Anak-anak penyandang autism semakin hari semakin meningkat. Fombonne (2012) di Canada mendapatkan data sebanyak 60 anak per 10.000 kelahiran. Sedangkan di Indonesia di perkirakan terdapat 1 anak per 150 kelahiran. Meningkatnya jumlah anak dengan gangguan autism berarti semakin menunutut adanya inovasi dalam bentuk intervensi yang efektif dan murah, mengingat terapi autism di Indonesia dan di Nusa Tenggara Barat khusuanya Lombok Barat masih tergolong mahal. Tiga tahun terakhir ini di Nusa Tenggara Barat Khusunya di Kabupaten Lombok Barat banyak bermunculan anak-anak yang positif mengalami ganguan perkembangan yang disebut autism hal ini dapat dilihat tingginya atensi masyarakat untuk memasukkan anak-anak dengan gejala Autism di sekolah yang menyelengarakan kelas inklusi seperti di PAUD-SD Lenterahati Islamic Boarding School. Hal ini juga terbukti dari munculnya berbagai macam pusat-pusat terapi autism atau anak dengan kebutuhan khusus, serta semakin meningkatnya peserta yang terdaftar dan menjalani terapi di pusat-pusat terapi autism. Pengalaman ini menuntut banyak orang untuk memikirkan terapi alternatif yang mungkin dapat diberikan untuk membantu meningkatkan perilaku positif dan mengurangi simtom-simtom negatif dari anak-anak dengan gangguan autism. Sebenarnya banyak alternatif terapi yang dikenal oleh para ahli maupun pemerhati, namun sayangnya belum banyak yang dapat diterapkan secara lengkap, hal ini disebabkan oleh keterbatasan fasilitas yang ada di pusat-pusat terapi, sehingga belum ada data dan fakta yang menunjukkan bukti-bukti efektivitas dari penerapan terapi tersebut bagi perbaikan kemampuan anak autism, dalam penelitian ini peneliti memiliki tujuan untuk menerapkan terapi dengan model “bermain sosial” untuk membantu meningkatkan perilaku positif anak autism, serta ingin mengetahui seberapa jauh sumbangan terapi tersebut pada tujuan yang ingin dicapai. Terapi tersebut dipilih sebagai terapi alternatif, mengingat terapi tersebut biayanya murah, dapat dilakukan dimana saja, tidak harus dikelas, dan oleh siapa saja. Hal ini memungkinkan setiap orang tua atau keluarga yang memiliki anak dengan gangguan autism dapat memberikan terapi tersebut sepanjang waktu. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksperimen yang sifatnya quasi, artinya penelitian ini tidak dilakukan dilaboratorium yang dapat mengontrol berbagai faktor eksternal yang dimungkinkan dapat mempengaruhi perubahan perilaku subyek di luar situasi eksperimen. Penelitian ini hanya terdiri dari kelompok eksperimen saja, untuk itu tidak menggunakan kelompok kontrol mengingat sulitnya mendapatkan subyek yang dapat mengikuti perilakuan selama periode eksperimen secara intens dan terus menerus dengan 11 orang subyek menggunakan tritmen terapi bermain kelompok untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan sosial menunjukkan hasil yang cukup signifikan. Sehingga hasil eksperimen tersebut dianggap efektif. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa; 1) Terapi bermain sosial dapat digunakan sebagai terapi alternatif yang dapat diterapkan dirumah sesuai dengan program yang telah ditentukan sebagai home program. 2) Terapi bermain sosial juga efektif untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan sosial anak dengan gangguan autism ringan hingga sedang. 3) Terapi bermain sosial dapat memberikan hasil yang efektif apabila dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan, serta dilakukan dalam kelompok kecil (maksimal 6 orang) dengan dipandu oleh seorang fasilitator yang telah dilatih. 4) Terapi bermain sosial ini akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan kemampuan dan keterampilan sosial anak dengan gangguan autism apabila didalam kelompok juga terdapat anggota dengan anak normal. Dan 5) Ibu atau pengasuh atau anggota keluarga lain memiliki peranan yang cukup berarti dalam kelangsungan terapi bermain sosial dalam kelompok kecil.
