Pemeliharaan sapi bali secara Sistem PertanianTerintegrasi dapat mengontrol kesehatan ternak serta diharapkan mampu mencegah/menekan serangan penyakit pada ternak sapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan mengidentifikasi jenis protozoa gastrointestinal di Simantri Kecamatan Mengwi. Sampel yang digunakan adalah feses sapi bali yang masih segar berjumlah 105 sampel, yang berasal dari 21 Simantri di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung. Pemeriksaan feses dilakukan dengan menggunakan metode pengapungan gula sheater serta identifikasi protozoa berdasarkan morfologi dan morfometri. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi infeksi protozoa gastrointestinal pada sapi bali Simantri Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung yaitu sebesar 39,04%. Hasil identifikasi jenis protozoa yang menginfeksi sapi bali antara lain Coccidia sebesar 35,23%, Balantidium sp 7,61%, dan Entamoeba sp sebesar 2,85%. Tidak terdapat hubungan yang nyata (P>0,05) antara frekuensi kebersihan kandang dengan infeksi protozoa gastrointestinal.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan jenis dan prevalensi protozoa gastrointestinal babi yang dipotong di Rumah Potong Hewan Denpasar. Sampel feses diambil langsung dari usus 100 babi saat babi dipotong, lalu dimasukkan kedalam tabung yang mengandung 2,5% kalium bicromate. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan modifikasi metode gula sheater. Sampel diperiksa secara mikroskopis untuk mengetahui adanya kista atau ookista protozoa saluran pencernaan pada babi. Hasil yang diperoleh adalah 48 sampel (48%) terinfeksi protozoa. Setelah identifikasi protozoa tersebut adalah Coccidia dengan prevalensi 44% dan Giardia sp. dengan prevalensi 4%.
Penyakit Surra merupakan penyakit parasit yang disebabkan oleh Trypanosoma evansi. Kejadian trypanosomiasis dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu kondisi geografis, keberadaan vektor, cara pemeliharaan dan kondisi fisologis hewan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan intensitas infeksi T. evansi pada kuda di Desa Kabaru, Kecamatan Rindi. Sampel yang digunakan berupa darah dari 100 ekor kuda yang diambil dari Desa Kabaru. Pengambilan darah dilakukan melalui vena jugularis dan dibuat preparat ulas darah tipis yang diwarnai dengan Giemsa 10%. Preparat ulas darah yang telah diwarnai diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui ada tidaknya infeksi T. evansi dan intensitasnya dihitung jumlah rata-rata T. evansi per 10 (sepuluh) lapang pandang. Hasil penelitian didapatkan 8% sampel terinfeksi T. evansidengan intensitas infeksi 13-71 parasitrata-rata sebesar 34.5 ± 22.7. Prevalensi infeksi berdasarkan jenis kelamin didapatkan pada kuda jantan sebesar 12% dan betina sebesar 6.7%. Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan prevalensi infeksi T. evansi
Infeksi protozoa gastrointestinal masih menjadi faktor yang sering mengganggu kesehatan ternak sapi bali. Prevalensi infeksi protozoa gastrointestinal dapat bervariasi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor kondisi lingkungan. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap prevalensi infeksi protozoa saluran cerna meliputi perubahan iklim, suhu lingkungan, kelembaban udara, ketinggian suatu wilayah, curah hujan, dan kondisi lahan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prevalensi dan identifikasi infeksi protozoa gastrointestinal sapi bali yang dipelihara secara semi intensif di wilayah lahan basah dan kering berkapur di Kabupaten Badung, serta hubungan kondisi lahan suatu daerah terhadap prevalensi infeksi protozoa gastrointestinal. Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 182 feses segar sapi bali, dimana 75 sampel berasal dari Kecamatan petang sebagai lahan basah dan 107 sampel berasal dari Kecamatan Kuta Selatan sebagai lahan kering berkapur. Feses diperiksa dengan metode pemeriksaan feses rutin secara apung menggunakan zat pengapung gula Sheather. Hasil penelitian didapatkan prevalensi infeksi protozoa gastrointestinal di Kabupaten Badung adalah 78% (142/182). Berdasarkan perbedaan kondisi lahan, prevalensi pada lahan kering berkapur 78,5% (84/107) lebih tinggi dibandingkan lahan basah 77,3% (58/75), tetapi secara analisis statistik tidak berbeda nyata (P>0,05). Jenis protozoa gastrointestinal yang ditemukan adalah Coccidia sp., Entamoeba sp., dan Balantidium sp. dengan prevalensi secara berurutan 58,8%, 52,7% dan 10,4%. Hasil penelitian menyediakan informasi dasar tentang protozoa gastrointestinal pada sapi bali dengan sistem pemeliharaan semi intensif pada wilayah lahan basah dan kering berkapur di Kabupaten Badung.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi infeksi Strongyloides sp. pada sapi bali di dataran rendah basah (Kecamatan Mengwi Badung) dan dataran tinggi basah (Kecamatan Baturiti Tabanan) Provinsi Bali. Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 300 sampel, 150 berasal dari dataran rendah basah dan 150 berasal dari dataran tinggi basah. Sampel diperiksa dengan metode pengapungan menggunakan larutan gula jenuh sebagai larutan pengapung. Hasil penelitian dianalisis secara deskriptif menunjukkan prevalensi infeksi Strongyloides sp. pada sapi bali di Provinsi Bali sebesar 5% (15/300) yang berasal dari dataran rendah basah 2,7% (4/150) dan tinggi basah 7,3 % (11/150). Hasil analisis dengan uji chi-square, menunjukkan umur berhubungan dengan prevalensi infeksi Strongyloides sp. sedangkan jenis kelamin dan ketinggian wilayah tidak berhubungan dengan prevalensi infeksi Strongyloides sp.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.