Permasalahan remaja sampai saat ini masih tinggi, diantaranya perilaku seksual dan penggunaan Napza yang dapat meningkatan penularan HIV AIDS. Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK R) penting diberikan sebagai wadah dalam menyebarkan informasi kesehatan. Penelitian dilakukan untuk menganalisis perilaku berisiko remaja serta kebutuhan informasi Seksualitas, Napza, dan HIV AIDS melalui PIK R. Metode yang digunakan kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif dikumpulkan dengan kuesioner dan dilakukan analisis bivariat, sedangkan data kualitatif dengan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku berisiko remaja terkait HIV AIDS, namun masih ditemukan 21,1 % mahasiswa yang perilakunya berisiko. Analisis kualitatif menyebutkan bahwa mahasiswa memerlukan informasi terkait kesehatan reproduksi, Napza dan HIV AIDS. Saran: Adanya advokasi kepada pimpinan UMJ untuk menghidupkan kembali PIK R UMJ, kerjasama dengan BKKBN, Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Keluarga Berencana (DPMP3AKB) dan BNN serta sosialisasi kepada seluruh mahasiswa UMJ terkait PIK R UMJ.
Abstract Background: Indonesia is projected to experience the peak of the demographic bonus in 2030. The demographic bonus can turn into a burden if adolescents who are successors are not qualified. Adolescent who are supposed to be 100% absent from sex actually showed an unsatisfactory proportion in several areas. Objective: This study aimed to describe abstinence behavior among adolescents at junior high school in South Tangerang City. Method: This study used a cross sectional design. The study population was junior high school students by selecting 25 junior high schools as the sample. The number of samples were 165 students who were taken incidentally. Data was collected from December 2019 to January 2020 by filling out a questionnaire through interviews. Result: The proportion of abstinence among junior high school students was 80%. The highest abstinence was occurred among adolescent boys and aged 12 years. Most of them carried out positive activities such as art, organization, regular worship, regular exercise, and courses. Most of them admitted that they did not feel seduced, coerced and threatened to have sexual activity. When a sensitive part of the body was touched, respondents acted assertively by refusing, shouting, and hitting. Conclusion: Sexual abstinence among adolescents at junior high school in South Tangerang needs to be increased. Understanding the importance of abstinence needs to be given to adolescents from the onset of puberty by parents, school environment (school organizations and PIKR) and community (religious organizations). Keywords: Sexual abstinence, Adolescent at Junior High School, South Tangerang Abstrak Latar belakang: Indonesia akan mengalami puncak bonus demografi pada tahun 2030. Bonus demografi dapat berbalik menjadi beban apabila remaja yang menjadi penerus tidak berkualitas. Remaja yang seharusnya 100 persen absen seks justru menunjukkan proporsi yang tidak menggembirakan di beberapa wilayah. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku abstinensi pada remaja usia SMP di Kota Tangerang Selatan. Metode: Penelitian menggunakan desain cross-sectional. Populasi penelitian adalah remaja usia SMP dengan memilih 25 SMP sebagai sampel. Jumlah sampel sebanyak 165 siswa/siswi yang diambil secara insidentil. Pengumpulan data dilakukan pada Desember 2019 sampai Januari 2020 dengan pengisian kuesioner melalui wawancara. Hasil: Proporsi abstinensi seksual remaja SMP sebesar 80 persen. Abstinensi tertinggi dialami oleh remaja laki-laki dan usia 12 tahun. Sebagian besar melakukan kegiatan positif seperti seni, berorganisasi, rutin beribadah, rutin berolahraga, dan mengikuti seminar/kursus. Sebagian besar responden mengaku tidak pernah merasa dirayu, dipaksa dan diancam untuk melakukan aktivitas seksual. Apabila bagian tubuh sensitifnya disentuh responden melakukan tindakan asertif dengan menolak, berteriak, dan memukul. Kesimpulan: Abstinensi seksual remaja SMP di Tangerang Selatan harus ditingkatkan. Orang tua perlu menjaga dan mengawasi pergaulan anaknya. Pemahaman agama dan pentingnya abstinensi perlu diberikan kepada remaja semenjak awal pubertas dari orang tua, lingkungan sekolah dan masyarakat melalui organisasi keagamaan dan PIKR Kata kunci: Abstinensi seksual, Remaja SMP, Tangerang Selatan
Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan salah satu penyakit paling serius di dunia. Wanita Pekerja Seks (WPS) merupakan kelompok yang paling rawan untuk menularkan IMS karena perilaku seksualnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan pengalaman pencegahan IMS pada WPS. Metode penelitian yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan mix method. Pendekatan kuantitatif menggunakan cross sectional dengan total sampel 68 orang WPS di Panti Sosial Karya Wanita Mulya Karya Jakarta dengan analisis data univariat. Pendekatan kualitatif dengan indepth interview kepada 6 informan utama (WPS) dan 1 informan kunci (petugas). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 94,1% berusia reproduksi sehat. Tingkat pendidikan tertinggi responden adalah pendidikan dasar 50%, Status pernikahan responden paling banyak 48,5% adalah cerai hidup. Sebanyak 48,5% responden menjadi WPS kurang dari 6 bulan. Sebanyak 60,3% responden memiliki pengetahuan kurang terutama dalam memahami IMS (pengertian, jenis, gejala, dan dampak). Responden yang memiliki pengalaman kurang terhadap pencegahan PMS adalah 60,3%. Alasan utama mereka menjadi WPS adalah ekonomi, ajakan teman dan lingkungan, keinginan, serta trauma/kegagalan masa lalu. Hal yang membuat WPS kurang dalam melakukan pencegahan IMS adalah: 1) Kurangnya pengetahuan tentang IMS dan pencegahannya; 2) Tidak menggunakan kondom karena melakukan dengan orang dekat (pacar,teman) dan bentuk pelayanan kepada pelanggan (sesuai permintaan pelanggan).
Cakupan ASI eksklusif di Indonesia berada pada angka 66,06%. Cakupan di Kota Bogor dan Bekasi masih di bawah angka nasional. Breastfeeding Self-efficacy merupakan prediktor pemberian ASI eksklusif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui determinan breastfeeding self-efficacy di Kota Bogor dan Bekasi. Desain studi cross sectional digunakan pada 80 ibu menyusui yang diperoleh secara incidental sampling. Ibu mengisi sendiri kuesioner online yang disebar oleh tim peneliti selama bulan September-Oktober 2021. Hasil penelitian terdapat hampir separuh responden (48,8%) memiliki breastfeeding self-efficacy yang rendah. Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan, pengalaman menyusui, pengamatan orang lain dan persuasi verbal suami dengan breastfeeding self-efficacy ibu (p value > 0,05). Breastfeeding self-efficacy sebaiknya dideteksi lebih dini pada saat kehamilan agar ibu yang berisiko terhadap kegagalan dalam memberikan ASI eksklusif dapat segera diberikan intervensi yang tepat.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.