Creative activities cannot be conducted by children freely at home due to COVID-19, a pandemic that shifted the learning system to online. This study aimed to examine the effectiveness of fun-cooking as a strategy for increasing children's creativity through fun cooking. It was conducted on children aged 5-6 years (Early Childhood) in West Lombok, West Nusa Tenggara. A descriptive qualitative method was used through a case study approach. Furthermore, 3 fun cooking menus were used, including fruit satay, layer pudding, and character chocolate. The data was collected using observation instruments. The results showed that each child develops creativity based on 3 categories, including less good (KB), quite good (CB), and good (B). Therefore, fun cooking can increase children's creativity with preparation, implementation, and completion stages.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan permainan kartu huruf untuk mengembangkan bahasa keaksaraan anak kelompok B di TK Negeri pembina labuapi Lombok Barat. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dan dokumentasi. Faktor yang diteliti dalam penelitian ini yakni guru dan siswa dengan jumlah siswa 14 orang dan 1 orang guru. Pelaksanaan penerapan permainan kartu huruf yang semakin baik membuat perkembangan bahasa keaksaraan anak di setiap tahapnya meningkat dan menjadi lebih optimal. Pada hasil wawancara dan observasi menunjukan bahwa guru telah menerapkan permainan kartu huruf sesuai dengan langkah-langkahnya yaitu dengan menetukan tema, menyiapkan media kartu huruf, mengenalkan huruf dan kata kepada anak, menyiapkan alat dan bahan, membagi anak kedalam beberapa kelompok, dan memberikan kegiatan kepada anak. Hal ini dikarenakan usaha guru yang sangat maksimal dalam menerapkan permainan kartu huruf dalam proses pembelajaran sehingga perkembangan bahasa keaksaraam anak semakin meningkat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak kelompok B melalui bermain peran. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Mc Taggart yang dilakukan dalam II siklus dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi/evaluasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian dalam ini adalah anak kelompok B di TK Negeri Pembina Ampenan yang berjumlah 11 anak. Hasil analisis menunjukkan ada peningkatan keterampilan berbicara anak kelompok B yang semula pada pra-siklus hanya mencapai 36,4% meningkat pada siklus I menjadi 45,5% dan pada siklus II mencapai 81,82%, sehingga dapat disimpulkan bahwa melalui bermain peran dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak kelompok B di TK negeri Pembina Ampenan. Artinya melalui bermain peran anak sudah mampu memahami bahasa lisan, berkomunikasi dengan baik, mengerti bahasa yang disampaikan guru. Keterampilan berbicara anak sudah mampu menyampaikan kembali apa yang telah sampaikan guru dan pembendaharaan kata semakin meningkat melalui penerapan metode bermain peran karena dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak.
