Arbuscular mycorrhizal fungi (AMF) are ubiquitous organism that forms association with the root of most terrestrial plants. AMF association also influence soil fertility through the enhancement of chemical, biological and physical content. In this study, we enumerated AMF spores from rhizosphere of Tithonia difersivolia as an indicator of soil fertility. The results showed that the most fertile soil had the highest AMF spores density. This research has confirmed that AMF has high interaction with organic carbon, organic matter, total phosphorus, cation exchange capacity, water level, soil fungi and soil bacteria. Partial regression analysis revealed the mathematic equation for their interaction. This equation used the abundant of AMF spores as an indicator for chemical, biological and physical fertility of the soil.
Arbuscular mycorrhizal fungi (AMF) are ubiquitous organism that forms association with the root of most terrestrial plants. AMF association also influence soil fertility through the enhancement of chemical, biological and physical content. In this study, we enumerated AMF spores from rhizosphere of Tithonia difersivolia as an indicator of soil fertility. The results showed that the most fertile soil had the highest AMF spores density. This research has confirmed that AMF has high interaction with organic carbon, organic matter, total phosphorus, cation exchange capacity, water level, soil fungi and soil bacteria. Partial regression analysis revealed the mathematic equation for their interaction. This equation used the abundant of AMF spores as an indicator for chemical, biological and physical fertility of the soil.
Hutan Cangar termasuk salah satu hutan yang ada di Indonesia yang memiliki banyak makro serta mikroorganisme yang hidup di dalamnya, salah satunya yaitu mikoriza. Mikoriza termasuk golongan jamur yang mampu berasosiasi dengan perakaran tanaman yang ada di hutan. Salah satu jenis mikoriza yaitu Vesikular Arbuskular Mikoriza (VAM). Dalam menginfeksi tanaman, VAM menggunakan propagul yang terdiri dari spora mikoriza itu sendiri, tanah yang terinfestasi dan akar yang terinfeksi oleh mikoriza. VAM berperan dalam siklus karbon karena mampu mengambil karbon dari tanaman untuk bertahan hidup serta mempengaruhi ketersediaan unsur P di tanah karena membantu tanaman menyerap unsur P dari tanah. Penelitian yang dilakukan meliputi pengambilan sampel tanah, penanaman tanaman kenikir, pewarnaan akar dan perhitungan nilai MPN. Hasil penelitian didapatkan bahwa nilai propagul jamur arbuskula mikoriza sebesar 12.961,897 propagul per gram dan berpengaruh terhadap kandungan C-Organik yang tinggi, P total sedang dan P tersedia tinggi. Tingginya nilai C-Organik ini dapat dipengaruhi karena mikoriza mengambil karbon dari tanaman untuk bertahan hidup dan sebagian karbonnya dialirkan ke tanah untuk membantu mikroba dalam mendekomposisi bahan organik yang mana akan menghasilkan karbon di tanah. Sedangkan tingginya kandungan P tersedia dapat disebabkan karena mikoriza mampu merubah kandungan P dari kondisi tidak tersedia menjadi tersedia dengan bantuan enzim fosfatase.
The mitochondrion is the target organelle for QoI (quinone outside inhibitor) antifungal drugs, but mitochondrial behavior in Pyricularia oryzae remains unclear.Conidial mitochondria in fungal isolate transformed with citrate synthase (CitA)-GFP fusion gene, were observed in situ using laser-scanning confocal microscopy and computer analysis. By harvesting at 36 h after eliminating the aerial mycelia, conidia with 1, 2, or 3 cells were observed. The 3D visualization of mitochondria in these conidia showed that mitochondria were initially shaped like dots and developed into a network as the conidia aged.
Penyakit Downy mildew yang disebabkan jamur Pseudoperonospora cubensis, masih menjadi kendala utama produksi semangka di Indonesia. Pengendalian menggunakan fungisida sintetik masih menjadi pilihan utama para petani hingga saat ini. Penelitian ini dilakukan untuk menguji efektivitas fungisida majemuk bahan aktif Mankozeb 65% dan Benalaksil 8% secara in vitro dalam menekan daya hidup jamur P. cubensis pada daun semangka. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan konsentrasi dan 3 fungisida yang berbeda yaitu mankozeb, benalaksil, dan campuran mankozeb+benalaksil dengan ulangan 4 kali. Variabel yang diamati adalah persentase sporangium jamur P. cubensis utuh dan rusak setelah aplikasi, Tingkat Hambatan Relatif (THR), dan sifat aktivitas fungisida majemuk yang ditentukan berdasarkan nilai Nisbah Ko-toksisitas (NK). Hasil pengamatan diketahui bahwa sporangium P. cubensis berbentuk oval dan berwarna abu-abu keunguan. Sporangium nampak menggerombol disekitar jaringan stomata. Pada penelitian ini, semua perlakuan fungisida dapat merusak sporangium P. cubensis. Presentase sporangium utuh paling rendah ditemukan pada perlakuan fungisida majemuk (mankozeb dan benalaksil) dengan dosis 0,6 g/l yaitu sebesar 15,19%. Nilai THR paling tinggi sebesar 58% ditemukan pada aplikasi fungisida majemuk (mankozeb dan benalaksil). Berdasarkan hasil perhitungan nilai NK, diketahui bahwa fungisida majemuk (mankozeb dan benalaksil) mempunyai sifat sinergistik (NK ≥ 1) yang mampu merusak sporangium P. cubensis yang utuh.
Salah satu penyakit penting yang menyerang tanaman kedelai adalah penyakit pustul daun yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas axonopodis pv. glycines. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi konsorsium mikroba antagonis yang terdiri dari Bacillus subtillis, Pseudomonas fluorescens, serta Trichoderma sebagai agens hayati untuk mengendalikan penyakit pustul daun pada tanaman kedelai yang disebabkan oleh bakteri X. axonopodis pv. glycines. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua perlakuan aplikasi antagonis baik yang berupa konsorsium mikroba antagonis maupun mikroba antagonis tunggal mampu menghambat pertumbuhan bakteri X. axonopodis pv. glycines pada media dalam cawan Petri. Semua perlakuan mikroba antagonis baik tunggal maupun dalam konsorsium juga menekan perkembangan penyakit pustul bakteri pada tanaman kedelai. Kemampuan konsorsium mikroba antagonis dengan konsentrasi 20ml/l, konsorsium mikroba antagonis dengan konsentrasi 30ml/l, mikroba antagonis tunggal B. subtilis, P. fluorescens, dan Trichoderma, setara dengan bakterisida Streptomisin sulfat dalam menekan perkembangan penyakit pustul bakteri pada tanaman kedelai. Perlakuan mikroba antagonis tunggal P. fluorescens dapat meningkatkan tinggi tanaman kedelai.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.