No abstract

No abstract

Cuci tangan mudah dilakukan, bahkan pemerintah mengajak warga untuk membuat tempat cuci tangan sendiri. Pemanfaatan limbah plastik dapat dilakukan dengan mudah dan murah. Sampah plastik menjadi bagian yang tidak terelakkan saat ini termasuk di kawasan Kuta Mandalika. Terjadi peningkatan timbulan sampah 2.815 kg/hari dari tahun 2016-2018 termasuk sampah plastik, membuktikan penanganan sampah belum efektif. Upaya memanfaatkan limbah menjadi barang bernilai perlu diajarkan sejak dini untuk meningkatkan kesadaran akan potensi limbah plastik. Bagaimana perspektif santri dalam menanggapi limbah plastik. Untuk mensosialisasikan pemanfaatan limbah plastik menjadi barang bernilai serta pemanfaatan penggunaan air bersih. Kegiatan dilakuan di Ponpes Nurul Ijtihad Al-Ma’arif NU Desa Kuta Kabupaten Lombok Tengah metode pelaksanaan kegiatan berupa persiapan, pelaksanaan dan finishing. Persiapan berupa koordinasi dengan pihak terkait dalam mempersiapkan kegiatan sosialisasi. Selanjutnya pelaksanaan berupa pembuatan sarana cuci tangan dari limbah plastik. Pembuatan sarana cuci tangan didesain menarik dengan memanfaatkan limbah plastik. Media sarana cuci tangan dipasang cara cuci tangan yang benar menurut WHO (World Healt Organization). Sosialisasi yang dilakukan di Ponpes Nurul Ijtihad Al Ma’arif Desa Kuta Kabupaten Lombok Tengah berjalan lancar. Kegiatan sebelum dilakukannya sosialisasi sebanyak 46% santri dan santriwati mengetahui limbah plastik bisa menjadi barang yang lebih bernilai. Setelah dilakukan sosialisasi peningkatan menjadi 55,67% mengetahui limbah plastik menjadi barang bernilai. Sebanyak 98% santri dan santriwati mau melakukan salah satu prinsip 4R (reuse, reduce, recycle, replace) dan sisanya tidak mau melakukan. Santri sebagian besar memahami potensi limbah plastik yang bernilai berupa tempat cuci tangan Keterbatasan pengetahuan, keterampilan, dan sulit dalam melawan rasa malas alasan santri tidak mau melakukan kegiatan 4R.

Berenyok river is one of the water sources in Tanjung Karang, Mataram city, categorised as Class 2 for its designation. Thus, preserving the quality of water in the Berenyok river is crucial. This study aims to determine the water quality, calculate the Pollution Index (PI), and set control strategies for the Berenyok river. The study uses quantitative methods such as laboratory analysis for the water quality and PI calculation using a formula based on the Decree of the Minister of Environment No.115/2003 on determining water quality status. Meanwhile, the Strengths, Weakness, Opportunities, and Threats (SWOT) analysis generates recommendations for water pollution control strategies. The sampling locations are located in two sampling points (upstream and downstream of the Berenyok river) during bright daylight and the river's normal flow. Based on analysis results, the Berenyok river is defined as lightly polluted as the concentrations of several chemical parameters exceed the maximum limit, such as BOD, and PO3-P. It is also verified by high concentration of total coliform, namely 540,000 MPN/100mL (upstream) and 1,600,000 MPN/100mL (downstream). Thus, recommendations for water pollution control strategies are substantial for the Berenyok river.

Menjaga kesehatan diri dan lingkungan dapat diterapkan melalui Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Salah satu bentuk penerapannya adalah Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). CTPS terbukti efektif untuk mencegah penularan penyakit dari satu individu ke individu lainnya. Praktik CTPS merupakan kebutuhan mutlak, sedangkan ketersediaan sarana CTPS masih belum memadai. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan peserta didik dan guru setingkat SD dan SMP di Pondok Pesantren Nurul Ijtihad Al-Ma'arif NU Lombok Tengah tentang CTPS sebagai strategi untuk meminimalisir penyebaran penyakit (Covid-19) di lingkungan sekolah. Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk sosialisasi. Edukasi Praktik CTPS mengacu pada prosedur cuci tangan yang baik dan benar menurut World Health Organization (WHO). Peserta juga dikenalkan akan pemanfaatan limbah padat sebagai sarana CTPS yang ideal dan bagaimana cara mengelola limbah cair sisa CTPS. Pemberian pre-test dan post-test dilakukan untuk menguji keberhasilan kegiatan yang dilakukan. Kegiatan ini dihadiri oleh sebanyak 75 peserta yang terdiri dari siswa, guru dan peserta pengajian rutin di Pondok Pesantren Nurul Ijtihad Al-Ma'arif NU Lombok Tengah. Peserta diberikan edukasi oleh 3 (tiga) orang pakar mengenai praktik CTPS yang baik dan benar, pemanfaatan limbah padat untuk pembuatan sarana CTPS, serta pengelolaan limbah cair sisa praktik CTPS agar tidak memberikan dampak yang buruk bagi lingkungan. Kegiatan ini berjalan lancar dan terbukti berhasil meningkatkan pemahaman peserta yang ditunjukan oleh nilai pre-test dan post-test yang meningkat dari 50,5 % menjadi 61,97 %. Praktik CTPS yang ideal perlu terus diingatkan dalam rangka mencegah penularan penyakit. Pemanfaatan dan pengelolaan limbah dalam praktik CTPS merupakan strategi untuk mencegah pencemaran lingkungan.