Kecemasan pada anak usia dini merupakan suatu keadaan saat anak merasakan sesuatu kekhawairan yang berlebihan yang dapat mempengaruhi emosi anak menjadi tidak stabil. Terapi bermain merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan oleh terapis, konselor, atau psikolog untuk mengatasi kecemasan pada anak usia dini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang pengaruh terapi bermain dalam mengatasi kecemasan anak usia dini. Penelitian ini berjenis studi kepustakaan atau studi literatur. Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti berdasarkan sumber bacaan atau literatur berupa buku, jurnal, dan majalah. Hasil peneltian ini menunjukan bahwa terapi bermain dapat mengatasi kecemasan pada anak usia dini.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh belum berkembangnya kemampuan sains sederhana anak usia 5-6 tahun di PAUD Terpadu PKK Rarang Batas Lombok Timur. Adapun permasalahan yang di temui dalam penelitian ini adalah bagaimana mengembangkan kemampuan sains sederhana melalui media air pada kelompok B PAUD terpadu PKK Rarang Batas Lombok Timur. Tujuan penelitian ini untuk mengembangkan kemampuan sains sederhana melalui media air kelompok B PAUD Terpadu PKK Rarang Batas Lombok Timur. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah 8 anak yang terdiri dari 4 anak laki-laki dan 4 anak perempuan. Penelitian menggunakan 2 siklus dengan tiga kali pertemuan. Hasil yang diperoleh pada siklus I (pertemuan I) memperoleh nilai persentase sebesar (49,52%). terjadi peningkatan di tahap I (pertemuan II) sebesar (55,95%), pada siklus II (pertemuan III) meningkat lagi mencapai (70,71%), pada siklus II (pertemuan IV atau terakhir) sebesar (87,14%) dan telah melebihi target yang diinginkan yakni 76%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan bermain melalui media air dapat mengembangkan kemampuan sains sederhana anak usia 5-6 tahun di PAUD Terpadu PKK Rarang Batas Lombok Timur Tahun ajaran 2021/2022.
Penelitian ini dilatarbelakangi dari hasil survei terhadap anak-anak yang menggunakan gadget di Desa Jero Gunung yang memiliki gangguan sosial emosional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja bentuk penggunaan gadget pada anak dan gangguan sosial emosional akibat penggunaan gadget. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif bersifat deskriftif. Jenis penelitian kualitatif yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah studi kasus atau case-study yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang berkenaan dengan how atau why (bagaimana atau mengapa) terhadap sesuatu yang diteliti. Subjek dalam penelitian ini sebanyak 2 orang anak usia 5-6 tahun yang berada di desa Jero Gunung Kecamatan Sakra Barat. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara kepada orang tua anak, observasi terhadap anak dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriftif kualitatif. Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap kedua subjek FH dan AL. Subjek FH dan AL mempunyai kecenderung menggunakan gadget hampir di semua kesempatan. Bentuk penggunaan gadget pada anak di Desa Jero Gunung adalah kebanyakan menggunakan HP. Selain itu alternatif yang digunakan jika tidak ada HP adalah televisi. Dampak gadget untuk perkembangan sosial anak pada penelitian ini adalah masih banyak perkembangan sosial emosional yang belum berkembang seperti belum mampu menyesuaikan diri dengan situasi, bertanggungjawab atas perilakunya untuk kebaiakn diri sendiri, menunjukkan sikap toleran, dan mengendalikan emosi dengan wajar. Ketika menggunakan gadget tidak mau diganggu, bahkan subjek sering lupa untuk melakukan kegiatan lainnya, bahkan ketika disuruh oleh orang tuanya, mereka dapat menunjukkan ekspresi marah. Subjek FH dan AL juga cenderung tidak disiplin, sulit diajak bekerjasama dan tidak peduli terhadap lingkungannya.
Online learning causes children's stress symptoms, specifically for the preschoolers during COVID-19. This makes parents seek a method in overcoming the difficulties that are faced by students while studying. Therefore, this study aims to examine the parents' strategy in dealing with children's stress symptoms during online learning. A total of 27 respondents were selected using a purposive sampling technique with the criteria of parents and children that are involved in e-learning during COVID-19 in the Batulayar group B kindergarten, Lombok, West Nusa Tenggara, Indonesia. Furthermore data were collected using a survey method. The results showed that most of the children experienced behavioral and cognitive stress symptoms. This critical condition is comprised of three categories including the low, moderate, and the high level that has 15%, 81%, and 4% of children respectively. Moreover, there are 67%, 22%, and 11% of parents prefer to give gifts or rewards, allow play and have recreation, as well as understand their children learning style to deal with stress symptoms while studying at home during COVID-19. Parents have to be more sensitive to their children's conditions to prevent boredom during online learning.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.