<p>Sejak pandemi berlangsung pada bulan Februari 2020 hingga saat ini terutama di Indonesia, banyak teater Bioskop ditutup dan tidak lagi diperbolehkan beroperasi oleh Pemerintah karena alasan menekan penyebaran Covid-19 dan demi Kesehatan masyarakat. Hal ini membuat banyak penggemar sinematografi berubah haluan untuk mencari hiburan dalam film, yakni salah satunya menonton serial drama dalam platform Netflix. Netflix menjadi salah satu alternatif pilihan yang sangat diminati oleh masysrakat Indonesia untuk menikmati hiburan. Melihat hal ini, penulis ingin melakukan observasi langsung pada salah satu karya sinematografi terbaik yang ditayangkan di media digital Netflix, yang merupakan karya dari Jason Rothenberg, yakni film berjudul “The 100”. Film ini tidak hanya sekedar film yang hanya menceritakan tentang kehidupan manusia, kemanusiaan, tetapi mengangkat mengenai kemajuan teknologi, dan seakan-akan akhir dari planet bumi karena peperangan dan kegagalan antar umat manusia dalam mengelola teknologi. Perjalanan panjang film ini menghadirkan komposisi film yang tidak biasa sehingga penulis yakin bahwa film ini bisa memberikan sudut pandang berbeda dari sebuah film drama fiksi ilmiah yang tentunya film ini ditayangkan di media digital yang menjadi salah satu <em>favourite </em>masyarakat di tahun 2020-2021 yaitu Netflix. Film "The 100" sudah sampai pada season 7 terakhir dirilis pada tanggal 20 mei 2020, selama enam tahun perjalanan dari film ini konsistensi dari gaya pengambilan gambar yang diterapkan menjadikan peneliti ingin melakukan obeservasi lebih jauh beberapa cuplikan scene penting akan karya Jason Rothenberg dengan menggunakan pendekatan komposisi dan the rule of third dari Paul Wheeler pada bukunya yang berjudul "practical cinematography" khususnya pada seluruh episode cerita pada season pertama. Dimana diharapkan dengan adanya penelitian ini untuk mengetahui dan mengukur sampai sejauh mana dampak penyampaian pesan dan kesan yang dihasilkan dari penerapan komposisi terhadap sebuah karya film khususnya film "The 100" karya Jason Rothenberg.</p><p><strong>K</strong><strong>ata Kunci</strong><strong>: </strong> Komposisi Sinematografi, Drama Fiksi Ilmiah, Media Digital</p>
2021 was the year of Netflix’s sensation, the South Korean drama series, "Squid Game" directed by Hwang Dong Hyuk. The visual and audio production are extraordinary, and the idea of the storyline is quite interesting, resulted in one of the highest ratings in Netflix. This analysis examines the creative process in the idea of pictures taken in the series by studying cinematographic visual composition based on composition theory by Paul Wheeler. In this paper, the authors try to examine some of the best scenes as a sampling study, and how a composition can provide an important role in communicating the drama series’ storyline. Surely this can be developed as a further learning medium in the study of cinematography and composition.
Abstrak. Artikel ini ditujukan kepada masyarakat khususnya pengusaha UMKM yang masih terjebak dengan dampak pandemi terhadap usaha, keseharian masyarakat indonesia sudah terpengaruh oleh Covid-19 yang menyebabkan timbulnya pemikiran untuk mengurangi pergi keluar rumah semenjak pemerintah menerapkan sistem PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang menyebabkan adanya perubahan pola pembelian konsumen yang mengabaikan harga, lebih mementingkan nilai produk dan melakukan berbagai transaksi via online di masa pandemi ini. Terdapat strategi agar pelaku UMKM dapat survival. Yaitu dengan perbaikan kualitas layanan dan produk, Pemanfaatan teknologi secara optimal, dan mempersiapkan bisnis untuk lebih berkembang. Sebagai upaya dalam menyampaikan informasi, media audio visual film merupakan media informasi yang semakin berpengaruh dan diminati oleh masyarakat. Metode penelitian analisis kualitatif dengan pendekatan deskriptif merupakan metode yang digunakan penulis dalam artikel ini. Dapat disimpulkan bahwa dalam memberikan sebuah informasi untuk menghimbau masyarakat mengenai strategi dalam mengatasi dampak pandemi terhadap usaha dapat tersampaikan melalui media film pendek.
Instagram is a social media platform for publishing photographic works. Lee Jeffries, one of the most renowned portrait photographers, consistently exposes his works to the general public, including through the social media platform Instagram. His photographic works are considered highly interesting and unique due to their capacity to transmit social messages. Lee Jeffries consistently captures photographs of homeless people worldwide to convey social messages to his audience. This motivates the authors to discuss the meaning of visual messages in Lee Jeffries' works. The study employed a qualitative descriptive approach to analyze the photographs’ composition, color, and symbolic meaning. The results show that the application of symmetrical and asymmetrical compositions and colors for portraits of human faces, especially those of the homeless on urban street corners, produced symbolic meanings, including sadness, emotion, and happiness.Instagram is a social media platform for publishing photographic works. Lee Jeffries, one of the most renowned portrait photographers, consistently exposes his works to the general public, including through the social media platform Instagram. His photographic works are considered highly interesting and unique due to their capacity to transmit social messages. Lee Jeffries consistently captures photographs of homeless people worldwide to convey social messages to his audience. This motivates the authors to discuss the meaning of visual messages in Lee Jeffries' works. The study employed a qualitative descriptive approach to analyze the photographs’ composition, color, and symbolic meaning. The results show that the application of symmetrical and asymmetrical compositions and colors for portraits of human faces, especially those of the homeless on urban street corners, produced symbolic meanings, including sadness, emotion, and happiness.
