The purpose of this study was to investigate the leadership practices of Indonesian Islamic boarding school ( pesantren ) leaders, school principals, and teachers in responding to the health crisis caused by the COVID-19 pandemic, to ensure the continuation of boarding school education in the “new normal” period. Generated using a moderated focus group discussion with principals and teachers, the findings suggest that principals' and teachers' leadership practices are acceptable in the policy, social support, and financial dimensions but still lack structural and teaching aspects about conducting blended learning. Based on this study's findings, pesantren leaders ( kyai ) and school principals should pay attention to training programs for implementing blended learning for teachers. The government is encouraged to assist in providing technical facilities pesantren can implement blended learning more effectively.
Nasionalisme adalah konsep modern yang muncul pada abad ke-17 bersamaan dengan lahirnya konsep negara bangsa. Di Eropa, nasionalisme muncul sebagai salah satu perwujudan perlawanan terhadap feodalisme (kekuasaan absolut yang dimiliki oleh pemuka agama dan bangsawan). Seiring munculnya negara bangsa, timbullah berbagai pemikiran tentang nasionalisme sebagai basis filosofis terbentuknya negara bangsa tersebut. Jamaluddin (2015:16) mengatakan bahwa suatu bangsa terbentuk karena adanya unsur-unsur dan akar-akar sejarah yang membentuknya. Oleh karena itu, dibutuhkan pemikiran bahwa pengabdian tertinggi seorang manusia untuk bangsa dan negara disebut dengan nasionalisme.Setidaknya Abstract: Nasionalism is a feeling of pride and participate in having a certain territory. This feeling is manifested in a willingness to sacrifice to protect its territory from a variety of threats and threats. The importance of the love of this homeland makes it a natural human nature that has been born. However, the problematic nowadays is the specialization of the meaning of love the homeland in everyday life. The dichotomy of the rejection of the Ashobiyah Islamist movement towards the nation state is one of the proofs of narrowing the meaning of love of the homeland in society. The study of this subject reveals the concept or idea related to love of the homeland in terms of religion and nation. This is important to do in order to create a more contextual understanding of the phenomenon of understanding the problem of love homeland. This study is very important to do given the lack of deep study of exploration of the content of the Qur'an in solving social problems that occur today. His hope with the study of this topic can open the public insight about the concept of love homeland in the Qur'an. This research reveals the values of love of the homeland in the perspective of the Qur'an Key Words : values, nasionalism, Qur'an Abstrak: Cinta tanah air (hubb al wathan) merupakan perasaan bangga dan ikut memiliki sebuah wilayah tertentu. Perasaan ini diwujudkan dalam sikap rela berkorban untuk melindungi wilayahnya dari berbagai ganggungan dan ancaman. Pentingnya rasa cinta tanah air ini menjadikannya sebuah tabiat alamiah manusia yang dimiliki sejak lahir. Namun, yang menjadi problematika saat ini adalah spesialisasi makna cinta tanah air dalam kehidupan sehari-hari. Dikotomi penolakan gerakan Islam Ashobiyah terhadap paham negara bangsa (nation state) menjadi salah satu bukti penyempitan makna cinta tanah air di masyarakat. Kajian terhadap pokok bahasan ini mengungkapkan konsep atau gagasan terkait cinta tanah air yang ditinjau dari segi agama dan bangsa. Hal ini penting untuk dilakukan agar tercipta pemahaman yang lebih kontekstual terhadap fenomena problematika paham cinta tanah air. Penelitian ini sangat penting untuk dilakukan mengingat sedikitnya kajian yang mendalam terhadap eksplorasi kandungan Alquran dalam memecahkan problematika sosial yang terjadi saat ini.Harapannya dengan dikajinya topik ini dapat membuka wawasan masyarakat te...
<span>This study aimed to develop and investigate the impact of the implementation of the Mobile-Learning Management System, which we call elektronik Bimbingan Baca al-Qur’an (e-BBQ, a word in the Indonesian Language), in fostering student’s worship. This research was conducted at Universitas Negeri Malang in the odd semester of the 2018-2019 academic year with ADDIE research design. The implementation stage was carried out with a one-group pretest-posttest design. As a result, the e-BBQ developed was in the form of applications and websites with some menus including Al-Qur'an learning, worship, training, and log in instructor. The evaluation by experts, as well as students and instructors showed that the products developed were suitable for use. e-BBQ has a positive effect; the quality of student’s worship increased significantly after participating in learning by utilizing e-BBQ. e-BBQ is considered to be an interesting medium for learning Islamic religion, able to make learning more enjoyable, and raise the student’s learning motivation</span>
The implementation of Al-Qur'an Reading Guidance (Belajar Baca Qur'an/BBQa word in the Indonesian language) program using traditional methods is considered not effective in terms of management, and lagging behind in terms of technology utilization. This has led to the development of a Learning Management System (LMS), specifically for Al-Qur'an learning, namely-BBQ. This study aimed to investigate the effectiveness of e-BBQ in improving the ability to read the Qur'an and the extent of e-BBQ acceptance by students and instructors in the framework of the Technology Acceptance Model (TAM) 3. This study used a nonrandomized control group pretest-posttest design by comparing two groups with and without e-BBQ, accompanied by interviews at the end of the study. The results showed that even though Al-Qur'an reading ability in both groups increased significantly, the increase in the e-BBQ group was higher than the group without e-BBQ. Student's and instructor's perceptions of e-BBQ showed that e-BBQ was considered easy and useful. In conclusion, e-BBQ is capable of enhancing students' Al-Qur'an reading ability. The usefulness and ease of use perceived by students became the main factors in this LMS acceptance, and helped them to improve their Al-Qur'an reading ability.
