to identify a dominant variable. Results Forty-two obese and 23 overweight children were studied. Children with higher values of WC (PR=1.879) and WHtR (PR=8.352) had a higher prevalence of having higher BMI status (obese). Using multivariate analysis, WHtR was the more dominant variable associated with BMI status, compared to WC. Conclusion Higher WC (cut off P90) and WHtR (cut off 0.5) have a significant associations with greater obesity children aged 10-12 years. Compared to WC, WHtR is a stronger predictive factor for obesity.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.