Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional untuk tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pelaksanaan pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup setiap orang agar memiliki Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan upaya untuk mengedukasi anak-anak usia dini untuk berperilaku hidup bersih dan sehat, salah satunya di lingkungan sekolah. PHBS di lingkungan sekolah merupakan langkah untuk memberdayakan siswa, guru dan masyarakat lingkungan sekolah agar bisa dan mau melakukan perilaku hidup bersih dan sehat dalam menciptakan sekolah yang sehat. Oleh karena itu, kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk memberikan edukasi tentang PHBS pada usia dini pada siswa sekolah dasar di SD N 2 Samigaluh Kulonprogo.Metode pelaksanaan kegiatan yaitu berupa edukasi yang terdiri dari penyuluhan, pemutaran video, diskusi dan tanya jawab. Peserta kegiatan edukasi yaitu siswa Sekolah Dasar Negeri 2 Samigaluh Kulonprogo kelas 1, 2, dan 3. Materi yang disampaikan yaitu mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan, mengkonsumsi jajanan sehat, menggunakan jamban bersih dan sehat, olahraga yang teratur, memberantas jentik nyamuk, tidak merokok di lingkungan sekolah, membuang sampah pada tempatnya, dan melakukan kerja bakti bersama warga lingkungan sekolah untuk menciptakan lingkungan yang sehat. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini berhasil meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peserta tentang PHBS dimana terdapat peningkatan pengetahuan sebesar 57%. Diharapkan kegiatan edukasi PHBS di sekolah dapat dilanjutkan pada daerah lain sebagai upaya untuk menumbuhkan perilaku hidup bersih dan sehat pada usia dini.
Complications are the factors that determine the length of the day of treatment of diabetes mellitus patients in the hospital such as hypertension, stroke, coronary heart disease, cholesterol, obesity and others. This study aims to analyze differences in Length of Stay (LOS) of patients with diabetes mellitus based on complications in RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.This research is an analytic observational quantitative research with cross sectional design. The population is all people with diabetes mellitus from year 2011-2016 recorded in electronic medical record. All the population used as research sample that is as many as 1,554 people. Independent variables in this study were hypertension, nephropathy, neuropathy, obesity, CHD, stroke, and pulmonary TB. Dependent variable is Length of Stay or long treatment of diabetes mellitus patient. Data analysis was performed using Independent T test. Diabetes mellitus patients at RSUP Dr. Sardjito year 2011-2016 amounted to 1,554 people with a trend that tends to decline. Most patients were aged 56-63 years (27.86%). The incidence of diabetes mellitus is dominated by type 2 with the highest complications being hypertension, nephropathy, and neuropathy. Based on the result of statistical test, there is a significant difference between the average LOS between patients with diabetes mellitus who have hypertension complications with non-hypertensive (p-value = 0.00), neuropathy with non-neuropathy (p-value = 0.00), coronary heart disease with which is not coronary heart disease (p-value = 0.035), and stroke with non-stroke (p-value = 0.032). Conclusions: There is significant difference in mean LOS among patients with diabetes mellitus who have complications of hypertension, neuropathy, coronary heart disease, and stroke with no complications of the disease.
stunting is one of the targets of sustainable development goals (SDGs) included in the second sustainable development goal of eliminating hunger and all forms of malnutrition by 2030 and achieving food security. Indonesia is included in the third country with the highest stunting prevalence in the south-east Asia region (sear). One of the regions in java where there are stunting cases is in Yogyakarta, namely in Bantul Regency. This research aims to determine the perception of young women about stunting prevention through healthy living. This research is qualitative research with a case study approach. The variable in this study is the perception of young women regarding the prevention of stunting through a healthy lifestyle. This research concluded that some female subjects already understood the definition of stunting but did not yet know the important role of adolescents in the prevention of stunting before pregnancy. This shows that there is no appropriate perception among adolescents regarding the prevention of stunting with a healthy lifestyle since early adolescence. If the adolescent is not repaired, so in the future, there will be more and more expectant mothers who have short body posture and/or lack of chronic energy.
