Abstract. Sofiyanti N, Isda MN, Juliantari E, Pranata S, Suriatno R. 2019. The inventory and spore morphology of ferns from Bengkalis Island, Riau Province, Indonesia. Biodiversitas 20: 3223-3236. Bengkalis Island is one of main islands at coastal region of Riau Province, Indonesia. The first fern inventory had been conducted on this island, to identify the fern checklist as well as examined the morphology of their spores. Samples were collected from 2 subdistricts and 12 study sites, using exploration method. The spore specimens were coated using AU, before observation using Scanning Electron Microscopy (SEM). A total of 22 fern species are recorded from Bengkalis Islands. These species belong to 3 orders, i.e. Gleicheniales (1 species), Polypodiales (20 species) and Schizaeales (1 species). The spore characteristic indicated similar unity of spore, i.e. monad spore, with triangular, subtriangular, tetrahedral and reniform shape. Three basic types of spore have been observed, i.e. monolete, dilete, and trilete. The spore class observed in this study are small (22 ± 0.88 µm), medium (27.35 ± 1.45 to 47.85 ± 0.88 µm) and large (51.34 ± 1.83 to 53.8 ± 1.81 µm). The ornamentation of perisphore is the main character to distinguished species within one genus.
Pyrrosia merupakan golongan tumbuhan paku epifit dari family Polypodiaceae. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi morfologi (rhizoma, ptiolus dan lamina) dan mikromorfologi (sisik dan trikoma) dari 4 jenis Pyrrosia yang umum dijumpai di Provinsi Riau, yaitu Pyrrosia heterophyla, Pyrrosia lanceolate, Pyrrosia longifolia dan Pyrrosia pillosheloides. Hasil karakterisasi morfologi menunjukan variasi pada organ yang diamati, terutama pada ukuran ptetiolus, bentuk dan ukuran lamina. Hasil pengamatan pada sisik menujukan varias pada warna sisik, jumlah rambut pada sisik dan posisinya. Sedangkan trikoma pada ptiolus dan lamina menunjukan persamaan bentuk yaitu stelata.
Ridan (Nephelium mangayi) is one of Nephelium (Sapindaceae) member distributed in Riau Province. This underutilized edible plant is commonly found as wild species, and poses three different fruit morphologies (oval, asymmetric and round shaped fruit). The phytochemical contents of these fruit species had not been reported. This study aimed to identify the phytochemical contents of fruit parts (peel, aril and seed) of three different fruit shapes of N, mangayi (oval shaped fruit, asymmetric fruit and rounded fruit) from Riau Province. A total of six secondary metabolite groups were tested (alkaloid, terpenoid, steroid, flavonoid, saponin dan tannin), using qualitative analysis based on the presence of precipitation (alkaloid), the change of mixture color (steroid, terpenoid, flavonoid and tannin) and soapy foaming substance for saponin. The result showed that peels of Ridan (N. mangayi) gave the highest phytochemical contents (alkaloid, terpenoid, flavonoid, saponin and tannin.). Terpenoid and saponin were found in peel, aril and seed of three different fruit shapes. This study concluded that the phytochemical contents of three fruit shapes of Ridan (N. mangayi) varies among the different shapes of fruit. This result of this study provide the first information of bioactive profile of N. mangayi form Riau Province.
Wild Mango from Sumatera is potentially new immunostimulant. It contains mangiferin, which is potentially become the immunostimulant candidate. This study aimed to prove the immunostimulatory effect of wild mango leaves extract on white rat peritoneum fluid induced by Staphylococcus aureus bacteria. The immunostimulatory effect was determined based on the activity and capacity of macrophage phagocytosis. This study used 54 male white rats about 130 g -290 g. Based on the results,the highest phagocytosis activity of macrophage cells was found in ethanol extract of Mangga Hutan leaves dose 2 with a percentage of phagocytosis activity was 84%. The highest phagocytosis capacity of the macrophage cells was also found in ethanol extract of Mangga Hutan leaves dose 2 with an average phagocytic capacity of 171.67 from 50 active macrophages. Results of this study indicated that wild mango leaves from Sumatera has the potential immunostimulant activity. This indicates that the wild mango have the potential for therapeutic efficacy for the prevention of degenerative diseases caused by immune deficiencies.