AbstrakPenelitian ini menghadirkan wacana baru dalam kehidupan beragama di perguruan tinggi. Ekstrimisme dan radikalisme menjadi ancaman terbesar dalam iklim akademik. Tulisan ini mencoba memberikan argumen berbeda terhadap pandangan Al-Quran terhadap radikalisme dan upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran isu radikal di pendidikan tinggi. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini yakni sebuah formula dan model pengarusutamaan Islam Wasathiyah sebagai upaya untuk deradikalisasi wacana dan aksi keagamaan di kampus. A. PendahuluanIsu radikalisme di lingkungan kampus sudah tidak asing di tengah masyarakat. 1 Radikalisme seolah menjadi wacana yang selalu disampaikan dalam berbagai seminar atau konferensi ilmiah di kampus. Wacana ini kembali mencuat di permukaan setelah Presiden Joko Widodo menggumpulkan semua Rektor perguruan tinggi se-Indonesia untuk diminta komitmen menangkal radikalisme. 2 Kampus merupakan lembaga pendidikan tinggi yang mencetak generasi pemimpin masa depan. Pada hakikatnya, ia didirikan sebagai penyedia layanan pendidikan tinggi mulai dari jenjang sarjana hingga doktor. Lembaga pendidikan ini memiliki tingkat kebebasan berpikir dan berpendapat yang dijamin oleh undang-undang. 3 Ironisnya, kebebasan berpendapat tersebut justru dimanfaatkan oleh kaum ekstrimis radikal dalam menjalin komunikasi dan beraktivitas secara massif. 4 Kampus berpotensi besar dalam menyebarkan paham radikal dan anti Pancasila. 5 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, merilis setidaknya terjadi 11 1 Prof. Suko Wiyono dalam penelitiannya menyebutkan bahwa kampus menjadi sarang recruitment kaum radikal untuk kepentingan jihad di Timur Tengah. Penelitian tersebut sekaligus menjadi renungan pemerintah dalam menetapkan dasar filosofis peratuan perundang-undangan yang berlaku. 2 Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi mengumpulkan semua Rektor PTN/PTS se Indonesia di Nusa Dua Bali untuk deklarasi anti radikalisme di perguruan tinggi pada 23 September 2017. 3 Undang-undang Nomor 12 tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi menyebutkan bahwa perguruan tinggi adalah lembaga pendidikan yang independen yang bebas dari praktik politik praktis dan memiliki kebebasan berserikat, berpikir, berkumpul dan berpendapat sesuai dengan Pancasila dan
Indonesia is a multicultural country. There are various religions, tribes, cultures and customs. This diversity is a necessity that must be lived as a force in building the country. However, the diversity is tested by various discriminatory events. One is the freedom to worship religious minorities in the midst of a particular religion. The establishment of places by minority religions in various regions continues to reap the controversy. Maturity of the thinking of the majority becomes an important part in realizing the balance of social relations. Therefore, this article tries to realize a new idea of Fiqh HAM. The results of the Qur'anic conception are poured in the idea of human rights fiqh that seeks to build equal rights of worship for citizens. Fiqh HAM is expected to create public awareness to respect and respect the activities of minority worship. Key Words: fiqh, human right, worship, minorityAbstract: Indonesia merupakan negara multikultural. Terdapat berbagai agama, suku, budaya dan adat istiadat. Keberagaman ini merupakan sebuah keniscayaan yang harus dijalani sebagai kekuatan dalam membangun negara. Namun, keberagaman itu seolah diuji dengan berbagai peristiwa diskriminasi. Salah satunya adalah kebebasan beribadah kaum minoritas agama di tengah mayoritas suatu agama tertentu. Pendirian rumah ibadah oleh agama-agama minoritas di berbagai daerah terus menuai kontroversi. Pendewasaan pemikiran umat mayoritas menjadi bagian penting dalam mewujudkan keseimbangan hubungan sosial. Oleh karena itu, Artikel ini mencoba untuk mewujudkan gagasan baru mengenai Fikih HAM. Hasil konsepsi Al-Quran tersebut dituangkan dalam gagasan fiqih HAM yang berupaya untuk membangun kesetaraan hak beribadah bagi warga negara. Fiqh HAM diharapkan mampu membentuk kesadaran masyarakat untuk menghargai dan menghormati aktivitas peribadatan kaum minoritas. Kata Kunci: fiqih, hak asasi manusia, ibadah, minoritas
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
334 Leonard St
Brooklyn, NY 11211
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.