Latar Belakang: Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan nasional. Salah satu strategi yang tepat untuk menurunkan angka kejadian DBD adalah surveilans DBD. Namun, surveilans DBD selama ini dikerjakan oleh petugas surveilansmasih dikerjakan dengan carasecara manual sehingga hal ini menyebabkan keterlambatan pelaporan, tidak update-nya data, dan penyajian informasi yang tidak mendukung dalam pengambilan keputusan.Tujuan: Merancang dan mengembangkan sistem informasi surveilans DBD berbasis mobile sebagai sistem peringatan dini outbreak di Kota Yogyakarta.Metode: Research and development ini dilaksanakan di Puskesmas Gondokusuman II Kota Yogyakarta pada April-Oktober 2020. Subjek penelitian adalah petugas surveilans puskesmas dan kader. Objek penelitian adalah Sistem Informasi Surveilans DBD. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, Focus Group Discussion, observasi, dan studi dokumentasi.Hasil: Pengguna memerlukan sistem informasi surveilans kasus DBD berbasis mobile yang mengakomodir perekaman data melalui digitalisasi komponen formulir yang digunakan, fitur koordinasi antarpengguna, serta fitur pemetaan kasus. Penelitian ini menghasilkan rancangan proses sistem dalam diagram unified modelling language, rancangan basis data dalam entity relationship diagram serta prototipe tampilan antarmuka sistem.Kesimpulan: Rancangan sistem informasi surveilans berbasis mobile yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pengguna dan sebaiknya digunakan sebagai blueprint untuk proses konstruksi sistem.
Abstrak Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular akibat virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan sering menimbulkan outbreak pada daerah beriklim tropis khususnya Indonesia. Keseriusan masalah ini bisa diatasi melalui sistem informasi surveilans dengan memanfaatkan teknologi informasi. Surveilans selama ini dilakukan secara manual (paper-based) yang menimbulkan permasalahan seperti keterlambatan pelaporan, data tidak up to date serta penyajian informasi yang kurang informatif dalam mendukung pengambilan keputusan. Langkah awal dalam menerapkan sistem informasi surveilans DBD yaitu menganalisis kesiapan pengguna agar implementasi sistem berjalan efektif dan efisien dan berdampak signifikan pada penurunan angka kejadian DBD. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesiapan penerapan sistem informasi surveilans DBD menggunakan instrument DOQ-IT (Doctor’s Office Quality – Information Technology). Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross-sectional. Penelitian dilaksanakan pada bulan April – Oktober tahun 2020 di Puskesmas Gondokusuman II Kota Yogyakarta. Subjek penelitian sebanyak 6 orang yang terdiri dari petugas surveilans, programmer DBD dan kader kelurahan. Obyek penelitian yaitu sistem informasi surveilans DBD. Pengumpulan data menggunakan kuisoner, observasi dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menemukan bahwa angka kesiapan penerapan sistem informasi surveilans DBD berada dalam kategori cukup siap dengan total nilai 47.75. Perolehan rata-rata skor dari masing-masing variabel yaitu variabel sumber daya manusia dengan skor 2.125, budaya organisasi dengan skor 1.87, tata kelola kepemimpinan dengan skor 1.86 dan infrastruktur dengan skor 1.38. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Puskesmas Gondokusuman II berdasarkan hasil pengukuran dengan instrumen DOQ-IT (Doctor’s Office Quality – Information Technology) memiliki kemampuan yang baik pada komponen sumber daya manusia, namun juga terdapat beberapa kelemahan pada komponen budaya kerja organisasi, tata kelola kepemimpinan dan infrastruktur. Oleh karena itu, diperlukan identifikasi dan antisipasi lebih lanjut pada komponen yang lemah agar implementasi sistem informasi surveilans berjalan baik. Kata kunci: Analisis Kesiapan, Demam Berdarah Dengue (DBD), Sistem Informasi Surveilans Abstract Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a contagious disease caused by dengue virus and often causes outbreaks in tropical climates, especially Indonesia. This problem can be solved through surveillance using information technology. During this time, surveillance was doing manually (paper-based) which caused problems such as reporting delay, data not up to date and uninformative presentation for decision making. The first step in implementing DHF surveillance information system is analyze the user readiness so the system implementation runs effectively and efficiently and has significant impact on reducing incidence of DHF. This study aims to analyze the readiness to implement a dengue surveillance information system using the DOQ-IT (Doctor's Office Quality - Information Technology) instrument. This type of research is quantitative with a cross-sectional design. The research was conducted in April – October 2020 at Puskesmas Gondokusuman II, Yogyakarta. The research subjects were 6 people consisting of surveillance officers, DHF programmers, and village cadres. The research object is the DHF surveillance information system. Data collection techniques using questionnaires, observation, and documentation studies. The results of the study found that the readiness for the implementation of the DHF surveillance information system was in the ready category with a total score of 47.75. The average score obtained from each variable is the human resources variable with a score of 2.125, organizational culture with a score of 1.87, leadership governance with a score of 1.86, and infrastructure with a score of 1.38. This study concludes that Puskesmas Gondokusuman II based on the results of measurements with the DOQ-IT (Doctor's Office Quality – Information Technology) instrument has good capabilities in the human resource component, but there are also some weaknesses in the components of organizational work culture, leadership governance, and infrastructure. Therefore, further identification and anticipation of weak components are needed so that the implementation of the surveillance information system runs well. Keywords: Readiness Assessment, Dengue Hemorrhagic Fever, Surveillance Information System
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.