Buku ilustrasi interaktif "Ayo Main Petak umpet" ini berupa cerita dengan karakter binatang di dalam buku yang dapat menarik perhatian anak-anak dan juga mengajarkan mereka untuk mengenal binatang yang ada di buku ilustrasi ini. Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode kualitatif dengan metode pengumpulan data survey atau kuesioner, studi pustaka dan wawancara. Penulis akan menyebarkan kuesioner kepada responden penelitian khususnya orang tua atau kerabat anak yang lebih tua dari anak tersebut dan meminta mereka untuk mengisi kuesioner tersebut. Perancangan buku ilustrasi interaktif "Ayo Bermain Petak umpet" untuk anak usia 3 tahun ke atas dibuat dengan tujuan penulis dapat membuat buku yang dapat menarik minat baca anak sejak dini dan menghibur anak usia 3 tahun di atas yang membaca buku ini sekaligus mempererat interaksi antar anak. orang tua dan anak sehingga mereka menjadi lebih dekat ketika mereka membaca buku ini bersama-sama.
Mobile Legends: Bang-Bang has become successful games that has stayed in the top rate category in mobile gaming industry. The success of this game is based on the good preparation and execution in every line. One of the features that can be maximized by Moonton as Mobile Legends’ publisher is skin hero feature. Skin hero is successfully made as commercial asset in the profitable game. In fact that there are several players ready to spend millions of Indonesian Rupiahs to get the rare skin. Rare skin, by definition is hard to get and visually pleasing to the eyes from the perspective of illustration, animation and action effect in the game. Skin Hero that has that kind if rarity and greatness is considered as legendary tier. Only seven from hundreds of heroes in the game own this rare skin. To study the concept and the structure applied by Moonton in designing the visual of skin legend, this research analyzes the character visual of the skin legend using descriptive qualitative method and character design study developed by Hiroyoshi Tsukamoto which is Manga Matrix. This research applies a character design method to break down the character visual in the fame and in doing so, this research finds that hero character and skin legend have their several benefits from composition, shape, costumes and personality that are well made. In conclusion, this research can be useful to give recommendations for game developers to use Manga Matrix as an alternative strategies to design game character. Keywords: Game, Mobile Legends, Manga Matrix, Character Design ABSTRAKMobile Legends: Bang-Bang menjadi game yang terbilang sukses dan sama sekali belum beranjak dari kategori top rate dalam platform perangkat mobile. Kesuksesan dari game ini tentu didasari pada kesiapan dan eksekusi matang di segala lini. Salah satu fitur yang bisa dimaksimalkan moonton selaku publisher game ini adalah fitur skin hero. Skin hero berhasil dijadikan sebagai asset komersil dalam game yang tentunya menghasilkan keuntungan besar, faktanya beberapa kalangan pemain yang rela menghabiskan uang jutaan rupiah untuk memperoleh skin yang mereka anggap langka, visual ilustrasi yang menarik, animasi dan efek action dalam gamenya. skin hero yang memiliki kedigdayaan tersebut adalah skin hero dalam tier legend. Skin ini hanya dimiliki oleh tujuh dari serratus enam hero yang ada dalam game. Dalam rangka untuk mempelajari struktur konsep yang diterapkan oleh Moonton dalam merancang visual dari karakter hero dengan skin legend, pada penelitian ini dilakukan analisis visual karakter dengan skin legend menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dan pendekatan desain karakter yang dikembangkan oleh Hiroyoshi Tsukamoto yaitu Manga Matriks. Penelitian ini telah telah menerapkan sebuah metode perancangan karakter untuk mengurai sebuah visual karakter game dan menemukan bahwa visual karakter hero dengan skin legend memang memiliki kelebihan tersendiri secara komposisi visual bentuk, kostum dan personality yang cukup terkonsep dengan baik, maka wajar saja jika skin legend pada game mobile legends sangat digemari. Atas dasar hasil tersebut Penelitian ini juga memberikan Rekomendasi pada game developer untuk menggunakan manga matrix sebagai salah satu strategi alternatif dalam merancang karakter game. Kata kunci: Game, Mobile legends, Manga Matriks, Desain Karakter
Cultural changes in Indonesia make the literacy level of Indonesian adolescents low so that teenagers have less interest in reading. Due to the lack of short film media that raises literacy in Indonesia, the author designed a short film with an interesting story composition and good audio-visual delivery so that the message he wanted to convey was conveyed. However, this research aims to design short films in the form of entertainment media for teenagers to realize the low reading level in Indonesia. This research method uses descriptive qualitative methods by collecting data obtained from the method of observation, literature study, and questionnaires. The design method used in this paper is the stage of development, pre-production, production, post-production and distribution. The results of this study are an explanation of the creative strategies used in making short films, and a discussion of the pre-production, production, and post-production processes in a short film entitled "Mudahnya Membaca".
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.