Background HIV-AIDS patients typically have hypovitaminosis D. Vitamin D is a key mediator in inflammatory and infectious diseases, which VDR mediates its biological effect. High-mobility group box 1 protein (HMGB1) modulates HIV-1 replication in vitro. Vitamin D played a role in inhibiting HMGB1 secretion in the animal study. Objectives This study aimed to examine differences and correlation of vitamin D receptor and HMGB1 protein levels in HIV patients with mild and severe immunodeficiency and healthy control participants. Methods This study using a cross-sectional design conducted at Volunteer Counseling and Testing (VCT) Clinic in Mataram, West Nusa Tenggara, Indonesia, from January to June 2020. Three groups of study participants were classified as HIV patients with severe immune deficiency (SID), HIV patients with mild immune deficiency (MID), and healthy controls (HC). Results Mean level of vitamin D receptor in SID HIV group was 25.89 ± 3.95 ng/ml, lower than those in MID-HIV group; 33.72 ± 1.69 ng/ml and in HC group; 50.65 ± 3.64 ng/ml. Mean levels of HMGB1 protein in the SID HIV group were 3119.81 ± 292.38 pg/ml higher than those in the MID HIV group 1553.55 ± 231.08 pg/ml and HC 680.82 ± 365.51 pg/ml. There was a significant and strong negative correlation (r = −0.932) between vitamin D receptor and HMGB1 levels ( p < 0.01). Conclusions Strong negative correlation between VDR and HMGB1 in different immunodeficiency statuses suggesting an important role of vitamin D in inflammation control in HIV infection. However, it needs to be confirmed in a further prospective study.
Latar Belakang: Di Indonesia, upaya penanganan infeksi HIV menerapkan pendekatan fast track 90-90-90, dengan satu indikatornya yaitu pemberian ARV pada penderita HIV. ARV lini pertama yang digunakan di Indonesia saat ini yaitu tenofovir, lamivudine/emtricitabine, dan efavirenz dalam bentuk kombinasi dosis tetap (KDT). Namun, penggunaan ARV dapat menimbulkan efek samping dari reaksi ringan hingga berat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek samping yang ditimbulkan ARV pada penderita HIV/AIDS di Poliklinik VCT di Kota Mataram tahun 2019. Metode: Penelitian ini merupakan studi deskriptif kuantitatif yang di lakukan di Poliklinik VCT di Kota Mataram. Subjek penelitian adalah pasien HIV di Poliklinik VCT di Kota Mataram yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data berupa data sekunder yang bersumber dari rekam medik pasien. Hasil: Subjek penelitian berjumlah 27 orang. Efek samping terjadi pada 8 orang (29,6%). Kejadian efek samping terjadi pada 7 orang yang menggunakan atripla dengan kejadian paling banyak adalah lemas, pusing, muntah, SGOT dan SGPT meningkat. Sedangkan 1 orang pengguna duviral/neviral mengeluhkan mual, muntah, dan gatal. Efek samping yang muncul 100% derajat 1 dari toksisitas obat. Kesimpulan: Efek samping yang paling sering muncul yaitu muntah, lemas, pusing, SGOT dan SGPT meningkat Semua kejadian efek samping merupakan reaksi ringan (derajat 1) sehingga pemberian terapi tetap dilanjutkan dan tidak diperlukan pertimbangan pergantian terapi. Kata kunci : Infeksi HIV, ARV, Atripla, duviral/neviral, efek samping, derajat 1
ABSTRAKCOVID-19 merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan yang dapat menginfeksi semua orangdengan berbagai kelompok usia maupun jenis kelamin. COVID-19 dapat ditularkan melalui droplet(bantuk dan bersin), kontak langsung dengan penderita maupun kontak tidak langsung setelahmemegang barang yang terkena percikan air liur penderita. Masyarakat yang tidak mendapatkaninformasi yang baik dan tepat, rentan menerima berita yang salah atau hoax. Selain itu rendahnya dayabeli masyarakat daerah juga menjadi faktor rendahnya kesadaran masyarakat untuk menerapkanprotokol kesehatan 3M (masker, mencuci tangan dan menjaga jarak). Kegiatan ini bertujuan untukmemberikan pengetahuan yang benar kepada masyarakat mengenai COVID-19 serta melatihmasyarakat di Dusun Batu Layar Utara, Lombok Barat, bagaimana cara menggunakan masker yangbenar, membersihkan masker dan mencuci tangan dengan baik dan benar, sehingga pencegahanCOVID-19 dapat dilakukan secara optimal. Dengan demikian angka morbitas dan mortalitas COVID19 dapat diturunkan secepatnya. Kegiatan ini juga bertujuan membantu pemenuhan kebutuhan maskerdan hand hygiene bagi masyarakat setempat serta memberikan bantuan donasi kepada PuskesmasMeninting berupa APD (masker dan hazmat) sehingga dapat meningkatkan kinerja dan mencegahpenularan yang banyak dialami oleh para nakes.
Latar Belakang : Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia. Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, menunjukan peningkatan prevalensi DM di Indonesia selama 5 tahun terakhir dengan 6,9% pada tahun 2013 menjadi 8,5% di tahun 2018. Ekspresi reseptor insulin pankreas dapat menjadi marker untuk menilai keberadaan sel ?, produksi dan sekresi dari insulin. Insulin berperan dalam menyebabkan GLUT4 ditranslokasikan ke membran sel neuron hipokampus. Pada kondisi DM, dapat terjadi perubahan ekspresi reseptor insulin pankreas yang disertai dengan perubahan ekspresi GLUT4 neuron hipokampus. Metode : Penelitian eksperimental ini menggunakan 16 ekor tikus putih (Rattus Novergicus) yang dibagi secara acak menjadi 4 kelompok yaitu 2 kelompok kontrol (A0 dan A1), dan 2 kelompok perlakuan (B0 dan B1). Kelompok perlakuan diinduksi diabetes dengan nikotinamid 110 mg/kgBB dan streptozotocin 70 mg/kgBB dosis tunggal secara intraperitoneal. Data penelitian diperoleh dari pemeriksaan imunohistokimia jaringan pankreas dan hipokampus. Hasil : Rerata ekspresi reseptor insulin pankreas kelompok tikus diabetik lebih tinggi tetapi tidak signifikan pada pengamatan hari ke-14 dibandingkan hari ke-0 (p>0,05), sedangkan rerata ekspresi GLUT4 neuron hipokampus signifikan lebih tinggi pada pengamatan hari ke-14 dibandingkan hari ke-0 (p<0,05). Hasil Uji korelasi tidak menunjukkan hasil yang signifikan pada pengamatan hari ke-0 maupun hari ke-14 untuk masing-masing kelompok (p>0,05). Kesimpulan : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari ekspresi reseptor insulin pankreas terhadap ekspresi GLUT4 neuron hipokampus pada tikus model diabetes.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.