Terung (Solanum melongena L.) tergolong tanaman yang sensitif terhadap kekeringan selama tahap pertumbuhan dan perkembangannya. Karakteristik stomata dan trikoma merupakan kriteria yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi tanaman yang toleran terhadap kekeringan. Penelitian bertujuan menguji respons karakteristik anatomi daun berupa trikoma dan stomata tanaman terung terhadap cekaman kekeringan melalui empat taraf interval penyiraman. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap melalui empat taraf interval penyiraman, yakni 3, 6, 9, dan 12 hari. Pengaruh cekaman kekeringan terhadap morfologi permukaan daun pada terung menyebabkan terjadinya peningkatan kerapatan trikoma tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan kontrol, penurunan ukuran lebar trikoma mencapai 59,02%, penurunan ukuran lebar stomata mencapai 78,34%, dan penurunan ukuran lebar porus stomata mencapai 80,80%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan jumlah trikoma dengan ukuran trikoma yang semakin kecil diduga sebagai bentuk proteksi tanaman terhadap kerusakan jaringan dan mekanisme adaptasi tanaman untuk dapat memenuhi jumlah asimilasi CO 2 perluas daun yang dibutuhkan untuk fotosintesis pada kondisi kekeringan. Sensitifitas tanaman terhadap kondisi kekeringan berupa mekanisme adaptasi dengan cara memperkecil ukuran stomata dan bukaan lebar porus, sehingga laju fotosintesis tetap terjaga pada kondisi kekeringandan mekanisme tanaman menjaga efisiensi penggunaan air dengan cara mengurangi ukuran stomata dan memperkecil bukaan porus stomata.
Manggis (Garcinia mangostana L.) asal Bengkalis merupakan salah satu buah tropis yang menjadi komoditas ekspor Provinsi Riau dengan keunggulan dapat hidup di tanah gambut, tanah rawa, dan tanah masam. Pembentukan nodul tanaman manggis merupakan tahapan awal perbanyakan tunas pada kultur in vitro. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi Benzilaminopurine (BAP) dan madu, baik tunggal maupun kombinasi, pada Woody Plant Medium (WPM) dalam pembentukan nodul dari eksplan biji manggis yang dibelah tiga secara membujur. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan menggunakan konsentrasi BAP 0, 5, dan 7 mg/L dan madu 0, 3, 6, dan 9 mL/L, baik tunggal maupun kombinasi. Hasil percobaan menunjukkan bahwa persentase pembentukan nodul paling tinggi (100%) diperoleh dari perlakuan 5 mg/L BAP. Perlakuan pemberian konsentrasi BAP dan madu, baik tunggal maupun kombinasi, pada media WPM, tidak mampu mempercepat waktu muncul nodul. Jumlah nodul terbanyak di 40 hari setelah tanam pada perlakuan 7 mg/L BAP yang disertai 3 mL/L madu adalah 25,0 nodul/biji.
Duku (Lansium domesticum Corr.) adalah salah satu buah tropis bernilai ekonomis yang diminati oleh masyarakat dengan rasa manis dan bernilai gizi tinggi. Biji duku memiliki sifat poliembrioni yang akan menghasilkan tanaman lebih banyak dan seragam sesuai dengan induknya. Perbanyakan dengan teknik in vitro akan menghasilkan tanaman dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan secara konvensional. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui respon poliembrioni biji duku yang dibelah tiga secara membujur dengan penambahan BAP (Benzyl Amino Purine) secara in vitro. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan konsentrasi BAP = 0, 1, 3, 5 dan 7 mg/L BAP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu muncul tunas tercepat yaitu 2,20 MST pada konsentrasi 1 mg/L BAP. Jumlah tunas tertinggi pada perlakuan 3 mg/L BAP yaitu 2,00 tunas, namun perlakuan pemberian konsentrasi BAP belum mampu meningkatkan jumlah tunas.
Jeruk kasturi (Citrus microcarpa) adalah salah satu jenis buah yang termasuk ke dalam genus Citrus, memiliki kandungan vitamin C, dan anti oksidan juga termasuk tinggi. Perkembangan secara generatif setelah berumur 5 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek dan menentukan konsentrasi BAP dan Kinetin terbaik secara tunggal atau kombinasi dari kedua regulator pertumbuhan untuk pembentukan tunas dari eksplan epikotil jeruk kasturi secara in vitro pada media Ms. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari 16 taraf perlakuan (kontrol, 0,5 mg/l BAP, 1 mg/l BAP, 1,5 mg/l BAP, 0,5 mg/l Kinetin, 1 mg/l Kinetin, 1,5 mg/l Kinetin, 0,5 mg/l BAP+ 0,5 mg/l Kinetin, 0,5 mg/l BAP + 1 mg/l Kinetin, 0,5 mg/l BAP + 1,5 mg/l Kinetin, 1 mg/l BAP + 0,5 mg/l Kinetin, 1 mg/l BAP + 1 mg/l Kinetin, 1 mg/l BAP + 1,5 mg/l Kinetin, 1,5 mg/l BAP + 0,5 mg/l Kinetin, 1,5 mg/l BAP + 1 mg/l Kinetin, 1,5 mg/l BAP + 1,5 mg/l Kinetin). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian perlakuan BAP dan Kinetin tunggal atau kombinasi mampu memberikan respons pada eksplan epikotil jeruk kasturi berupa waktu muncul tunas, jumlah tunas, jumlah daun dan panjang tunas. Konsentrasi terbaik yang mampu membentuk jumlah tunas paling banyak yaitu perlakuan P6 (1,5 mg/l Kinetin) sebesar 1,6 tunas.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.