Koefisien tanaman dihitung berdasarkan pengamatan konsumsi air dari berbagai lahan sawah untuk mengetahui nilai dan variasi temporal sepanjang waktu pertumbuhan. Penelitian ini mengkaji tiga metode di lahan padi sawah, yaitu System of Rice Intensification, Pengelolaan Tanaman Terpadu dan metode yang biasa digunakan oleh petani (konvensional). Setiap metode memiliki perbedaan mendasar dalam pola perawatan tanaman dan pola pemberian air yang lebih lanjut menyebabkan perbedaan dalam hal pertumbuhan tanaman, produktivitas dan konsumsi air. Dalam penelitian ini, kombinasi pola perawatan tanaman dan pemberian air dari ketiga metode ini diujicobakan. Pengukuran dilakukan harian pada parameter tinggi genangan, tinggi muka air tanah lahan, irigasi, drainase serta parameter klimatologi. Analisa neraca air kemudian dilakukan untuk menghitung kedalaman ekuivalen simpanan air tanah, yang kemudian dibandingkan dengan data simpanan air tanah hasil pengukuran berdasarkan data tinggi muka air dan kurva retensi air tanah. Proses optimasi kemudian dilakukan untuk menemukan koefisien tanaman harian dengan meminimalisasi perbedaan kumulatif antara kedalaman tanah hasil analisa dan pengukuran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap perlakuan menghasilkan koefisien tanaman yang hampir sama. Nilai rata-rata pada periode 15 harian secara berurutan adalah 0,87, 1,03, 1,13, 1,24, 1,28 and 1,25. Nilai ini sangat penting dalam memahami mekanisme penghematan air sebagai masukan bagi penyusunan standar perencanaan debit irigasi.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) berupaya mencapai target pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi guna mencapai ketahanan pangan nasional. Selama periode 2015-2019 telah tercapai pembangunan jaringan irigasi sebanyak 1 juta Ha dan rehabilitasi jaringan irigasi 3 juta Ha. Namun demikian, pada kenyataannya kondisi infrastruktur jaringan irigasi masih belum memenuhi harapan. Data dari Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan, Ditjen SDA Kementerian PUPR tahun 2021 menunjukkan bahwa kinerja irigasi nasional tahun 2017-2019 berdasarkan 4 (empat) kategori menunjukkan masih banyak yang berada pada kategori kinerja kurang dan perlu perhatian, bahkan masih ada beberapa yang masuk kategori kinerja jelek dan perlu perhatian segera. Sebagai upaya pencapaian target di 2024 dan peningkatan kondisi jaringan irigasi, Kementerian PUPR terus melakukan berbagai kegiatan pembangunan dan rehabilitasi baik pada jaringan irigasi primer dan sekunder yang dilaksanakan langsung oleh BBWS/BWS, maupun tersier melalui Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3-TGAI) yang dilaksanakan oleh masyarakat petani pengguna air. P3-TGAI tersebut memberikan dampak positif bagi masyarakat petani. Hal tersebut ditunjukkan melalui tingginya partisipasi masyarakat dan semakin meningkatnya jumlah tenaga kerja yang terlibat. Namun demikian, indikator kinerja P3-TGAI ini tampaknya masih terbatas dalam melakukan penilaian keberhasilan suatu program secara komprehensif. Dengan melihat berbagai permasalahan dan mempertimbangkan pengukuran indikator yang SMART (Specific, Measureable, Achievable, Relevant, dan Time-bound), maka perlu dirumuskan beberapa sub indikator untuk menilai keberhasilan P3-TGAI. Keywords: Irigasi, P3-TGAI, Indikator Penilaian, Petani, Partisipasi
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.